Danoheo, Jemaat Tertua di Rote Membangun Gedung Gereja Tahan Bencana

Gedung Gereja Iktus Danoheo Yang Rusak Akibat Siklon Seroja April 2021

ROTE, www.sinodegmit.or.id,  Danoheo jarang disebut dalam sejarah perkembangan kekristenan di Pulau Rote. Padahal, tempat ini merupakan salah satu pusat pertumbuhan gereja dan sekolah sekitar 200 tahun lalu di Pulau Rote.

Danoheo berjarak satu kilometer dari Fiulain (sekarang masuk dalam wilayah Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya). Sejarah mencatat, Fiulain merupakan tempat di mana agama Kristen pertama kali tumbuh dan berkembang di Pulau Rote.

Menurut Fox, orang Kristen pertama di Pulau Rote adalah raja Thie yang bernama Poura Messa. Ia dibaptis dengan nama Jeremias Messa pada 1729 dan meninggal pada tahun yang sama. Ia kemudian digantikan oleh anaknya Foe Mbura. (Panen Lontar, James Fox, 146).

Tahun 1732, Foe Mbura, Ndi’i Hu’a (raja Lole) dan Tou Denga Lilo (raja Ba’a), dengan perahu Sangga Ndolu, pergi ke Batavia dan pulang membawa Injil ke pulau Rote. Foe Mbura yang bernama baptis Benjamin Messa membangun gedung gereja sekaligus sekolah pertama di Fiulain.

Dari Fiulain, gedung gereja dipindahkan ke Danoheo, kampung tetangga dari Fiulain. Menurut cerita, di tempat inilah gedung gereja dan sekolah dibangun terpisah. Anak-anak bangsawan dari kerajaan-kerajaan yang bersekutu dengan kerajaan Thie, bersekolah di Danoheo.

Danoheo artinya danau tempat bersekutu atau berkumpul. Saat ini, bekas danau ini masih ada. Letaknya di sebelah Timur gedung Gereja GMIT Iktus Danoheo.

Gambar Desain Gedung Gereja Baru

Awal April 2021 lalu, gedung gereja ini rusak berat akibat dihantam Siklon Seroja. Lantaran itu, Majelis Sinode GMIT melalui Tim Tanggap Siklon Seroja, mendukung jemaat ini untuk membangun gedung gereja baru.

Melalui kerja sama dengan Universitas Widya Mandira (Unwira)-Kupang dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi NTT, gedung gereja ini didesain sebagai gedung gereja contoh ramah alam dan tahan bencana.

Budi Lili, MT, staf pengajar dari Fakultas Teknik Arsitektur Unwira yang juga wakil ketua IAI-NTT mengatakan desain bangunan gedung gereja ini diadaptasikan dari arsitektur rumah adat Rote.  

Pdt. Mery Kolimon Hadiri Pelatihan Tukang di Jemaat Iktus Danoheo

Kebaktian peletakan batu pertama dipimpin Pdt. Nicolas Lumba Kaana, M.Th, telah dilaksanakan pada pekan lalu, Minggu, (15/11), dihadiri Asisten 3 Kabupaten Rote Ndao, Yermi Haning, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rote Ndao, Abnela Fobia dan Ketua Majelis Klasis (KMK) Rote Barat Daya, Pdt. Tonias Nalle.

Wakil Bupati Rote Ndao dalam sambutannya yang dibacakan Aisten 3, berharap proses pembangunan gedung gereja ini didukung dengan kerja sama antara jemaat, panitia maupun pemerintah sehingga kelak sarana peribadatan ini menjadi tempat persekutuan yang menumbuhkan iman jemaat.

Dalam sambutan itu, Yermi juga meneruskan pesan dari Paulina Haning-Bullu, (bupati Rote Ndao), yang berhalangan hadir karena urusan keluarga, bahwa secara pribadi keluarga ini akan menyumbang dana sebesar 50 Juta Rupiah untuk pembangunan gedung gereja ini.

Atas bantuan tersebut, KMK Rote Barat Daya, menyampaikan terima kasih yang tulus.

Pdt. Tonias dalam suara gembala juga meminta perhatian seluruh jemaat termasuk jemaat-jemaat di Klasis Rote Barat Daya untuk mendukung pembangunan gedung gereja Ikhtus Danoheo.

Pembangunan gedung gereja berukuran 27 X 15 ini didukung oleh para tukang lokal yang telah dilatih khusus oleh tenaga ahli dari Unwira dan IAI-NTT. Gedung gereja ini membutuhkan biaya kurang lebih 500 Juta Rupiah. Dana sebesar itu disiapkan oleh Tim Tanggap Siklon Seroja MS GMIT dan selebihnya berasal dari jemaat, para donatur individu dan lembaga. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *