Emeritasi Pendeta, Sebuah Etape Hidup

Proses emeritasi adalah bagian dari etape kehidupan sebagai pendeta. Sebagaimana Yakub menang dalam pergumulan di Yabok, emeritasi juga merupakan kemenangan sebab peristiwa emeritasi artinya penambahan gelar baru yakni gelar penghargaan. Demikian dikatakan oleh Pdt. Benjamin Nara Lulu dalam khotbahnya pada Kebaktian Emeritasi 14 orang pendeta GMIT di Jemaat Maranatha Oebufu pada Minggu, 26 Juli 2015.

Pdt. Benjamin mengingatkan bahwa tugas para emeritus bertambah melalui proses emeritasi yakni bagaimana menjadi teladan bagi pendeta lainnya. “Bapa, mama tolong loti kami yang masih bekerja apa sudah baik atau belum,” pinta Pdt. Benjamin.

14 orang pendeta GMIT yang telah tiba di penghujung jalan layan selaku karyawan GMIT adalah : Pdt. Emr. Magdalena B. Umpenawany, S.Th, Pdt. Emr. Daniel Y. Thobias Nenot’Ek, S.Th, Pdt. Emr. Mesakh Jackobus Karmany, S.Th, Pdt. Emr. Jafris Jonathan M. Boimau, Sm.Th, Pdt. Emr. Obeth Bolle, Sm.Th, Pdt. Emr. Alexander A. Alisastro Sir, Sm.Th, Pdt. Emr. Alexander Huka, Sm.Th, Pdt. Emr. Methusalak Naben, S.Th, Pdt. Emr. Yunus Maping, S.Th, Pdt. Emr. Chatarina S. Lalus-Thonak, Sm.Th, Pdt. Emr. Petrus Naiola, Sm.Th, Pdt. Emr. Eduard D.U. Karo, Sm.Th, Pdt. Emr. Folkes Lorens Pellondou, S.Th dan Pdt. Emr. Yurimen M. Mooy, S.Th

Sementara Pdt. Emr. Jack Karmany, mewakili para emeritus menyampaikan ungkapan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung mereka dalam pelayanan. “Terima kasih kepada keluarga, kerabat, jemaat, semua pekerja gereja dan pemerintah yang telah bekerja bersama. Tuhan telah memanggil kami dan memakai kami. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan selalu teruji. Ada pertolongan Tuhan yang datang memberkati kami saat dapur kami tidak berasap. Pertolongan itu tetap ada hingga masa emeritasi di Maranatha. Terpujilah Tuhan,” kata Pdt. Jack. Ia juga menyampaikan nasehat kepada para pemimpin gereja untuk tetap mengidolakan Yesus dan menjadikan Yesus sebagai standar moral yang benar. “Itu lebih penting dari pada karunia berkhotbah dan prestasi akademik. Jadilah teladan kebenaran sebab anggota jemaat bukan saja ingin mendengarkan firman Allah tapi juga mau contoh dalam dirimu. Maka haruslah pemimpin gereja menunjukkan kesetiaan pada Kristus dan menjadikan Kristus sebagai teladan atau contoh,” kata Pdt. Jack. Selanjutnya ia mengingatkan para pendeta untuk jangan merasa cukup sebab cukup itu belum cukup. Cukup sehat belum sehat. Cukup bermutu belum tentu bermutu. “Saat ini fasilitas semakin memadai maka jangan menjadi celebriti tapi pancarkan aura iman dan kasih.”

Pdt. Jack pada kesempatan itu juga meminta kepada warga jemaat, untuk memberikan kesempatan kepada mereka, para emeritus, untuk tidak memadamkan api pelayanan mereka. “Kami pensiun dari rutinitas pekerjaan tapi kami tidak pensiun dari melayani Yesus Kristus.” Ia mengajak jemaat untuk mencintai gereja sebagai tempat teraman, ternyaman dan rumah sehat. “Hati-hati karena makan di warung rasanya sedap tapi belum tentu sehat,” kata Pdt. Jack. Ia minta jemaat untuk menghormati dan memberikan penghargaan serta berbicara dengan pendeta seperti bicara dengan benih kebenaran Kristus. “Jangan bicara tentang pendetamu dengan orang lain kecuali dengan Tuhan.”

Pdt. Jack mengingatkan semua yang hadir bahwa GMIT tidak sempurna. “GMIT memiliki begitu banyak tantangan baik globalisasi, konsumerisme, pencitraan diri melalui medsos karena itu GMIT butuh kritik dan kecaman tapi semua mesti dilakukan dalam iman.” Pdt. Jack mengakhiri suara hatinya dengan memohon maaf jika kehadiran mereka cukup merepotkan, melukai dan meninggalkan tanda kecut. “Relakanlah kami memasuki masa purnalayan,” katanya.

Hadir dalam kebaktian emeritasi, Walikota Kupang, Yonas Salean. Ia menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh para pendeta telah membantu pemerintah. “Kita telah sama-sama telah mengelola pemerintahan ini. Dukungan doa, tindakan, perbuatan bapak ibu telah kami rasakan. Biarlah kemitraann gereja dan pemerintah tetap terjalin,” kata Yonas Salean. Pada kesempatan itu, ia memberikan tanda kasih kepada para emeritus sebanyak Rp. 70 juta untuk 14 pendeta emeritus sebagai rasa hormat untuk pengabdian yang telah mereka lakukan.

Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Robert Litelnoni, dalam suara gembala, mengatakan bahwa sepeti Yakob di sungai Yabok mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Tuhan maka emeritasi adalah saat mengosongkan diri dan mempertanggungjawabkan semua kepada Tuhan,” kata Pdt. Robert. Ia memberi gambaran tentang perjuangan beberapa pendeta emeritus yang dikenalinya telah mengukir kisah pelayanan di GMIT. “Atas nama GMIT, saya menyampaikan terima kasih kepada bapak dan ibu yang telah mengukir pelayanan. Bapak, ibu telah membaptis, mengajar dan memberkati. Terima kasih juga kepada istri suami dan anak-anak yang telah turut memberikan nilai yang baik untuk para hamba Allah ini berlari sampai batas.” Pdt. Robert meminta agar para emeritus tetap menjadi berkat bagi GMIT. “Dalam Tata Gereja tidak ada ruang untuk membentuk badan emeritus tapi hal itu justru memungkinkan para emeritus bisa berkumpul dan membentuk apa saja untuk disumbangkan bagi gereja. Fungsi sebagai karyawan GMIT berakhir tapi sebagai pendeta GMIT tetap. “Secara fungsional bapak ibu tetap pendeta GMIT.” •••

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *