GMIT GELAR SIMPOSIUM TEOLOGI NASIONAL HUMAN TRAFFICKING

BENLUTU-TTS, WWW.SINODEGMIT.OR.ID, Majelis Sinode GMIT bekerja sama dengan Asosiasi Teolog Indonesia (ATI) dan Jaringan Pendidikan Teologi Indonesia Timur (JPT Intim) menggelar simposium teologi nasional bertema “Gereja Melawan Perdagangan Orang”. Kegiatan ini berlangsung di Pusat Pelatihan Misi Terpadu (PPMT) di Benlutu, kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan melibatkan sekitar 80 orang peserta dari berbagai profesi diantaranya: pendeta jemaat, dosen teologi, peneliti, mahasiswa, LSM/aktivis buruh migran dan korban TKI. Para peserta selain dari NTT juga datang dari berbagai wilayah di Indonesia seperti: Jakarta, Ambon, Tentena, Pematang Siantar, Makasar dll.

Ketua Panitia, Pdt. Nikolas Lumba Kaana M.Th, mengemukakan bahwa kegiatan ini bertujuan mengumpulkan dan memberi ruang kepada para teolog untuk berdiskusi dalam forum akademik tentang persoalan buruh migran sebagai bagian pergumulan teologis GMIT. Hasil dari kegiatan tersebut diharapkan dapat dipublikasikan dan/atau menjadi referensi untuk perkembangan teologi di Indonesia. Bagi GMIT, hasil simposium ini dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah kajian teologis terhadap isu perdagangan orang.

Pdt. Kartika Direja, M.Th, selaku bendahara ATI, dalam sambutannya mengatakan, ATI merupakan perkumpulan teolog-teolog muda dari berbagai sekolah teologi di Indonesia yang juga memberi perhatian pada isu-isu teologis yang dihadapi gereja-gereja. Ia mengapresiasi kegiatan simposium yang diinisiasi oleh GMIT dan JPIT dan berharap simposium ini dapat memperlengkapi dan memperkaya pengetahuan peserta dan yang terpenting adalah menggugah kesadaran dan keberanian orang  untuk bersatu melawan perdagangan orang dan kekerasan terhadap buruh migran.

Kepentingan GMIT dengan mengadakan Simposium Teologi Nasional ini kata Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, sebagai tanggapan gereja dalam merespon isu-isu krusial yang dihadapi oleh GMIT. Dewasa ini menurut Pdt. Mery, GMIT makin menyadari adanya tantangan serius terkait isu perdagangan manusia. Bahkan ia menyebut GMIT dengan metafora sebagai gereja yang penuh luka. “GMIT adalah gereja yang penuh luka. Luka karena kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena itu GMIT mendorong dirinya sungguh-sungguh mencari maksud Allah bagi gereja-Nya di tengah-tengah realitas perdagangan orang ini. Dengan energi yang ada, kami berusaha memberi tanggapan dan berteologi dari pengalaman dengan narasi para korban, penyintas dan komunitas.”

Simposium ini berlangsung dari hari ini Senin, 29 hingga Selasa, 30/05-2017.  Selama dua hari, simposium diisi dengan presentasi hasil penelitian ilmiah dan juga kajian teologis terkait perdagangan orang di NTT yang melibatkan 16 orang narasumber dari berbagai latar belakang disiplin ilmu teologi dan peneliti ilmu sosial. Daftar nama narasumber dan judul materi sebagai berikut:

No Pemateri Judul
1 Pdt. Dr. Mery Kolimon Deskripsi Persoalan dan Analisis
2 Karsiwen Narasi Penyintas dari Kabar BUMI (Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia
3 Yuli Benu, S.Th, Lusi Polamau, S.Th, Data Korban Hasil Pendampingan JPIT
4 Cornelius Selan, S.Th Analisis Data Korban Meninggal 2016
5 Marce Tukan, SE, SH, M.Hkm Bentuk-Bentuk Risiko Pada Anak dari Keluarga Buruh Migran
6 Lia Wetangterah M.Th Analisis Kompleksitas Masalah dan Faktor Perdagangan Orang
7 Dr. Dominggus Elcid Lie Pendekatan Sosiologis Terhadap Buruh Migran di NTT
8 Dr. Ira Mangililo Alkitab dan Buruh Migran
9 Ejodia Kakoensi, M.Th Teologi, Trauma dan Penyintas
10 Pdt. Endang Koli, M.Th Pendampingan Pastoral Terhadap Korban Perdagangan Orang
11 Aprisa Taranau Pendampingan Pastoral Terhadap Buruh Migran
12 Pdt. Dr. Besly Messakh Pendampingan Pastoral Terhadap Pelaku Perdagangan Orang
13 Pdt. Nico Lumba Kaana M.Th dan Pdt. Wanto Menda, S.Th GMIT Melawan Perdagangan Orang
14 Elia Maggang, M.Th, St. Ibadah Melawan Perdagangan Orang
15 Johny Simanjuntak Advokasi dan Perlindungan Terhadap Buruh Migran Peran PGI dan Pemerintah
16 Pdt. Emmy Sahertian, M.Th Isu Perdagangan orang dan Peran Pendidikan Anggota Gereja

Hasil-hasil penelitian ini akan dibukukan dan menjadi sumber belajar bagi gereja dan masyarakat NTT guna memerangi human trafficking. ***

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *