Kronologi Bencana Siklon Seroja di Jemaat GMIT Rehobot Maleipea-Alor

Evakuasi korban meninggal dunia karena tertimbun longsor di jemaat Pospel Imanuel Kanaikai

Alor, www.sinodegmit.or.id, Sukacita perayaan Paskah menjadi tragedi memilukan bagi Jemaat GMIT Rehobot Maleipea dan Pospel Imanuel Kanaikai di Klasis Alor Tengah Selatan.

Siklon Seroja yang berpuncak pada Minggu 4 April 2021 mengakibatkan longsor dan banjir bandang yang mengejutkan warga yang tidak siap menghadapi bencana dasyat itu.  

Vikaris Yafet Ranbokimenulis kronologi peristiwa tersebut demikian:

Sekitar jam 8 pagi di Maleipea, kami dikagetkan dengan banjir yang mengakibatkan banyak rumah rusak, sapi mati, dan harta benda yang tak terhitung terbawa banjir.

Jam 9 pagi saya memimpin kebaktian di Pospel Imanuel Kanaikai, badai itu mengamuk. Kursi-kursi di dalam ruang gereja berantakan. Saya cemas sekali. Saya masuk ke ruang pelayan dan berdoa. “Tuhan, kalau bisa badai ini berlalu, agar kami dapat beribadah di rumahMu yang kudus, tetapi jangan menurut apa yang kami kehendaki, melainkan apa yang Tuhan kehendaki.”

Setelah berdoa, saya dan koster menyusun lagi kursi-kursi, namun badai mengamuk dan kursi-kursi itu berseraka. Saya katakan kepada koster, “Bapak Koster Nes, apapun yang terjadi kita tetap beribadah.”

Kebaktian hanya dihadiri 11 orang, tidak seperti biasanya.

Sepanjang kebaktian berlangsung, badai terus mengamuk. Alkitab di atas mimbar basah oleh air hujan. Mimbar tergoyang, tetapi saya tetap kuat dan tidak jatuh dari mimbar. Saya bertahan sampai selesai memimpin ibadah minggu.

Kira-kira jam 12:30 kami makan siang bersama tuan rumah tempat saya tinggal. Selesai makan, saya masuk kamar. Tiba-tiba terdengar bunyi seperti pesawat jatuh.

Saya lari keluar rumah. Ternyata bukan pesawat melainkan batu-batu jatuh dari gunung disertai longsor seperti tsunami. Saya lari menuju ke gereja, tapi apa daya saya dikejar badai yang ganas sehingga berbalik arah menuju ke tempat yang lain.

Saya dan sejumlah warga jemaat lari menyelamatkan diri menuju kampung tetangga yang bernama Tominuku. Kami tinggal di gereja katolik. Pastor menerima kami dengan sukacita.

Korban meninggal dunia 7 orang (semua korban yang tertimbun lumpur sudah ditemukan), 5 orang luka-luka, rumah-rumah penduduk hancur, tanaman pinang, kopi, cengkeh, fanili, kemiri tertimbun lumpur.

Senin, jam 7.00 pagi, saya dari tempat pengungsian kembali ke Pospel Imanuel Kanaikai, dan mengajak jemaat untuk ibadah syukur Paskah di gereja. Yang hadir hanya jumlah 9 orang. Ketakutan, kecemasan dan kekuatiran tidak melemahkan iman kami, tetapi kami belajar untuk selalu berserah, mendekatkan diri dan mengandalkan Tuhan. Iman kami akan selalu dimurnikan untuk terus bertumbuh di tengah badai yang mengancam.

Hingga saat ini warga Jemaat Pospel Imanuel Kanaikai masih mengungsi. Ada yang mengungsi di keluarga dan lainnya tinggal di gedung gereja Jemaat Rehobot Maleipea. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *