www.sinodegmit.or.id, KUPANG. “Kami berharap paket ini (Paket Sahabat, red.) dan paket-paket yang lain untuk berpolitik yang santun dan jujur. Kami bangga kalau warga GMIT memimpin kota ini, tetapi kami jauh lebih bangga lagi kalau kepemimpinan itu di dapat melalui proses yang santun, yang jujur, yang memberi sumbangan pada kualitas demokrasi yang lebih baik di kota dan daerah ini. Jadi kami titip hal tersebut pada Pak Jonas dan dan Pak Niko untuk benar-benar hal ini didorong baik dalam proses di partai-partai maupun dalam perjumpaan dengan masyarakat,” demikian pesan Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery L.Y. Kolimon saat mendapat kunjungan dari Paket Sahabat Jonas Salean M.Si, dan Nikolaus Fransiskus di kantor sinode GMIT, Selasa 4 Oktober 2016.
Dalam kunjungan yang berlangsung selama satu jam tersebut, Jonas Salean yang juga walikota Kupang menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan peran dan kerja sama pemerintah dan gereja dalam membangun kota dan secara khusus ia meminta dukungan doa untuk ikut dalam proses politik Pilkada kota Kupang sebagai calon walikota Kupang periode 2017-2022.
Ketua Majelis Sinode, Pdt. Mery Kolimon yang juga didampingi Majelis Sinode Harian, Pdt. Agustina Oematan-Litelnoni (wakil ketua), Pdt. Yusuf Nakmofa (sekretaris), Pdt. Marselintje J. Ay-Touselak (wakil sekretaris) dan Pnt. Mariana Roesmono-Rohi Bire (bendahara), menegaskan berkali-kali tentang sikap politik gereja terutama GMIT bahwa, politik adalah karya Allah sendiri untuk menata dunia yang diciptakan dengan kasih supaya menjadi baik tetapi karena dosa manusia politik menjadi kotor. Politik menjadi alat perebutan kekuasaan bukan lagi sebagai alat untuk menata kehidupan bersama. Karena itu, setiap orang dipanggil untuk terlibat bersama Allah untuk mengisi kebaikan itu. Jadi menurutnya, siapa pun calon yang datang untuk meminta doa pasti GMIT akan berdoa untuk para calon.
Kepada Paket Sahabat, Ketua sinode GMIT mengingatkan betapa tidak ringannya dinamika berpolitik. Karena itu sebagai calon pemimpin, supaya proses politik yang sedang berlangsung sekarang tidak boleh sekadar meraih kekuasaan tetapi ada proses pendidikan politik yang mendorong warga masyarakat untuk makin cerdas berpolitik. “Hingga sekarang kita masih terjebak dalam demokrasi prosedural, belum substansial. Kita sudah puas kalau pemilihan terjadi tetapi apakah pemilihan itu sungguh-sungguh mendorong kedewasaan masyarakat untuk menggunakan kewenangannya. Karena itu kami berharap paket ini berkomitmen untuk tidak sekadar terpilih, tetapi bahwa proses itu juga menjadi proses pendidikan politik di kota ini.”
Terkait pernyataan tersebut, Jonas Salean berjanji sebagai warga GMIT apalagi sebagai presbiter (penatua) di salah satu jemaat GMIT di Klasis Kota Kupang, ia akan menjaga nilai-nilai berpolitik dan menjaga kebersamaan seluruh warga kota tanpa memandang etnis dan agama.