kHOTBAH MINGGU 11 SEPTEMBER 2016

Bahan Renungan Minggu, 11 September 2016

PA  : Matius 4 : 1 – 11

Pernah terjadi seorang suci yang sedang berkuda dalam suatu perjalanan bertemu dengan orang yang sangat miskin. Orang miskin itu meminta sedekah kepada orang suci tersebut. Orang suci itu berkata bahwa ia akan memberikan kuda tunggangannya kepada si miskin itu, asal si miskin itu dapat berdoa Bapa Kami dengan penuh perhatian dan penghayatan  pada isi doanya. Si miskin itu menyanggupinya dan mulai berdoa dengan suara yang nyaring; tapi sebelum doa itu selesai, tiba-tiba ia memutuskan doanya dan bertanya apakah kuda yang akan diberikan itu bersama pelana dan kekangnya ? Jadi selama berdoa itu pikirannya tidak ditujukan kepada Tuhan tapi kepada pelana kuda dan kekangnya. Ia tidak lulus dan ia tidak memperoleh apa-apa.

Dalam bacaan tadi juga kita mendengar bagaimana Yesus sendiri pernah mengalami pencobaan. Ia dicoba untuk mengutamakan makanan ( ayat 3  : Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti ), kemuliaan ( ayat 6 : jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah, sebab ada tertulis : mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatnya  dan mereka akan menatang Engkau diatas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu) harta dan kekuasaan ( ayat 9 : semua ini akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku ); daripada mengutamakan pengabdian kepada BapaNya dan sesama. Betapa hebatnya ujian si penggoda dan betapa pandainya si penggoda membaca situasi.  Si iblis tahu Yesus dalam  keadaan lapar setelah berpuasa 40 hari  ( ayat 2 );  bahkan ia tahu untuk apa Yesus datang ke dunia dan karena itu  ia melancarkan serangannya.  Tetapi ternyata Yesus tidak tergoda  karena Yesus lebih memilih untuk tetap mengabdi dan taat kepada BapaNya. Walaupun soal perut, kemuliaan, harta dan kekayaan tidak kalah menarik dan penting; namun Ia menempatkan ketiga hal tadi pada tempat dan proporsi yang sewajarnya. Atau lebih tepat dikatakan Yesus menempatkan semuanya itu dalam kerangka pengabdian dan ketaatan kepada BapaNya, bahkan sampai Ia mati di kayu salib. Dan ini bukti kemenangan Yesus atas cobaan iblis.

Bagaimana dengan kita ? Bukan tidak mungkin kitapun akan mengalami  cobaan dalam hidup ini. Karena kebutuhan perut, kemuliaan dan kekuasaan kita bisa saja melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan, yang pada akhirnya  Allah dikesampingkan dan sesama disisihkan dari kehidupan kita. Bisa juga  terjadi komitmen awal kita ada di rumah bersama inipun bisa menjadi luntur karena kita tidak mampu menempatkan  ketiga hal yang telah disebutkan tadi pada tempat dan proporsi yang benar.  Kehadiran kita sebagai orang-orang panggilan Allah menjadi sia-sia ketika kita lebih mengutamakan kebutuhan perut, mencari kemuliaan, dan berlomba-lomba mengumpulkan harta serta berambisi untuk memperoleh kekuasaan dan  keinginan untuk menguasai orang lain. Di rumah bersama ini kita ada untuk melakukan misi Allah melalui Gereja Masehi Injili di Timor, di rumah bersama ini kita ada untuk melakukan apa yang dirancang dan telah diputuskan bersama dengan tujuan untuk menghadirkan syalom Allah di dunia ini. Lakukanlah itu dalam kerangka pengabdian dan ketaatan kepada Allah dan kepada sesama. Dan siapa yang berkeinginan baik maka pasti ditolong oleh Tuhan.

A m i  n

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *