Sebagai kelanjutan kerjasama, Majelis Sinode dan Unicef menyelenggarakan Lokakarya Penyusunan Rencana Aksi Lembaga Agama untuk Perempuan dan Anak pada 28-30 Juli 2015 di Hotel On The rock Kupang.
Lokakarya selama 3 hari ini melibatkan GMIT, PUSPAS (Pusat Keuskupan Sikka), dan pemerintah, khususnya instansi pemerintah yang terkait dengan persoalan perempuan dan anak. Yang menjadi nara sumber yakni dr. Willy dari Unicef.
Selama lokakarya, berbagai penggambaran persoalan perempuan dan anak yang terjadi di wilayah pelayanan GMIT dan Keuskupan Maumere dibahas, khususnya masalah kepemilikan akte, kurang gizi atau gizi buruk, pola hidup yang tidak sehat dan lain sebagainya. “Hasil dari lokakarya ini kami harapkan akan menghasilkan berbagai program dari tiga komponen yang hadir yakni GMIT, PUSPAS dan Pemerintah mengenai rencana kerja yang dituangkan dalam program di lingkup masing-masing,” kata Pdt. Sarlinda Angal-Kisek, penanggung jawab program kerjasama GMIT dan Unicef.
Menanggapi berbagai persoalan yang harus dihadapi perempuan dan anak, Pdt. Iswardy Lay mengatakan bahwa sikap dan teladan dari Yesus menjadi teladan yang paling tepat untuk ditiru dalam hal memperlakukan perempuan dan anak. “Ketika berbicara tentang persoalan perempuan dan anak, maka bagaimana sikap dan keteladanan yang ditunjukkan Tuhan Yesus terhadap perempuan dan anak adalah sikap yang paling ideal untuk diteladani. Kita tidak sulit untuk menemukan cara yang paling tepat. Jadi perlakukanlah perempuan dan anak sebagaimana Yesus memperlakukan mereka,” kata Pdt. Ardy.
Sementara salah satu pastor dari Puspas Maumere mengajak semua peserta untuk melihat bagaimana Allah menciptakan manusa untuk mengalami kebahagiaan maka tidak boleh ada manusia yang menderita. “Gereja Katolik menetapkan untuk terlibat dalam seluruh kehidupan manusia demi menuntaskan penderitanan manusia maka jika masih ada banyak anak dan perempuan mengalami penindasan maka gereja punya tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Untuk itu kami akan bekerja sama dengan semua pihak demi penuntasan masalah ini,” katanya. Ia mengajak semua pekerja bagi persoalan perempuan dan anak untuk menimba sedalam-dalamnya isi hati manusia yang dilayani dan memahami apa yang mesti dilakukan untuk menlong setiap manusia yang menderita.
- Vama dari Unicef mengatakan kepedulian Unicef karena keprihatinan akan banyak masalah yang dihadapi. “Banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan dan perlu didukung semua pihak. Rencana aksi yang telah disusun akan menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak yang terkait,” kata dr. Vama.
Lokakarya ditutup oleh Kabid Sosial Budaya Bapeda NTT. Ia menyatakan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja dengan model yang biasa-biasa saja sebab akan menimbulkan banyak soal dan masalah tidak selesai. “Kerjasama dengan gereja baik GMIT maupun Puspas Maumere adalah bagian dari revolusi. Dan kami memberikan apresiasi terhadap buku yang dihasilkan oleh GMIT dan PUSPAS. Ini adalah hasil yang luar biasa. Gereja penting dalam konteks pembangunan di NTT,” katanya. Lebih jauh ia menyatakan dorongan yang telah dilakukan BAPEDA NTT terhadap mitra pemerintah yang lain untuk bekerjasama dengan semua mitra. “Sesuai kewenangan, Bapeda akan membantu. Sementara kami tetap komit untuk terus bekerjasama dengan gereja,” tutupnya. •••