Srikandi GMIT, Pemegang Tongkat Musa – Perhadapan MS 2015-2019

“Kita pilih Majelis Sinode karena kita mau Laut Tiberau dibuka dan umat Allah menyebanginya,” kata Pdt. Paruhuan P. Lumban Tobing dalam khotbahnya pada kebaktian Penutupan Sidang Sinode GMIT XXXIII dan Perhadapan Majelis Sinode GMIT Periode 2015-2019. Pernyataan itu disampaikannya sehubungan dengan khotbah yang didasarkan pada kisah keluaran Israel dari Mesir dan kepemimpinan Musa yang membawa nama Tuhan sehingga memungkinkannya berhasil menyeberangkan Israel dari tanah perbudakan Mesir menuju negeri merdeka. “Siapapun yang memegang tongkat Musa, sebengkanlah umat Allah. Namun ingat bahwa Tiberau bukan segalanya. Setelah Laut Teberau, masih ada Rafidim, Sungai Yordan dan Yerikho,” khotbah Pdt. Tobing.

Pdt. Tobing juga  mengingatkan Majelis Sinode bahwa sama seperti Yesus mempermuliakan nama Tuhan dengan cara memperkenalkan nama Allah dan kemudian semua orang mengenal Allah dan seperti Musa yang membawa dan memperkenalkan nama Allah kepada orang Israel dan Firaun maka tugas yang sama ditujukan untuk Majelis Sinode terpilih. “Untuk pergi memperkenalkan nama Allah, harus mengosongkan diri. Semua hamba Tuhan yang terpilih sebagai Majelis Sinode harus menghilangkan nama dirinya dan memperkenalkan nama Allah supaya sungguh-sungguh nama Allah dikenal di dunia,” kata Pdt. Tobing mengingatkan.
Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Batseba Fanggidae-Nunuhitu, M.Th sebagai liturgos dan Pdt. Paruhuan P. Lumbantobing sebagai pengkhotbah.
Majelis Sinode terpilih yang diperhadapkan adalah :
Ketua : Pdt. Dr. Mery L.Y. Kolimon.
Wakil Ketua : Pdt. Agustina Oematan-Litelnoni, S.Th.
Sekretaris : Pdt. Yusuf Nakmofa, M.Th.
Wakil Sekretaris : Pdt. Marselintje Ay-Touselak, S.Th
Bendahara : Pnt. Mariana Rohi Bire, SE.
Anggota :
Bidang Hukum : Pnt. Liven Rafael, SH, M.Hum.
Bidang Politik : Pnt. Fary D. Fransis, MMA.
Bidang Pendidikan : Pnt. Godlief F. Neonufa, MT
Bidang Ekonomi : Pnt. Robert P. Fanggidae, SE
Di tengah kebaktian, tepuk tangan jemaat menyertai pembacaan akta persidangan yang dilakukan secara bersama oleh Majelis Sinode GMIT dan dilanjutkan dengan penyerahan palu persidangan disertai hasil persidangan. Hasil persidangan terdiri atas 72 keputusan dan 13 ketetapan disertai rekomendasi-rekomendasi. Penyerahan palu dan hasil persidsngan dilakukan oleh Majelis Ketua Persidangan, atas nama Pnt. Lapananga kepada Majelis Sinode GMIT.
Mengomentari proses persidangan, Pnt. Yulius Riwu Kaho mengatakan bahwa dari segi penyelenggaraan sejak pembukaan sangat bagus. “Ada kekurangan kecil tapi tidak menghambat. Sidang berjalan lancar. Sayangnya dari segi kepemimpinan kurang maksimal karena orang berlomba-lomba bicara dan kurang ruang untuk mendengar suara orang lain sehingga kesimpulan dan keputusan jadi kurang jelas,” kata Pnt. Yulius. Menurutnya hal ini disebabkan Majelis Ketua Persidangan nyaris tidak punya kesempatan untuk mempersiapkan diri. “Ke depan untuk mendapatkan keputusan yang bermutu dan berbobot, peserta harus dipersiapkan dengan baik oleh klasis-klasis. MKP juga walau orang yang potensial, tapi dalam waktu singkat harus pimpin percakapan yang melibatkan ratusan orang, itu memerlukan persiapan,” lanjutnya.
Sementara untuk terpilihnya 4 orang srikandi memimpin GMIT, menurut Pnt. Yulius, mereka terpilih secara sah dan meyakinkan. “Dua orang di antara mereka sudah punya pengalaman memimpin di lingkup sinode sedangkan dua yang lain juga sudah cukup mengetahui kegiatan lingkup sinodal. Ibu Mery, misalnya, aktif di PTTG periode 2007-2011. Sedangkan ibu Rina sehari-hari bekerja di kantor sinode. Jadi mereka secara individual cukup siap memimpin gereja ini. Tinggal bagaimana bekerja sebagai tim diantara mereka berlima atau 9 dan dengan semua BPPS dan UPP di kantor sinode serta 44 KMK,” kata Pnt. Yulius meyakinkan. Leny M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *