Yeremia 17:1-8 – Pdt. Elisa Maplani, M.Th

LATAR BELAKANG TEKS

Kegiatan kenabian nabi Yeremia berlangsung di tiga masa pemerintahan yakni raja Yosua, Yoyakhim dan Zedekia. Maka masa kenabian Yeremia karena dilakukan sejak ia masih muda maka ia melampaui tiga pemerintahan. Pada masa raja Yosua memerintah, ia terkenal dengan melakukan reformasi yang hebat untuk  memperbaiki taraf kehidupan orang Yahudi di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena reformasi-reformasi yang dilakukan itu, penduduk Yehuda secara ekonomi makmur. Mereka menikmati kemamanan oleh karena militer yang kuat, sistem pemerintahan yang sebelumnya kacau pada masa raja Manasye berhasil direformasi sehingga mendatangkan rasa aman dan sejahtera bagi Yehuda. Akan tetapi reformasi di bidang ekonomi, sosial dan militer, tidak diikuti dengan reformasi yang serius di bidang keagamaan.

Pada masa itu penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan agama kafir sebagiamana yang mereka lakukan pada pemerintahan sebelumnya dan menjadikannya praktek hidup mereka. Ada ibadah kepada Baal, ada berhala-berhala pelacuran suci, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi praktek hidup yang lazim di Yehuda. Dalam konteks kehidupan seperti inilah Yeremia bernubuat atas otoritas Tuhan karena itu diyakininya pasti terjadi. Yeremiapun mengingatkan orang Yahudi tentang bagaimana Tuhan telah memperlihatkan kasih setia-Nya kepada mereka. Di sisi lain Yeremia mengkritik penduduk Yehuda dengan keras karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan.

Yeremia menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel. Selain itu sekaligus nabi berharap dengan berita hukuman maka ada titik balik atau pertobatan Yehuda. Harapannya Yehuda akan bertobat karena itu ia terus mendorong supaya mereka berbalik kepada Tuhan. Inti dari konteks pergumulan adalah sinkritiske dan pengandalan diri.

ANALISIS TEKS

Ada dua hal yang disingkapkan :

  1. Ayat 1-4 : berbicara tentang perbuatan dosa dan akibatnya

Pertama. Perbuatan dosa dan akibatnya (ayat 1-4). Yeremia menuduh orang Yehuda karena kefasikan mereka yang besar. Orang Yahudi secara kolektif memilih untuk tetap dalam dosa dan Yeremia menyimbolkannya sebagai perbuatan yang terukir pada mereka diri mereka. Penyembahan berhala dan kejahatan semakin merajalela dan menjadi bagian integral dari hidup mereka. Perbuatan mereka berdampak pada mereka akan terhilang dan mengalami kerugian yang tak terelakkan. Ketidaksetiaan berakitbat fatal yakni mereka kehilangan negeri, kehilangan berkat dan hidup dalam ketakutan sebagai bangsa budak. Tuhan memberi vonis berat yakni segala kenikmatan dan kekayaan di tanah perjanjian akan menjadi rampasan orang lain. Mereka akan mengalami kejatuhan besar. Yang dulunya hidup ada menjadi tiada. Yang dulunya hidup berkelimpahan menjadi kekurangan. Yang dulunya hidup dalam kemerdekaan menjadi hidup dalam ketakutan sebagai budak. Persoalan mendasar yang dihadapi oleh orang Yahudi adalah persoalan hidup yang tidak mengandalkan Allah.

  1. Ayat 5-8 : Yeremia mencoba menyandingkan kepercayaan yang berlawanan yang menghasilkan buah yang berlawanan. Yeremia mengkontraskan kehidupan umat Yahuda yang mengandalkan diri pada kenikmatan sesaat dengan kehidupan orang yang mengandalkan Tuhan. Bagi sang nabi, mereka yang mengandalkan diri pada manusia serta segala yang ada pada mereka, oleh sang nabi dilukiskan sebagai padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Bentuk kepercayaan yang berpusat pada diri dan sandaran diri pasti akan bermuara pada kekecewaan dan pasti akan lenyap. Mereka tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan.

Sebaliknya bagi Yeremia mereka yang mengandalkan Tuhan ibarat pohon yang ditanam di tepi aliran air. Bisa jadi pohon yang ditanam pada tempi air akan mengalami masa yang berat saat masa pertumbuhannya tapi ia akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang membuat akarnya semakin tertancap dalam, berdiri kokoh dan menghasilkan buah. Dari segi sastra ayat 8 sama dengan Mazmur pasal 1:1 dan 6. Kita tidak tahu apakah nabi mengutip Mazmur tapi kemiripan Mazmur 1:1 dan 6 ada. Dalam Mazmur ada penggambaran nasib orang benar dan fasik. Orang fasik hidup dan masa depan mereka tidak menentu arah bagaikan sekam yang ditiup anginn dan jalannya menuju kebinasaan. Berbeda dengan orang benar, tidak berjalan menurut jalan orang fasik tapi yang menjadikan taurat Tuhan sebuah kesukaan dan merenungkannya siang dan malam. Lalu tentang nasib mereka dikatakan jalan hidup mereka Tuhan kenal dan selalu menghasilkan buah. Apa saja yang diperbuatnya berhasil.

PESAN TEKS

  1. Perbuatan dosa selalu berakibat fatal yakni hidup dalam bayang ketakutan dan pada akhirnya binasa. Karena itu pertobatan adalah syarat mutlak untuk mengalami kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah itu telah Allah kerjakan dengan mengutus Putra TunggalNya yakni Yesus Kristus untuk menderita, tersalib dan mati.
  2. Belajar untuk tetap setia kepada Allah dengan mengandalkan Allah. Jangan tergoda dengan keberhasilan atau hasil usaha kita. Jangan mengandalkan manusia termasuk mengandalkan apa yang kelihatan pada kita yakni jabatan, harta, kekuasaan seperti Yahuda. Dasar yang kokoh yang membuat kita sanggup berdiri teguh dan bertahan dalam menghadapi badai kehidupan terletak pada hidup yang mengandalknan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan. Keberhasilan hanya dapat diraih oleh orang yang hidup di dalam dan bersama Tuhan.

PERTANYAAN

  1. Identifikasikan apa ciri pemberontakan mansuia pada zaman modern ini. Termasuk di dalamnya gereja!
  2. Bagaimana tampilan gereja sebagai sang nabi dalam menyuarakan berita pertobatan?

RELEVANSI

  1. Kita bisa tampil sebagai sang nabi untuk menyuarakan berita keselamatan kalau kita mampu meninggalkan hobi kita untuk menghidupkan dosa dalam diri.
  2. Salah satu kelemahan kita masyarakat modern adalah merelatifkan kuasa Tuhan dan mengandalkan kekuatan diri. Tuhan hanya diandalkan pada saat darurat. Kita juga memproduksi Tuhan sendiri dan mengandalkannya sebagai kekuatan kita. Ketika nilai rupiah turun, banyak orang ketakutan termasuk gereja. Ketika perubahan iklim terjadi juga demikian dikarenakan kita mengandalkan kekuatan diri sendiri. Ada juga kasus di depan mata dimana gereja terksan mengandalkan diri sendiri yakniyang dihadapi oleh beberapa Jemaat Koinonia soal tempat karaoke Happy Papi.Kasus ini jadi percakapan hangat di media online dan cetak. Diskusi tentang karaoke yang terletak tepat di depan gedung kebaktian Jemaat Koinonia sudah melebar jauh dan GMIT mesti memberi penekanan tentang masalah ini. Ada indikasi sekelompok orang mau bergerak untuk membela imannya di tengah situasi ini. Dalam situasi seperti ini panggilan kita cuma satu yakni panggilan Yeremia di Yeremia 1:10 yakni mencabut dan merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam. Artinya ada hal yang harus dicabut dan dirobohkan, dibinasakan dan diruntuhkan tapi juga membangun dan menanam.
  3. Teks bacaan memperlihatkan adanya fenomena kecemburuan dimana Yeremia mencoba menggambarkan kecemburuan Allah terhadap umatNya yang digambarkan sebagai kecemburuan suami terhadap istri karena kecenderungan Yehuda untuk tidak setia. Ada perselingkuhan rohani dimana Yehuda meninggalkan Tuhan dan lebih mendekatkan diri pada penyembahan berhala. Kalau dilihat teks ayat 5-8, ada kaitan dengan rasa cemburu karena Allah ktia adalah Allah yang cemburu dan Ia tidak mau kita berpihak pada yang lain. Aoalagi menyembah yang lain. Jadi dalam konteks kehidupan kita sekarang, banyak kita temukan fenomena seperti ini. Di jaman post modern, sangat nampak dengan jelas. Ada ilah-ilah modern yang secara umum kita lihat dan dapat dihubungkan dengan perilaku sosial kemasyarakatan dan gereja. Misalnya individualisme, sekularisme, materialisme, hedonisme dan sinkritisme. Beberapa orang pendeta, saat diundang pertemuan dengan Walikota Kupang, mengusulkan agar karang dempel ditutup. Kita belajar dari Walikota Surabaya dan Jakarta yang menutup tempat pelacuran. Di Kupang, tugas gereja adalah menyuarakan masalah ini.
  4. Persoalan sosial lain yang dihadapi dan digumuli gereja saat ini adalah masalah LGBT. Banyak penyimpangan perilaku yang terjadi dan mereka harus ditolong untuk berubah. Terutama karena orientasi sexual mereka yang yang menimpang dan bukan menerima tanpa menolong mereka. Kita sebagai gereja mesti menyatakan sikap yang jelas tentang hal ini.
  5. Kritik Yeremia yang paling keras adalah tentang praktek ibadah. Ibadah mengalami krisis nilai. Banyak orang ke Bait Allah tanpa spiritualitas. Yang dimaksudkan dalam ibadah bukan hanya akta seremonial tapi akta kehidupan. Hal yang harus kita gumuli adalah konektisitas antara ibadah dan perilaku. Kekristenan jangan menjadi kekristenan hari minggu. Realitas kita adalah hari minggu saleh di gereja tapi di luar hari minggu dilakukan perbuatan jahat.

Gereja yang menjalankan fungsi kenabian mesti seperti seorang nabi yang memiliki kepekaan terhadap keadaan umat dan kehendak Allah. Gereja mesti punya kepekaan sehingga turut merasakan pergumulan masyarakat.

PA Kantor Sinode Pada Sabtu, 5 Maret 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *