KUPANG, WWW.SINODEGMIT.OR.ID, Konferensi Nasional III Forum Komunikasi Antar Umat Beragama bertempat di Medan. Konferensi yang berlangsung selama 3 hari sejak 21-23/05-2017 ini di buka oleh Gubernur Sumatera Utara Ir. H. T. Erry Nuradi pada Minggu (21/05/2017).
Kepada Berita GMIT, Pdt. Agustina Oematan-Litelnoni, wakil ketua Majelis Sinode GMIT yang juga salah satu dari 6 utusan dari FKUB NTT melaporkan dua kesepakatan penting yang dihasilkan dari konferensi ini yakni: Pertama, kerukunan umat beragama adalah kebutuhan yang harus terus menerus diusahakan oleh semua pihak dan harus didukung oleh pemerintah, legislativ dan masyarakat serta tokoh-tokoh agama. Kedua, supaya pemerintah tegas mencabut ijin organisasi-organisasi yang anti 4 pilar Negara: Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Usai konferensi pada 23 Mei peserta diundang ke Istana Bogor untuk silahturahmi sekaligus menyampaikan hasil konferensi kepada Presiden Jokowi. Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi meminta semua pihak agar menjaga kerukunan.
Kepada peserta, Presiden Jokowi juga menceritakan pertemuannya dengan presiden Afganistan, Asraf Ghani. “Presiden Jokowi, negaramu ini sangat beragam, sukunya banyak sekali, agamanya banyak, bahasa lokal juga banyak. Jaga betul yang namanya kerukunan dan persatuan itu,” begitu pesan Presiden Afghanistan, Asraf Ghani, sebagaimana ditirukan Presiden Jokowi.
Selanjutnya Jokowi mengajak peserta untuk belajar dari konflik di Afganistan, di mana pertikaian antar faksi-faksi bisa menjadi bahaya besar terjadinya perpecahan seperti yang terjadi saat ini. “Afghanistan itu kaya raya, punya tambang emas terbesar di dunia, tapi belum dieksplorasi. Punya tambang emas dan minyak juga termasuk terbesar di dunia, tapi apa yang terjadi? Pertikaian. Karena pertikaian itu maka Presiden Ghani selama 24 tahun terakhir ini berada di luar Afghanistan, dimana saat ini terdapat sekitar 40 faksi yang sudah sangat sulit dirukunkan sehingga Indonesia dengan 17 ribu pulau, 34 provinsi dan memiliki lebih dari 700 suku harus benar-benar menjaga kerukunan. Tidak ada di Negara manapun di dunia seperti Indonesia dengan juga beragam agama,’’ tutur Jokowi.
Presiden mengakui sepanjang 72 tahun merdeka, ada dinamika dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga sesekali timbul gesekan namun beliau berpesan agar gesekan yang terjadi dapat segera diselesaikan dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pembelajaran yang mendewasakan.