PENGUKUHAN PENGURUS JARINGAN PEDULI ANAK BANGSA REGION NTT

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB), sebuah lembaga interdenominasi kristen yang memiliki visi pelayanan kepada anak berisiko, terus memperluas jaringannya di berbagai wilayah di Indonesia.  Untuk wilayah NTT, pengukuhan pengurus dilangsungkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)-Penfui, Sabtu, 22/07 atau sehari jelang peringatan Hari Anak Nasional.

Pengurus yang dikukuhkan antara lain: Penasihat, Pdt. Dr. Mery Kolimon, Romo Geraldus Duka, dr. Bobby Koamesah. Pengurus Inti: Ketua, Pdt. Anita Amnifu-Mooy, Sekretaris, Susi Wardani, Bendahara: Jimmy Mumu, S.Th. Pengurus bidang program: Pdt. Roni Runtu, Pdt. Yaksih Nubantimo, Itje Inabuy S.Pd., Pdt. Sally Bullan, RD. Dedy Ladjar, Fonni Mella dan dr. Aryanti Yusnita.

Acara pengukuhan diawali dengan kebaktian bersama yang dipimpin oleh Pdt. Emr. Samuel Viktor Nitti, M.Th. Belajar dari kisah Markus 10 tentang murid-murid yang menghalang-halangi anak-anak yang dibawa orang tua mereka kepada Yesus, Pdt. Nitti mengatakan saat ini justru banyak orang tua menjadi penghalang bagi anak-anak bertemu dengan Yesus.

“Banyak orang tua yang hidup di masa sulit, tiba-tiba semua serba mudah dan ingin memanjakan anak-anaknya supaya tidak menderita seperti yang mereka alami pada masa kecil. Orang tua membelikan dan memberikan alat-alat bermain modern. Dan alat-alat modern ini bisa menghalang-halangi anak-anak untuk mendekat kepada Yesus melaui doa dan baca Alkitab. Kalau jam berdoa, anak bilang Bapak berdoa sa, ini ada film bagus,” tuturnya.

Menurut Pdt. Nitti, alat-alat permainan modern termasuk televisi dan hand phone, lebih memikat hati anak-anak daripada pergi ke sekolah minggu. Belum lagi kemudahan dalam mengakses konten-konten yang bisa jadi menarik perhatian sekaligus merusak moral anak.

Karena itu ia mendorong gereja-gereja untuk tidak kalah dalam menyiapkan materi-materi pembelajaran yang menarik bagi anak-anak.

“Perkataan Yesus, “Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka,” menjadi semacam tantangan bagi gereja agar gereja lebih serius menghadapi dan menyingkirkan halangan-halangan tersebut agar anak-anak dengan mudah memperoleh hak yang Kristus sudah tetapkan bagi mereka yaitu hak sebagai ahli waris Kerajaan Sorga. Gereja tidak boleh kalah akal melainkan wajib memikirkan, mencari dan menemukan bentuk dan cara yang menarik hati dan minat anak-anak untuk ikut serta dalam arak-arakan menuju Kerajaan Sorga,” tegasnya.

Ketua JPAB Nasional, Haryati Khristianto dalam sambutannya meenjelaskan betapa saat ini anak-anak Indonesia berada dalam kondisi darurat baik itu darurat kejahatan seksual, narkoba, pornografi, perdagangan, perbudakan dst-nya. Ia berharap JPAB dalam kemitraan dengan gereja, sekolah-sekolah kristen dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)-NTT, bisa memberi kontribusi yang optimal dalam pemenuhan hak-hak anak terutama di regional NTT.

Pada kesempatan yang sama ketua Majelis Sinode GMIT Pdt. Mery Kolimon dalam suara gembalanya  dihadapan 30 anak penghuni LPKA, mengajak mereka untuk belajar dari pengalaman buruk masa lalu serta pembentukan karakter dan talenta selama berada di Lapas untuk kelak menjadi berkat bagi diri, keluarga, gereja dan bangsa.

Kepada pengurus JPAB yang dikukuhkan, Pdt. Mery mengemukakan bahwa, tantangan gereja terkait persoalan anak tidak mudah. Karena itu kemitraan antar lembaga penting guna menghadapi tantangan-tantangan yang ada secara bersama-sama. “Hal membiarkan anak-anak datang kepada Yesus membutuhkan upaya aktif, cerdas, sungguh-sungguh dan sistematis oleh gereja,” tandasnya.

Yoktam (19) salah satu penghuni lapas anak sekaligus menjabat sebagai penatua mengaku mengalami perubahan hidup selama mendekam di penjara. “Dulu beta sonde pernah dengar nasehat orang tua. Juga sangat jarang ke gereja, tapi di sini Tuhan bentuk beta jadi lebih baik. Nanti keluar dari sini beta mau lanjut sekolah karena beta punya cita-cita mau jadi polisi,”ujarnya.

Di Hari Anak Nasional ini ia berpesan agar teman-teman seusianya jangan meniru perbuatan jahat yang ia lakukan. Karena menurutnya, penjara tidak seenak yang dibayangkan. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *