GEREJA BERSATU AUSTRALIA DAN MITRA SE-ASIA TENGGARA GELAR KONSULTASI TEOLOGI DI KUPANG

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Gereja Bersatu Australia (Uniting Church in Australia-UCA) bersama mitra-mitranya se Asia Tenggara mempercayakan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) sebagai tuan dan nyonya rumah kegiatan konsultasi teologi mengenai gereja dan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan yang berlangsung sejak 1-4/08-2017 di Hotel Swiss, Berlin, Kupang ini melibatkan peserta dari sinode-sinode mitra UCA antara lain: GMIT, Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB), United Church of Christ in the Philippines-North Luzon Jurisdiction (UCCP-NLJ), Igreja Protestante iha Timor Lorosa’e (IPTL), Gereja Protenstan Maluku (GPM), dan Gereja Kristen Indonesia di Tanah Papua (GKI-TP).

“Saya senang berbagi dengan saudara-saudara sahabat dalam Injil, yang mengambil bagian dalam konferensi teologi dan praktik pengorganisasian komunitas dalam minggu ini. Kita berkumpul untuk memulai konferensi sebagai satu komunitas yang beribadah. Menjadi doa kita bahwa Roh Kudus menuntun kita. Kita juga ada di sini dalam satu solidaritas satu dengan yang lain,” demikian sambutan Mr. Stuart McMillan, Presiden UCA.

Dalam khotbah yang disampaikannya pada ibadah pembukaan, McMillan mengatakan bahwa Allah dikenal lewat kasih Yesus Kristus kepada manusia dan Allah juga dikenal melalui kasih yang ditunjukan kepada sesama. Sebagai pendeta sekaligus pernah mengajar di sekolah pemerintah ia dilarang berbicara tentang Yesus namun menurutnya itu bukan masalah.

“Anda tidak boleh bicara tentang Yesus tapi anda harus menjadi tanda kehadiran Yesus di sekolah pada waktu anda bersama anak-anak. Dalam pelayanan ini Allah dikenal melalui kasih kita. Yesus terlihat di dalam kita dan kasih Allah untuk seluruh kemanusiaan dinyatakan melalui kasih kita,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Rev. Dr. Ji Zhang, Manejer Church Partnership Asia. Melalui metafora Gereja sebagai garam, menurutnya, fungsi gereja dalam pemberdayaan adalah larut seperti garam.

“Dari sudut Kristologi, kita memahami fungsi gereja sebagai garam dalam pemberdayaan adalah sama seperti garam larut dalam makanan demikian pula tugas Gereja dalam pemberdayaan. Dalam proses ini kita menjadi Gereja. Sebagai kelompok minoritas kita tidak perlu kuatir tentang keadaan kecil kita karena di dalam kekecilan kita, kita bisa melihat di mana Allah ada,” kata Rev. Zhang.

Dalam suara gembalanya Ketua Majelis Sinode GMIT, menyambut baik dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan UCA kepada GMIT sebagai tuan dan nyonya rumah.

“Banyak kali kegiatan nasional maupun internasional orang bilang mari kita buat di jakarta, Bali atau Makasar jangan Kupang karena terlalu jauh dan mahal, dst. Kami berterima kasih dengan diselenggarakannya kegiatan ini di Kupang sehingga lebih banyak pendeta GMIT dan lembaga-lembaga di GMIT bisa terlibat dan bisa belajar dari kekayaan pelayanan Bapak-Ibu sekalian. Kami senang konsultasi teologi ini terjadi di sini sebagai upaya kita bersama belajar satu dengan yang lain.”

Beberapa materi penting dari konsultasi teologi ini adalah sharing antar pimpinan gereja tentang bagaimana gereja-gereja membangun hidup bersama dalam komunitas yang beragam, sharingdari lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat yang bermitra dengan gereja, seperti Maha Boga Marga dari GKPB, Tanaoba Lais Manekat (TLM) dari GMIT, Sagu Selempeng Fondation (SSF) dari GPM, Fusona, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Wanita (P3W) dari GKI-TP, Walihole dan UCCP-NLJ dari Filipina.

Ada juga diskusi terkait model-model pengorganisasian komunitas di lingkup gereja-gereja di Indonesia yang hidup dalam budaya patriarkhi dan konflik sosial serta diskusi mengenai cara pandang gereja tentang  penyandang disabilitas dan pelayanan terhadap mereka.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *