BAYAR GAJI GURU, GMIT BUTUH 30 MILYAR PER TAHUN

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Upaya GMIT membenahi 592 sekolah miliknya di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris) sangat tidak mudah. Pasalnya, untuk membayar gaji guru saja, GMIT membutuhkan dana sekitar 30 milyar per tahun.

Kendati dalam Sidang Sinode tahun 2015 yang lalu telah diputuskan persembahan 2% kolekte jemaat untuk mendukung kebutuhan pendidikan sekolah-sekolah GMIT, namun jumlah itu belum seberapa. Hanya mencapai 10 % atau sekitar 3,8 milyar per tahun. Jumlah ini jauh dari kebutuhan sesungguhnya sekitar 30 Milyar, itu pun hanya untuk memenuhi kebutuhan gaji guru. Demikian penjelasan Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon dalam Diskusi Panel tentang pendidikan yang diselenggarakan oleh BPP dan Tim Kerja Pendidikan Sinode GMIT, Kamis 1 Februari 2018 bertempat di Aula BPR TLM-Kupang.

“Sidang Sinode di Rote telah memutuskan perlu sekali jemaat-jemaat GMIT mempersembahkan 2% kolekte tiap minggu untuk mendukung sekolah-sekolah GMIT. GMIT memiliki 592 sekolah dari TK sampai SMA dan 3 Perguruan Tinggi. Tapi apa yang terjadi? Kalau 2% ini kita kumpulkan dengan baik, dana yang terkumpul setiap tahun sekitar 3,8 M. Bayangkan, kalau 2% dari 3 Milyar, itu baru sekitar 10%. Itupun kalau terkumpul semuanya. Jadi persoalan kita baru dari segi anggaran saja cukup rumit. Kalau kita berhitung, untuk membiayai gaji guru-guru secara layak dibutuhkan setiap tahun sekitar 30 milyar,” ungkap Pdt. Mery dihadapan puluhan guru dan kepala sekolah yang hadir.

Kendala lainnya adalah kesetiaan jemaat-jemaat GMIT menyetor dana pendidikan 2% masih jauh dari harapan. Menurut laporan bendahara sinode, kata Ketua MS, tahun  2015, dana yang terkumpul sekitar 300-an juta, 2016 sekitar 400-an juta, dan 2017 600-an juta.

Menghadapi masalah tersebut, ia meminta perhatian jemaat-jemaat untuk lebih serius memperhatikan kebutuhan pendidikan dan atau sekolah-sekolah GMIT sebagai bagian dari misi GMIT di bidang marturia atau kesaksian.

Menyikapi persoalan pendidikan yang dihadapi GMIT, Rektor Universitas Pelita Harapan, Dr. Jonathan Parapak yang juga menyampaikan materi pada seminar bertema, “Hakekat Guru sebagai Misionaris” ini menyatakan dukungannya dalam hal persiapan dan penguatan kapasitas guru-guru.

“Saat ini kami masih bersedia menerima 500 calon guru per tahun dengan beasiswa penuh. Tidak usah bayar uang sekolah, makan dan tinggal gratis,” ujarnya.

Terkait tawaran ini, GMIT dan Yayasan Pelita Harapan telah menandatangi Nota Kesepahaman dan kerja sama. Rencananya sejumlah guru yang memenuhi persyaratan akan mengikuti pendidikan di Universitas Pelita Harapan sebaliknya sejumlah guru dari yayasan Pelita Harapan akan dikirim ke sekolah-sekolah GMIT untuk bertukar tempat. Kerja sama lainnya adalah Yayasan Pelita Harapan diberi kewenangan alih kelola beberapa sekolah GMIT di Kupang. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *