Pimpinan Agama se-NTT Minta Umat tidak Terprovokasi Isu Agama

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Merebaknya sejumlah peristiwa penyerangan terhadap pemuka agama di beberapa daerah belakangan ini mendapat perhatian pimpinan agama se-NTT. Mereka meminta penegak hukum mengusut tindakan teror tersebut sekaligus menghimbau umat agar tidak terprovokasi.

“Kasus-kasus intoleran yang terjadi di berbagai tempat jangan selalu di angkat ke sini (NTT, red). Karena itu saya bilang sama pemuda-pemuda Katolik, kamu harus berpikir cerdas, kamu tidak boleh angkat semua masalah yang di sana menjadi kamu punya persoalan di sini. Penegak hukum dan pemerintah sudah ambil jalan, kita percaya itu. Kalau kita tidak percaya pada proses yang ada dan yang benar menurut hukum, kepada siapa lagi kita percaya,” kata Uskup Turang.

Kelima pimpinan agama yakni Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Mery Kolimon, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Ketua MUI, Abdul Kadir Makarim,  Ketua PHDI, Ir. Wayan Darmawa dan Ketua Walubi Indra Efendi menyampaikan hal tersebut saat mengadakan pertemuan di pastori Ketua MS GMIT, Minggu 18/2-2018.  Selain pimpinan agama hadir pula dalam pertemuan tersebut Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) NTT, Daeng Rosada dan Kepala Kesbangpol NTT, Sisilia Sona.

Ketua MS GMIT meminta pihak keamanan agar jujur dan tidak berspekulasi dalam mengusut motiv pelaku teror. Sebab menurutnya dalam beberapa kasus pihak keamanan selalu mengatakan bahwa pelakunya adalah orang gila.

“Waktu peristiwa di Sabu, katanya pelaku adalah orang gila. Setiap kali ada masalah dibilang orang gila. Orang gila bisa agama apa saja. Saya kira ini hal yang kita perlu waspadai bersama.”

Menjelang Pemilihan Kepala daerah 2018 dan Pemilihan presiden 2019 mendatang, Pdt. Mery meminta masyarakat agar bersama-sama membangun imunitas terhadap upaya pihak-pihak yang hendak mengoyak kerukunan umat beragama demi kepentingan-kepentingan politik.

Isu-isu seperti melawan ulama akan dipakai di daerah-daerah umat Islam, sementara kita di sini bisa di pakai isu Jokowoi dan bukan Jokowi atau isu komunis, dan lain-lain. Isu-isu itu akan dipakai untuk membentur-benturkan umat. Karena itu sebagai umat maupun pimpinan umat kita mesti membangun daya imun agar tidak terseret dalam dinamika politik,” pesan Pdt. Mery.

Sementara itu, Ketua MUI NTT menyatakan terima kasih kepada umat Kristen di NTT yang tidak terpengaruh dengan kejadian penyerangan Gereja di Sleman, Jogjakarta.

“Saya berterima kasih kepada teman-teman Katolik karena masalah di Jogjakarta tidak ada reaksi di Kupang. Kita perlu membentengi hidup kita supaya tidak terpengaruh dengan kondisi-kondisi seperti itu. Kita perlu bersyukur tidak ada balas dendam.”***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *