KUPANG, www.sinodegmit.or.id,“Mengasihi kebenaran lebih dari kenyamanan dan kebahagiaan sendiri adalah pelajaran yang pertama yang saya mau kita pegang dari kitab Ari Kalemudji,” demikian penggalan khotbah Pdt. Dr. John Campbell-Nelson pada kebaktian pemakaman Pdt. Ari Jonan Kalemudji, Rabu (14/3) di jemaat Syalom Airnona-Kupang.
Ketekunan dalam mencari kebenaran semasa hidup mendiang kata Pdt. John sejajar dengan panggilan Yesus kepada setiap pengikut-Nya dalam Matius 5:6, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan.” Upaya pencarian itu kontras dengan Pilatus yang mempertanyakan kebenaran akan tetapi tidak sungguh-sungguh mencarinya.
“Pilatus tidak lapar dan haus akan kebenaran tapi dia berhadapan dengan sebuah dilema. Yesus dibawa padanya untuk diadili. Selayaknya sebuah pengadilan mencari apa yang benar. Apakah benar Yesus salah atau tidak. Tapi itu bukan tujuan Pilatus. Dia lagi menimbang apakah lepaskan Yesus supaya dia punya pengikut jangan ribut dan jangan bikin masalah, ataukah menghukum mati Yesus supaya kelompok pimpinan bait suci, pimpinan Yahudi, Herodes dan sebagainya supaya mereka puas. Bukan kebenaran yang dicari tapi keamanan untuk memelihara kekuasaan.”
Mendiang, menurut Pdt. John adalah salah satu dari mantan mahasiswanya di era ’85 yang paling mencintai pengetahuan. Seorang yang pantas disebut cendekiawan.
“Saya ingat waktu dia masih mahasiswa, dia salah satu dari mungkin 3 atau 4 mahasiswa yang pernah saya dapat dalam 30 tahun mengajar yang kalau suruh dia baca buku ini, bab ini, dia akan baca lebih dan minta tambah. Kawan lain akan mengomel karena alasan terlalu panjang atau terlalu banyak tugas, nanti bagi tugas di antara teman-teman, masing-masing buat ringkasan baru kumpul. Tapi Ari benar-benar mencintai pengetahuan. Punya semangat belajar. Dia benar-benar seorang cendekiawan.”
Pdt. John mengemukakan bahwa sampai akhir hayatnya mendiang gigih memperjuangkan dua hal: Pertama, keprihatiannya mengenai cara gereja menangani perkara-perkara di antara para pelayan yang menurutnya tidak adil bahkan cenderung ditutup-tutupi. Kedua, masalah status kampus teologia. (Baca khotbah selengkapnya di: http://sinodegmit.or.id/berbahagialah-dia-yang-lapar-dan-haus-akan-kebenaran/ )
Sementara itu Sekretaris Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Yusuf Nakmofa, M.Th, dalam suara gembala menyebut Pdt. Ari sebagai sosok yang sederhana tapi tegas. Ia telah memberi kontribusi yang cukup besar bagi GMIT melalui pikiran-pikirannya yang bernas selama menjadi pendeta jemaat, ketua klasis dan dosen.
Kepada keluarga besar Kalemudji-Reke dan civitas akademika UKAW khususnya fakultas Teologi, MS GMIT menyatakan duka yang dalam, ungkap Pdt. Nakmofa.
Hal senada juga disampaikan oleh rektor UKAW-Kupang, Frangky Salean, MP.
“Saya mengenal beliau sebagai pekerja keras dan tegas, terutama dalam memperjuangkan hak-hak eksistensi fakultas teologia. Saya mendengar behwa ketika beliau sakit, pada saat yang sama beliau menyerahkan daftar nilai kepada seluruh mahasiswa yang ia selesaikan semalam suntuk. Itulah karya yang kita terima sebagai sosok dosen dan abdi Allah yang bekerja sampai batasnya. Inilah nilai-nilai positif yang ditinggalkan bagi kita seluruh civitas akademi khususnya fakultas teologi,” ungkap Salean.
Rektor UKAW juga meminta sinode GMIT dan GKS untuk mengutus dosen pengganti mengingat fakultas teologi kekurangan tenaga pengajar.
Mendiang meninggal dalam usia 51 tahun. Setengah dari usianya ia persembahkan untuk GMIT sebagai pendeta. Ia meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak. ***