Kupang,www.sinodegmit.or.id, Memasuki usia ke-22 Pawai Kemenangan Paskah Pemuda GMIT, pengurus dan panitia pelaksana diharapkan terus melakukan evaluasi.
“Kita semua berharap pengurus pemuda GMIT dan panitia yang terbentuk dari tahun ke tahun sungguh-sungguh melakukan evaluasi untuk membenahi kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan Paskah sekaligus memperkuat dan mengembangkan aspek-aspek pelaksanaannya yang sudah baik,” demikian harapan Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt. Mery Kolimon saat menyampaikan suara gembala membuka kegiatan Pawai, Senin, (2/4) di Jalan El-Tari-Kupang.
Kendati tidak merincikan kekurangan-kekurangan apa yang dimaksud, namun harapan itu perlu mendapat perhatian serius. Pasalnya, ekspektasi dan animo masyarakat untuk perbaikan kualitas pawai terus disuarakan di media sosial baik substansi maupun teknis pelaksanaannya.
Apalagi Sekda NTT, Benediktus Polo Maing, bersama Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore pada kesempatan ini mewacanakan akan menjadikan momentum ini sebagai salah satu destinasi wisata rohani sebagaimana perayaan Semana Santa di Flores.
Hindari Hura-hura Perkuat Spiritualitas
Ketua MS juga menghimbau agar ribuan peserta yang berasal dari 76 rombongan utusan jemaat, lembaga sosial dan pemerintah yang mengikuti pawai kali ini, berkomitmen menjadikan momentum ini sebagai ibadah dan bukan hura-hura.
“Kepada orang-orang muda yang terlibat dalam prosesi paskah ini, kami menghimbau dan serukan untuk memegang teguh komitmen bahwa prosesi paskah ini sebuah ibadah sehingga kita menghindari hura-hura yang dangkal. Melainkan menjadikan prosesi ini sebagai kesaksian hidup mengenai Kristus yang bangkit.”
Di tengah ancaman sekularisme di mana gereja-gereja di dunia Barat kehilangan pemuda-pemudanya, Pdt. Mery menegaskan pentingnya gereja memperkuat spiritualitas pemuda agar mereka terhindar dari aneka penyakit sosial seperti tawuran, miras, narkoba, seks bebas dan lain-lain.
Ia juga meminta pemerintah agar memastikan pendidikan yang layak bagi anak-anak dan pemuda NTT sehingga kelak mereka dapat berkontribusi bagi bangsa, bukan sebaliknya terjebak dalam kejahatan perdagangan orang dengan modus pekerja migran.
Untuk itu ia mengajak semua elemen bangsa agar memberi perhatian kepada desa-desa, dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia sehingga desa memberi harapan bagi masa depan pemuda.
“Khususnya orang muda kami di NTT di wilayah pelayanan GMIT, kami serukan bangunlah kebanggan sebagai orang NTT. Mari kita bangun NTT. Kita rawat pulau-pulau kita. Tanam air, tanam pohon, jaga toleransi, kembangkan dan perkuat jiwa kewirausahaan. Jangan tinggalkan kampung halaman. Bangunlah bangsamu dari desa.”
Pemuda Penggerak Perubahan Sosial
Sementara itu, Ketua Pengurus Pemuda GMIT David Natun dalam sambutannya mendorong pemuda-pemuda agar menjadi agen perubahan sosial.
“Paskah adalah sebuah kesempatan untuk kita melakukan aksi nyata, melakukan gerakan untuk perubahan sosial. Bagi kami itulah makna Paskah.”
Untuk mewujudnyatakan hal tersebut ia mengatakan pemuda GMIT telah melakukan berbagai program yang menjadi agenda tahunan yakni pelestarian lingkungan hidup, kepekaan sosial, seni dan budaya, serta kerja sama lintas agama merawat kerukunan dan perdamaian. ***