KUPANG, www.sinodegmit.or.id, “Ini hari yang sedih bagi tanah Timor. Ini juga hari yang sedih bagi kemanusiaan. Ini bukan peristiwa satu-satunya. Ini peristiwa yang terjadi setiap hari dimana saja di seluruh dunia. Dan ini masih akan terus terjadi selama perdagangan orang masih tetap ada.”
Demikian pernyataan dukacita Pdt. Jim Moos, Co Executive Director Global Ministries, sebuah lembaga misi dari United Church of Christ (UCC) saat mengunjungi jenasah korban TKI NTT asal Kabupaten Malaka, Melky Anus Luan.
Usai berdoa bersama keluarga korban, Pdt. Jim mengatakan doa adalah hal yang baik, tapi doa bukan hal terakhir yang dilakukan.
“Kita sudah mengucapkan doa. Berdoa adalah hal yang baik. Tapi doa bukan hal terakhir yang kita lakukan. Doa haruslah merupakan awal dari janji dan aksi yang diperbaharui.”
Pdt. Jim bersama puluhan teolog dan aktivis kemanusiaan sedang berada di Kupang dalam rangka mengikuti konferensi teologi gereja-gereja di Asia Selatan yang bermitra dengan badan misi dari UCC. Melalui tema konferensi “Kemitraan Untuk Keadilan Allah” ia mengajak siapa saja yang peduli pada kemanusiaan untuk berdoa dan bertindak.
“Orang-orang beriman dari 11 negara telah berkumpul di Kupang saat ini. Kita membentuk kemitraan untuk keadilan Allah. Kita tidak akan pulang ke rumah kita dan tidak melakukan apa-apa. Kita akan terus berdoa dan kita juga akan bertindak sampai keadilan Allah ditegakkan,” tegasnya.
Repelita Tambunan, kepala biro perempuan dan anak yang merupakan utusan dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), mengaku sedih dan tak menyangka akan melihat dengan mata kepala peti jenasah korban TKI NTT.
“Setiap ada mayat datang saya selalu dikirimi foto oleh teman-teman pendeta GMIT. Tetapi suasana terlihat berbeda ketika saya melihat langsung. Selama ini saya hanya membaca berita dari media, tapi saya tidak menyangka ketika saya ada di Kupang mengikuti konferensi, kami harus mendengar dan melihat peristiwa ini. Dalam hati saya bertanya, kapan ini berakhir Tuhan,” ungkapnya sambil menitikan air mata.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Mery Kolimon juga mendorong semua pihak pemerintah daerah maupun pusat serta gereja-gereja di dalam dan luar negeri untuk bahu membahu mengatasi kejahatan ini. ***