KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Di tengah soroton rendahnya kualitas pendidikan sekolah-sekolah GMIT, Majelis Sinode (MS) GMIT melalui Badan Pembantu Pelayanan (BPP) Pendidikan terus berbenah. Salah satu langkah yang ditempuh adalah menyelenggarakan TOT (Training of Trainer) Pengisian Instrumen Akreditasi Sekolah.
Pada acara pembukaan, Ketua BAP Provinsi NTT Drs. Simon Riwu Kaho menyampaikan kebanggaannya atas upaya GMIT menyelesaikan persoalan pendidikan.
“Saya bangga sekali karena ini pertama kali Badan Akreditasi Pendidikan (BAP) bertemu Sinode GMIT. Saya sudah keliling yayasan-yayasan Katolik tapi untuk GMIT ini pertama kali. Saya pikir-pikir kapan kita bangun profil sekolah GMIT sehingga pelayanan terhadap anak bangsa terutama anak-anak GMIT lebih maksimal. Lewat kesempatan ini saya mau dorong supaya ke depan kita jangan kalah dengan yang lain,” ungkapnya.
Sementara itu Wakil Ketua MS GMIT Pdt. Agustina Oematan-Litelnoni dalam suara gembalanya mengatakan salah satu sebab kurangnya minat masyarakat menyekolahkan anak-anak di sekolah GMIT lantaran 90% lebih sekolah GMIT belum terakreditasi.
“Kegiatan ini sebenarnya diawali dengan pergumulan lebih dari 90 persen sekolah GMIT belum diakreditasi dan kita tahu bahwa salah satu dampaknya adalah mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Kalau ada keluarga yang cukup sejahtera memilih sekolah biasanya pilihannya bukan sekolah GMIT. Ini kelemahan kita bersama sehinggga kita ingin sekolah-sekolah kita lebih siap meningkatkan kualitas sekolah-sekolah kita.”
Kepada pihak yayasan dan sekolah, ia meminta perhatiannya untuk mendukung pelaksanaan survei di seluruh sekolah GMIT.
Melalui kegiatan ini tim pengurus pendidikan GMIT, Yulius Riwu Kaho, berharap peserta mengetahui instrumen yang dibutuhkan sehingga nantinya pihak sekolah sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk diakreditasi.
Ketua BPP Pendidikan, Pdt. Elisa Maplani mengatakan, narasumber kegiatan ini berasal dari Badan Akreditasi Pendidikan Provinsi NTT sebanyak 7 orang sedangkan peserta sebanyak 56 orang terdiri dari guru, kepala sekolah, operator dan pengurus yayasan dari 13 Yapenkris.
Di hari terakhir kegiatan, Kamis (3/5), Dwi Gultom (24) guru kelas 9 SMP Kristen 1 Kupang mengaku senang karena melalui TOT ini ia lebih percaya diri untuk menerima akreditasi.
“Selama ini saya pikir akreditasi itu momok yang menakutkan karena merasa seperti diinterogasi, padahal sebenarnya asesor hanya memantau apa yang kita kerjakan. Jadi melalui TOT ini saya merasa lebih percaya diri dan tidak perlu takut dengan akreditasi. Apalagi kami langsung praktik mengisi formulir akreditasi sehingga lebih mudah,” ungkap Dwi. ***