Pelatihan Ketahanan Pangan Berbasis Limbah Rumah Tangga

Peserta pelatihan memanfaatkan sampah plastik untuk membuat souvenir, Rabu, (29/8) di Jemaat Emaus Liliba.

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Pepatah, tak kenal maka tak sayang tidak hanya berlaku saat moment perkenalan tapi juga berlaku untuk sampah. Bagi yang tak tahu manfaatnya, sampah hanya dilihatnya sebagai masalah. Sebaliknya, mereka yang berpikir kreatif, sampah adalah berkat.

Melihat manfaat itu, Rotary Club, sebuah lembaga sosial berpusat di Bandung mendaur ulang sampah menjadi aneka kerajinan bernilai ekonomis. Rabu, (29/8), pimpinan lembaga ini diundang UPP Perempuan GMIT Klasis Kupang Tengah menggelar pelatihan daur ulang sampah plastik dengan tema “Ketahan Pangan Berbasis Limbah Rumah Tangga”.

Kegiatan berlangsung di Jemaat GMIT Emaus Liliba, dibuka oleh Ketua Majelis Klasis Kupang Tengah Pdt. Gayus Polin. Kurang lebih 90 peserta dari 77 jemaat terlibat dalam pelatihan ini. Masing-masing peserta membawa sekantung besar sampah rumah tangga berupa botol bekas air mineral, botol kaca, kaleng, koran, kardus, papan telur dan sebagainya.

Memulai pelatihan ini, Rita Isdiantini, fasilitator Rotary Club bertanya kepada peserta yang rata-rata ibu rumah tangga ini.

“Ibu-ibu, biasanya botol bekas air mineral diapain?”

Serempak peserta menjawab, “Dibakar!”

“Kalau kardus papan telur?” Tanya Rita lagi.

“Dibakaaaar,” balas para ibu.

“Koran bekas?”

“Dibakaaaaar!” Seru peserta.

“Waaah…Ibu-ibu di Kupang kok sukanya bakar-bakar ya? Baik, sekarang mari kita lihat manfaat sampah plastik bagi peningkatan ekonomi rumah tangga,” ajak Rita.

Ia lalu menunjukan puluhan souvenir unik berbahan plastik dan kertas bekas limbah rumah tangga dan cara mengolahnya. Ada tempat menyimpan gelas terbuat dari botol plastik, topi dan tas handphon dari plastik kresek, sendal dari kemasan pelembut pakaian, wadah lilin, pigura, parutan keju dan masih banyak lagi.

Dua jenis sampah anorganik yang menarik perhatian peserta untuk dicoba karena mudah dan sangat bermanfaat adalah botol bekas air mineral dan papan telur. Menurut Rita, dua bahan ini bisa menjadi media tanam yang praktis. Papan telur bisa dijadikan media penyemaian bibit sayur. Sedangkan botol bekas dapat digunakan sebagai media tanam. Bagaimana caranya?

Lubangi setiap cekungan pada papan telur. Tarulah kompos secukupnya dan taburkan bibit. Setelah siap tanam, setiap cekungan yang sudah ditumbuhi tanaman digunting dan dipindahkan ke media tanam berikutnya tanpa harus membuang medianya supaya akar tidak terganggu tetapi juga kertas/kardus akan mudah terurai dalam tanah.

Untuk botol plastik bekas, potonglah menjadi dua dengan ukuran kira-kira ¾ di bagian atas. Lubangi tutup botol dan masukan sumbu kompor lalu dibalik menyerupai lampu tioek.Masukan tanah pada bagian atas botol dan bagian bawahnya dimasukan air secukupnya. Selanjutnya, taruh bibit sayur yang sudah siap tanam. Air akan merambat melalui sumbu dan membasahi tanah sehingga tanaman tidak perlu disiram setiap hari.

“Sistem ini sangat efektif dan efisien terutama di Kupang, karena hemat air dan tenaga. Ibu-ibu tidak repot menyiram setiap hari. Kalau ibu-ibu bisa membuat 20-30 pot yang ditanam secara bertahap, maka tidak perlu mengeluarkan uang beli sayur di pasar. Ini yang kita maksud dengan Ketahanan Pangan Berbasis Limbah Rumah Tangga,” kata Rita menjelaskan.

Ditanyai manfaat pelatihan ini, Mitje Amalo, salah satu peserta dari Jemaat GMIT Nazareth Oesapa Timur, mengaku pelatihan ini ini sangat bermanfaat karena memberi nilai tambah ekonomi. “Saya senang, pelatihan ini membuka pikiran saya bahwa sampah plastik ternyata bisa mendatangkan uang seperti yang diajarkan tadi, dari botol bekas bisa dijadikan media pembuatan tauge dan sayuran.”

Diaken Alfonsin Nope-Nisnoni, Ketua UPP Perempuan GMIT Klasis Kupang Tengah mengatakan kegiatan ini merupakan program UPP Klasis yang bertujuan menyadarkan kaum perempuan mengenai masalah sampah sekaligus mendorong sikap kreatif mengelola sampah.

“Kami harap dengan pelatihan ini, sampah rumah tangga yang masih bisa dimanfaatkan tidak dibakar atau dibuang melainkan didaur ulang menjadi barang yang bisa dipakai lagi atau bisa dijual.” ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *