Protestan*
Hasil dari gerakan reformasi yang diprakarsai Luther dan dilanjutkan oleh Calvin dan rekan-rekan lainnya adalah muncul nya aliran dalam gereja yang disebut protestan. Banyak orang menghubungkan nama ini dengan sikap protes. Satu waktu dalam kunjungan ke jemaat di GMIT untuk menyelesaikan masalah antara majelis jemaat dengan pendeta, seorang penatua berkata dalam pertemuan umum agar kami memaklumi sikap protes majelis jemaat karena itu adalah karakter dasar gereja protestan yakni selalu bangkit untuk menyampaikan sikap protes. Ia berkata demikian karena menurutnya kata protestanberasal dari dua penggalan kata protes dan stand. Lalu ia mencontohkan sikap Luther yang memprotes gereja Katolik pada waktu itu sebagai dasar penamaan terhadap kelompokorang-orang yang berpihak pada Luther.
Argumentasi tadi memang logis, tapi itu telah menyimpang jauh dari arti yang sebenarnya dari protestan. Kalau kita hanya sejenak melihat kata protestan kita bisa berpikir bahwa kata itu gabungan dari dua kata: protes dan stand, sehingga kata penatua itu benar tadi, orang protestan adalah kaum yang suka berdiri untuk mengajukan protes. Tetapi arti ini sama sekali bukan jiwa dari kata protestan.
Kata protestan berasal dari dua gabungan dua kata bahasa Latin: pro dan testor (testimonium), pro berarti untuk, demi, bagi. Sedangkan testor, testificiori berkaitan dengan testimonium yang berarti kesaksian yang lurus di depan pengadilan dengan menunjukan bukti-bukti dan saksi-saksi yang dipercaya. Gabungan dari dua kata itu menjadi protestationyang menunjuk pada pemberian keterangan yang ebnar disertai bukti dan saksi.
Jelaslah bahwa istilah protestan sama sekali tidak berhubungan dengan kaum yang suka melakukan protes, melainkan menunjuk kepada orang-orang yang berpegang atau memberi kesaksian terhadap hal-hal yang benar dan bisa dipercaya dengan menunjuk pada bukti-bukti yang dapat dijadikan pegangan. Luther dan Calvin tampil ke depan untuk memberi kesaksian yang benar tadi dengan menjadikan Alkitab dan anugerah Allah sebagai dasar. Itu sebabnya prisip pokok dari ajaran mereka adalah sola gratia, sola fidedan sola scriptura.
Jadi kaum protestan bukanlah orang-orang yang suka melakukan protes untuk kepentingan-kepentingannya. Mereka adalah orang-orang yang terus menerus memberi kesaksian tentang hal-hal yang benar. (Pdt. Eben Nuban Timo)
Ecclesia Semper Reformanda*
Semboyan ini berarti “gereja senantiasa diperbarui”. Akar dari ajaran ini terdapat dalam pengalaman yang pahit para reformator, di mana uapaya mereka untuk merubah gereja melalui kritikan dan argumentasi lebih banyak disambut dengan tindakan represif -termasuk ekskomunikasi dan hukuman mati. Kebenaran Injil yang abadi tidak dapat disamakan dengan kemapaman gereja dam wujud apa pun. Gereja yang menutup diri pada kritikan telah berdiri di pihak imam-imam besar dan ahli-ahli taurat dan bukan lagi di pihak Yesus dari Nazareth.
Di belakang ajaran ini terdapat paham Luther bahwa kita semua simul iustis et peccator-sekaligus dibenarkan dan berdosa. Anugerah Allah tidak menghapus kecenderungan manusia untuk berdosa, dan orang-orang percaya bukanlah orang yang bebas dosa, melainkan orang yang dosanya diampuni. Pergumulan untuk mengatasi dampak dari dosa terus berlanjut, dan hal ini dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk di gereja. Kata rasul Paulus, kita memiliki harta sorgawi dalam bejana tanah liat.
GMIT bukanlah gereja yang tertutup pada perubahan. Kalau dilihat begitu banyak tata gereja yang telah dihasilkan dalam usia yang relative singkat ini, dapat dipertanyakan apakah GMIT justru terlalu labil. Hanya perlu dipertanyakan apakah perubahan-perubahan yang GMIT alami benar-benar berdasarkan upaya untuk memperbarui gereja demi pelaksanaan misinya, atau demi mengamankan kepentingan lembaga dan pejabat-pejabatnya? (Pdt. John Campbell-Nelson)
*(Penjelasan mengenai dua istilah ini dikutip dari bahan Bulan Keluarga GMIT 2008)