UPP Teologi Dan BP4S Sinode GMIT Adakan Pelatihan Perencanaan Pelayanan dan FGD Draf HKUP 2020-2023

Labuan Bajo, www.sinodegmit.or.id, Perencanaan adalah tahap penting dalam pelayanan gereja karena berkaitan dengan rencana Allah bagi semesta. Dalam perspektif misiologi, pelayanan gereja perlu direncanakan sedemikian rupa agar mencerminkan pelaksanaan karya penciptaan (misio Dei), karya penyelamatan (Kristi misio) dan karya pembaharuan (misio Spiritus) di tengah semesta.

Perencanaan yang baik merupakan awal dari pelayanan yang baik karena keberhasilan pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan. Sebaliknya, gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Demikian catatan yang disampaikan Pdt. Ishak Selan, S.Th, saat memberikan review kegiatan hari pertama pada Pelatihan fasilitator (ToT) perencanaan pelayanan dan Diskusi terfokus (FGD) dalam rangka drafting HKUP GMIT 2020 – 2023 yang dilaksanakan di Family Centre SVD Katentang, Labuan Bajo, Selasa, (14/5).

Tahun 2019 ini Majelis Sinode GMIT melaksanakan ToT dan FGD di 8 lokasi. Sebelumnya diadakan kegiatan yang sama di jemaat Paulus Wini melibatkan para pendeta GMIT yang melayani di klasis TTU dan Belu, juga  jemaat Oa-Pirungdon melibatkan para presbiter  yang melayani di teritori Alor, dan di Jemaat Pniel Menia melibatkan para pendeta GMIT di pulau Sabu Raijua.

Kegiatan hari pertama dan kedua berupa pelatihan tenaga fasilitator perencanaan pelayanan, dan hari ketiga untuk kegiatan diskusi terfokus dalam rangka menjaring masukan jemaat dan klasis untuk memantapkan draf HKUP 2020 – 2023.  Acara dimulai dengan ibadah yang dirangkai dengan perkenalan dan kontrak belajar, dimana masing-masing peserta menyampaikan harapan dan usulan mengenai tata tertib kegiatan. Untuk mengawal ketentuan yang disepakati, peserta memilih ketua kelas, reviewer dan penyegar suasana (icebreaker).

Pelatihan Perencanaan Pelayanan terdiri dari 5 sesi, yaitu pelatihan analisa sosial, refleksi teologis, advokasi, pelatihan perencanaan pelayanan dalam bingkai panca program, dan pelatihan memfasilitasi pelatihan. Sesi analisa sosial menggunakan metode analisa garis waktu dan metode analisa pohon masalah dan pohon kehidupan.

Selama pelatihan peserta membagi diri ke dalam 3 kelompok disukusi, yaitu kelompok Flores Barat, kelompok Flores Timur dan kelompok Sumbawa. Pada sesi analisa garis garis waktu peserta mendiskusikan beberapa hal. Pertama, apa saja peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam tiap dekade, sejak tahun 1950 sampai tahun 2019. Peristiwa-peritiwa itu dibedakan atas peristiwa sosial ekonomi, peristiwa politik, peristiwa lingkungan hidup dan peristiwa aspek kehidupan bergereja. Bagaimana dampak dari peristiwa-eristiwa tersebut bagi gereja dan apa tanggapan gereja terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Peserta diminta juga untuk mencatat proyeksi mereka mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada kurun waktu 2020-2023 dan langkah-langkah strategis yang dapat gereja lakukan pada kurun dekade tersebut.

Melalui wadah diskusi kelompok, peserta diminta untuk mendalami salah satu masalah strategis dengan menggunakan model analisa pohon masalah dan pohon kehidupan. Kelompok diskusi Teritori Flores Barat mengangkat masalah pasangan suami-istri beda agama. Kelompok diskusi teritori Flores Timur mengangkat kecenderungan jemaat yang suka berpindah-pindah tempat beribadah lintas denominasi,  sementara diskusi kelompok teritori Sumbawa mengangkat masalah penghambatan mengurus ijin pendirian rumah gereja.

Pada sesi pelatihan advokasi, masing-masing kelompok diskusi diminta untuk menggunakan hasil analisanya untuk melakukan langkah-langkah advokasi. Demikian halnya, pada perencanaan pelayanan dalam bingkai panca pelayanan. Pada sesi ini tiap kelompok diminta untuk menyebutkan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan untuk merespon masalah pada tiap bidang (koinonoia, marturia, diakonia, liturgia dan oikonomia). Pelatihan perencanaan pelayanan diakhiri dengan sesi pelatihan fasilitator yang dikemas dalam bentuk permainan kelompok, dan curah pendapat mengenai prinsip dan teknis pembelajaran orang dewasa.

Hari ketiga diisi dengan fokus Group Discussion tentang HKUP. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok menurut panca pelayanan, yaitu kelompok koinonoia, kelompok marturia, kelompok diakonia, kelompok liturgia dan kelompok oikonomia. Tiap kelompok memberi tinjauan evaluasi terhadap pelaksanaan program strategis pada bidang pelayanan tertentu sesuai nama kelompoknya.

Kajian dan diskusi dibantu dengan panduan sesuai model pendekatan context, input, process dan Product (CIPP). Selanjutnya tiap kelompok juga diminta untuk memberi respon dan masukan terhadap draf HKUP hasil penjaringan tim BP4S. Masing-masing kelompok berdiskusi secara terfikus pada salah satu bidang pelayanan, sesuai nama kelompoknya. Setelah hasil diskusi tiap kelompok dinyatakan rampung, dilakukan pleno dengan menggunakan metode cafe. Diujung presentasi dan dan pleno diskusi, Dr. Luji Riwukaho selaku tim BP4S memberikan penjelasan seperlunya. Selanjutnya Pdt. Dr. Mery Kolimon memberikan  catatan kesimpulan dan penegasan. Sebagai penutup dari kegiatan ToT dan FGD selama 3 hari tersebut dilakukan evaluasi dan pengisian lembaran Rencana Tindak Lanjut dan ibadah penutupan.

Ketua Majelis Klasis Flores, Pdt. Benyamin Huwae, S.Th. menilai kegiatan yang diikuti 24 pendeta GMIT dari Klasis Flores dan Sumbawa ini sangat menyenangkan oleh karena melibatkan peran peserta dalam melancarkan alur acara bukan menggunakan metode ceramah seperti biasanya. Rencana tindak lanjut kegiatan ini antara lain klasis-klasis membentuk tim fasilitator perencanaan untuk mendorong pelayanan yang relevan dan berdampak sesuai konteks masing-masing. *** (nico LK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *