Rote,www.sinodegmit.or.id, Unit Bahasa dan Budaya GMIT (UBB-GMIT), sebuah lembaga yang berfokus pada penerjemahan Alkitab dalam bahasa-bahasa daerah di NTT meluncurkan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Rote dialek Lole. Usaha penerjemahan ini menghabiskan waktu 15 tahun.
Kebaktian peluncuran berlangsung meriah dengan prosesi iring-iringan pacuan kuda dari Gereja GMIT Lundaloe Soka menuju Bukit Hoabaluk. Bukit Hoabaluk dipilih sebagai tempat kebaktian peluncuran untuk memperingati sejarah masuknya agama Kristen yang dibawa oleh Raja Lole, Ndi’i Hua, pada abad ke 18 yang bermula dari kampung ini.
Tujuh anggota tim penerjemah yang sangat berjasa dalam penerjemahan ini antara lain Albert Zacharias, Yohanis Zacharias, Semuel Kueain, Samuel Ndun (Alm.), Martinus Kuehuan (Alm.), Anderias Dillak (Alm.) dan Adika Balukh.
Pimpinan UBB GMIT, Mike Brooks dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas keramahan dan kemeriahan yang ditunjukan jemaat-jemaat klasis Lobalain khususnya di Lole dalam menyambut acara peluncuran ini.
“UBB GMIT sangat senang ada sini hari ini karena kami bisa lihat keberhasilan selama 15 tahun menerjemahkan firman Tuhan mulai dari proses awal hingga final cek terus kirim ke Jakarta untuk cetak. Lalu, naik kapal laut bawa ke Kupang dan sekarang sudah ada di tangan orang-orang Lole. Terima kasih kepada semua masyarakat Lole dengan semua keramahan kepada kami,” ujar Mike.
Konsultan penerjemahan, Prof. Charles Grimes mengemukakan bahwa metode penerjemahan Alkitab PB ini mengutamakan makna kekinian ketimbang bahasa sastra yang dipakai gerenerasi tua. Langkah ini ditempuh mengingat generasi muda pada 10-20 tahun mendatang diharapkan tetap bisa memahami bahasa yang dipakai.
“Dalam terjemahan sebisa mungkin kata-kata yang sulit dimengerti kami hindari dan mencari kata-kata yang akrab bagi generasi muda karena 10-20 tahun ke depan merekalah yang akan pakai alkitab ini,” jelas Charles.
Menurutnya dengan hadirnya Alkitab dalam berbagai bahasa umat Kristen bisa mendalami firman Tuhan dari berbagai sudut pandang.
“Firman Tuhan punya peranan khusus yang harus ditanam di hati kita. Itu tidak bergantung dari bahasa apa yang digunakan. Bagi jemaat di Lole kalau mereka membaca firman Tuhan dalam bahasa Lole maupun bahasa Indonesia dua-duanya sama baik. Pendeta Ayub Ranoh bilang itu ibarat melihat permata. Kita lihat kebenaran firman Tuhan dari beberapa sisi,” kata Prof. Charles.
Sementara itu Jonas Selly yang membacakan sambutan Bupati Rote Ndao berharap kehadiran Alkitab ini dapat memperkaya khasanah terjemahan Alkitab dalam bahasa Rote yang sudah ada sebelumnya sekaligus melestarikan bahasa daerah khususnya menumbuhkan iman jemaat.
Sekretaris MS GMIT saat menyampaikan suara gembala menyampaikan terima kasih kepada UBB GMIT dan semua pihak yang telah berkorban untuk proses penerjemahan ini. Ia mendorong para presbiter di Klasis Lobalain agar tekun mempelajari bahasa lokal dalam rangka mendekatkan jemaat kepada firman Tuhan.
Dalam rangka peluncuran ini UBB GMIT mencetak 2000 eksemplar Alkitab. Sebagian dibagikan secara cuma-cuma kepada para pendeta, penatua dan jemaat-jemaat GMIT di Klasis Lobalain, sedangkan sisanya dijual dengan harga Rp. 45.000,- (Empat Puluh Lima Ribu Rupiah).
Fredik Balukh (75), mengaku sangat senang dengan hadirnya Alkitab ini karena menurutnya saat ini generasi muda cenderung memakai bahasa Indonesia dalam pelayanan di gereja maupun komunikasi sehari-hari.
“Dulu waktu masih penatua merangkap guru Injil saya berkhotbah pakai bahasa Lole, tetapi sekarang hampir-hampir saya tidak lihat lagi pendeta, penatua dan diaken pakai bahasa Lole dalam memberitakan Firman Tuhan. Kalau kondisi ini terus dibiarkan lama-lama bahasa ini bisa hilang. Jadi saya sangat junjung tinggi bahasa Lole. Sebagai kepala suku dan juga tokoh gereja saya dorong gereja-gereja untuk pakai Alkitab ini dalam ibadah-ibadah maupun di sekolah GMIT. Jangan hanya majelis jemaat yang pegang dan boto-boto (bhs. Kupang: bicara sendiri) tetapi setiap anggota jemaat harus beli dan baca,” kata Fredik.
Hingga saat ini UBB GMIT telah menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru secara lengkap ke dalam 3 bahasa di Rote, yakni, Ndao, Thie dan Lole serta beberapa kitab dalam bahasa Dengka, Rikou, Dela dan Termanu. ***