KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Upaya Majelis Sinode (MS) GMIT menghasilkan draf dokumen perencanaan program pelayanan atau Haluan Kebijaksanaan Umum Pelayanan (HKUP) periode 2020-2023 secara partisipatif dengan melibatkan sejumlah komponen akhirnya tercapai.
Beberapa pihak bahkan memberi apresiasi terhadap drafting HKUP ini lantaran prosesnya dinilai berdasarkan analisis kebutuhan jemaat.
Julius Riwu Kaho, salah satu sesepuh GMIT mengaku drafting HKUP 2020-2023 ini merupakan yang terbaik dalam 28 tahun terakhir atau sejak GMIT menggunakan dokumen ini sebagai acuan perencanaan program pelayanan di lingkup jemaat, klasis dan sinode.
“Yang membedakan drafting HKUP 2020-2023 dengan HKUP sebelumnya adalah prosesnya. Dulu-dulu, draf HKUP dibuat oleh Majelis Sinode. Prosesnya dari atas ke bawah. Tapi kali ini, sungguh-sungguh dimulai dari jemaat dengan melibatkan bukan hanya pendeta-pendeta jemaat tetapi juga para penatua, diaken dan pengajar. Jadi saya rasa, ini draf HKUP yang paling baik.”
Penilaian serupa juga disampaikan Pendeta Emeritus Alfred Luase.
“Sebagai pendeta senior saya rasa proses draf HKUP ini yang paling luar biasa. Mengapa, karena prosesnya melewati analisis sosial. Selama ini GMIT tidak pernah melakukan proses seperti ini. Dulu kita susun RIP dan HKUP, tapi masing-masing berdiri sendiri. Tidak ada proses yang menyambungkan satu dengan yang lain. Tapi kali baru kali ini kita lihat benang merahnya,” ungkap mantan ketua komisi personil MS GMIT periode 2003-2007.
Ia berharap proses ini menjadi role model untuk penyusunan HKUP di masa-masa mendatang.
Sebagaimana diberitakan media ini sebelumnya, proses menghasilkan draf HKUP 2020-2023 dimulai dengan melaksanakan ToT Perencanaan Program Pelayanan dengan materi analisis sosial yang mencakup: analisa garis waktu, analisa pohon masalah, analisa pohon kehidupan, refleksi teologis, advokasi, latihan perencanaan program panca pelayanan (koinonia, marturia, diakonia, liturgia, oikonomia), evaluasi HKUP 2015-2019 dan perencanaan program strategis HKUP 2020-2023.
Secara garis besar melalui materi analisis sosial peserta dilatih memahami konteks masa lalu dan masa kini dengan aneka isu yang menyertainya dan memprediksi isu-isu yang bakal terjadi di masa datang. Selanjutnya, peserta diajak mengidentifikasi sejumlah isu strategis dan memetakan berbagai sumber daya yang tersedia.
Kegiatan berlangsung sepanjang bulan Juni 2019 di 8 titik tersebut teridentifikasi sejumlah isu antara lain:
Satu, di Wini (untuk peserta dari klasis Belu dan Timor Tengah Utara): Perusakan gedung kebaktian, judi, perampasan tanah gereja.
Dua,Kalabahi (untuk peserta dari 8 klasis di Tribuana-Alor): Pembakaran lahan/hutan, tambang, sengketa lahan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga/KDRT.
Tiga, Seba (untuk peserta dari Klasis Sabu Timur dan Sabu Barat): Korupsi, kekeringan, kemiskinan.
Empat, Labuan Bajo (untuk peserta dari Klasis Sumbawa dan Flores): Keanggotaan gereja rangkap, kawin campur, penghambatan pembangunan gedung gereja.
Lima, So’e (untuk peserta dari 13 klasis di TTS), Minuman keras, buruh migran, kekerasan seksual, tambak garam.
Enam,Kupang (untuk peserta dari 12 klasis di Kupang Daratan dan Semau): Minuman keras, ketidakadilan bagi pekerja toko, produksi pertanian menurun.
Tujuh,Busalangga (untuk peserta dari 6 klasis di Rote): Kapitalisasi Tu’u, kolegialitas/relasi antar pelayan dan politik identitas.
Delapan, Jemaat Betel Naimata-Kupang, (melibatkan peserta dari Majelis Sinode, Mantan Majelis Sinode, Badan Pembantu Pelayanan/BPP, BPP berbadan Hukum (Yayasan Alfa Omega, Unit Bahasa dan Budaya GMIT, Yayasan TLM, UKAW, Talenta, Radio Suara Kasih, Rumah Harapan) dan Unit Pembantu Pelayanan/UPP MS GMIT dan satgas-satgas BPP/UPP): Sistem tata kelola admistrasi yang kurang efektif dan efisien, jatuh bangun sekolah GMIT, perceraian pendeta, perpindahan warga GMIT, sistem data base dan penyetoran keuangan yang belum sesuai aturan.
Secara khusus kegiatan di lingkup Majelis Sinode GMIT, panitia mengundang peserta dari unsur pemerintah provinsi dan Kota Kupang, tokoh lintas agama dan LSM. Hadir memenuhi undangan tersebut antara lain Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Plt. Kepala Bapelitbangda NTT, Luky Koli, Plt.Kepala Dinas Pertanian, Migdon Abola, Kepala Dinas Kearsipan Kota Kupang, Ejben Doeka, dan lain-lain.
Menutup seluruh rangkaian kegiatan yang berlangsung di Jemaat Betel Naimata, Rabu-Jumat (26-28/6), anggota tim perumus HKUP GMIT 2020-2023, Dr. Mikhael Ludji Riwu Kaho mengatakan drafting HKUP kali ini merupakan yang paling partisipatif sepanjang sejarah penyusunan HKUP GMIT.
Ia juga menjelaskan bahwa seluruh bahan akan ditabulasi dan diseminarkan sebelum dibawa ke Sidang Majelis Sinode pada bulan Agustus dan Sidang Sinode pada bulan Oktober 2019 mendatang. ***