Bersama Memikul Salib – Pdt. Ira Mangililo

Pdt. Ira Mangililo

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Selamat memasuki Jumat Agung. Hati saya sungguh diliputi keharuan karena di hari ini kembali kita meresapi makna pengorbanan Kristus di kayu salib. Semua karena cintaNya pada kita. Dalam keheningan perenungan di rumah tangga kita masing-masing kita mendengar suara Allah berbisik lembut melalui bunyi rintik hujan “Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, Aku ini mengasihi engkau (Yesaya 43:4a).

Di hari ini biarlah keheningan perenungan kalbu kita berusaha mendalami mengapa jalan salib-jalan kesengsaraan yang dipilih Yesus dan mengapa bukan jalan peperangan yang hiruk pikuk. Saya melihat diri saya dan melihat dunia tempat saya hidup. Saya banyak mengalami tantangan dan permasalahan. Dunia yang saya tinggali adalah dunia yang juga tidak pernah lepas dari pergumulan dan kesusahan.

Dunia yang kini sedang sakit dan diwarnai ketakutan. Jadi Kristus memilih jalan salib sebagai contoh bagi kita manusia untuk secara iklas menerima penderitaan, ketakutan dan tantangan sebagai yang tak terhindarkan. Di masa lampau, Yesus telah menunjukkan cara menghadapi penderitaan itu yaitu dengan menanggungnya dan mengalahkan maut itu – melalui penyerahan tubuhNya secara utuh; dan melalui teladan Kristus ini kita belajar utk menerima penderitaan, ketakutan dan kerapuhan sebagai bagian hakiki dr hidup itu.

Namun kita tidak boleh menyerah terhadap penderitaan dan ketakutan. Kita harus terus berjalan dengan berani – teguh melintasi kegelapan maut itu sampai cahaya terang kebangkitan menyapa dan mengangkat kepala kita yang tertunduk letih. Oleh sebab itu, di hari ini kita menolak untuk dikalahkan oleh maut dan kecemasan. Sama seperti Yesus, kita melakukan bagian-bagian kita untuk mengalahkan maut itu. Tidak sendirian melainkan secara bersama-sama. Namun kebersamaan yang berbeda. Bukan kebersamaan yang berkerumun secara fisik melainkan melalui kebersamaan Roh dan pengharapan.

Di dalam persekutuan Roh Kudus, kita bergandengan tangan melawan ancaman virus corona ini – membebaskan kita dari intipan maut yang kita yakini akan hilang kuasanya. Di hari ini dan esok kita ada bersama Yesus di alam maut. Di hari ini dan esok kita melihat ketaatan Yesus menerima maut itu. Resapilah kegelapan itu. Tinggallah dalam kegelapan bersama Yesus. Biarkanlah tubuh kita merasakan tiap cambukan yang Yesus terima. Biarkan kita merasakan tajamnya duri-duri yang mengelilingi kepala kita. Biarlah tangan dan kaki kita merasakan paku yang tajam. Biarlah lambung kita merasakan tikaman itu. Biarlah tenggorokan kita terasa kering merindukan tetesan air. Terimalah ini semua. Berjalanlah dalam penderitaan itu bersama Kristus. Berjalanlah. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *