Penyebaran Covid-19: Naikkan Kembali Kewaspadaan – Neil Semuel Rupidara, Ph.D.

Neil Semuel Rupidara, Ph.D.

www.sinodegmit.or.id,Memperingatkan kita semua dengan mengucapkan kata “hati-hati” dalam kaitan dengan penyebaran Covid-19 di Indonesia pada saat ini rasanya kembali diperlukan. Realitas tampak menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang mulai kehilangan sensitivitas dan kehati-hatiannya terhadap potensi makin meningkatnya penyebaran Covid-19. Karena itu, tidak ada salahnya dan bahkan perlu untuk kita saling mengingatkan, mengingatkan, dan mengingatkan. Naikkanlah kewaspadaan kita.

Beberapa hari dalam minggu-minggu terakhir ini angka infeksi Covid-19 sudah berada pada besaran > 3000. Jika angka tambahan kasus positif Covid-19 ibaratnya sudah biasa berada pada level angka 3000an, maka peluang angka penyebaran menjadi 4000 per hari menjadi lebih besar. Itu sama seperti ketika angka ratusan naik menjadi seribuan, seribuan menjadi dua ribuan, dan kini tiga ribuan. Jika 4000an pun menjadi biasa, maka demikian pula peluang tercapainya angka 5000 ke atas menjadi terbuka.

Jika itu bisa terjadi, hati-hati, penyebaran Covid-19 bisa menjadi tidak terkendali. Apa yang terjadi kini di India misalnya merupakan contoh. India sempat baik dalam penanganan awal Covid-19 tetapi lalu belakangan kehilangan kemampuan pencegahan dan pengendalian. Ketika makin tidak terkendali, penyebaran Covid-19 di India kini sudah mencapai 70 hingga 80 ribu per hari. Itu melampaui record di Brazil dan Amerika Serikat. Mengapa? Karena besaran penduduk dan kondisi sistem kesehatan India lebih rentan. Dan, Indonesia pun punya ciri yang rentan seperti itu. Karena itu, kita perlu naikkan kewaspadaan

Karena tidak mengharapkan yang lebih buruk terjadi, sikap default kita adalah berhati-hati. Fenomenanya, tampak secara psikologis, banyak pihak di Indonesia sedang bergerak menuju ke titik kejenuhan dalam berurusan dengan Covid-19. Ini posisi kritis yang berbahaya. Dengan merangkak naiknya angka penyebaran per hari, kondisi keletihan psikis akan berakibat menurunnya kehati-hatian dan kesiaptanggapan atas kondisi yang bisa kian memburuk.

Jika itu terjadi, buruk akibatnya. Secara empiris terlihat makin tingginya mobilitas penduduk dalam dan antar kota. Di jalan-jalan raya, orang dan kendaraan semakin penuh. Di area-area seperti pasar dan pertokoan, lalu lalang orang dan kendaraan seolah keadaannya adalah sudah tidak ada Covid-19. Tingkat kunjungan di mall-mall, di lokasi-lokasi wisata mulai meningkat. Unik, keramaian kini menuju menjadi “new normal” di era pandemi. Seolah semua sudah kembali seperti masa pra-pandemi. Masker memang masih dipakai kebanyakan orang (walaupun tidak sedikit juga yang nekad tidak pakai, serasa kebal Covid-19).

Namun bagaimanapun, dengan makin besarnya jumlah orang yang bergerak bebas di ruang-ruang publik, makin besar pula peluang penyebaran Covid-19 terjadi dengan cukup mudah. Yang seolah ditunggu oleh sang SARS-CoV2 hanyalah kelalaian demi kelalaian dari setiap orang, untuk menjangkiti dan menyebarkan kembali Covid-19 antar orang dengan relatif mudah.

Jika situasinya benar begitu, ada yang bisa kita pelajari dari fenomena keperilakuan kita dalam masa pandemi ini. Jika di awal penyebaran Covid-19 kita di Indonesia tampak relatif lengah karena menilai kita kebal penyakit ini, maka kini yang terlihat dari kita adalah (me)lemahnya daya tahan kita berhadapan dengan ketidaknyamanan yang diciptakan Covid-19. Sepertinya, keletihan telah melahirkan ketidaksabaran. Dan, ketidaksabaran melahirkan kelalaian atau kelengahan. Kelengahan sudah kita tahu mendatangkan risiko. Sebuah risiko dapat melahirkan risiko baru, risiko lebih besar. Bahaya.

Karena kondisi lengah bisa bersifat costly bagi lebih banyak orang, catatan ini karenannya bertujuan mengingatkan. Tetap waspadalah terhadap Covid-19. Jikapun melakukan aktivitas-aktivitas tertentu sudah tidak bisa lagi dibatasi begitu saja dengan pola wfh, maka ingat selalu untuk tetap menjaga kesehatan masing-masing. Lebih daripada sekedar hanya peduli diri sendiri, ingatlah bahwa jika setiap kita tidak ingin orang lain menularkan Covid-19 pada diri kita, maka berlaku pula sebaliknya untuk kitalah yang harus duluan menjaga orang lain dari berpeluang menerima risiko oleh karena kelengahan kita.

Mari bersama kita membantu agar kondisi kondusif untuk bisa menekan kembali angka penyebaran Covid-19 dari 3000an ke 2000an, ke 1000an, ke 100an, hingga mendekati nol per hari, sambil menunggu vaksin dan obat anti Covid-19 tersedia untuk semua orang. Salam sehat. Tuhan berkati.

*Artikel ini dikutip dari akun Facebook: Neil Rupidara, Selasa, 8 September 2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *