Dipanggil untuk Melayani dalam Kebersamaan (Yoh. 1:35-50)

Hampir pasti tidak ada pekerjaan apapun di dunia ini yang dikerjakan seorang diri. Seorang Presiden sudah pasti dibantu oleh banyak Menteri dan para pejabat lainnya. Begitu pula seorang Gubernur, seorang Bupati, seorang kepala Desa, seorang dokter, seorang perawat, seorang nelayan, seorang tukang, seorang petani, seorang kepala rumah tangga, seorang ibu rumah tangga, seorang anak, dan lain sebagainya. Hanya dengan dibantu orang lain, pekerjaan mereka bisa berjalan lancar dan dapat terselesaikan dengan baik. Tak heran bila dikatakan bahwa hal pekerjaan sudah selalu bersifat sosial: melibatkan banyak pihak dalam sebuah kerja sama yang saling melengkapi. Begitu pula dalam pelayanan Yesus.

Yohanes memperlihatkan bahwa sejak awal Yesus memanggil sejumlah murid untuk membantu-Nya dalam menyatakan kerajaan Allah. Tentu bukan karena Allah di dalam Yesus tidak mampu mengerjakan misi-Nya, sebab Ia adalah maha kuasa yang mampu melakukan segalanya. Ia mau melibatkan manusia, justeru karena Ia ingin memulihkan gambar-Nya yang sudah rusak itu.

Penjelasan Teks

Narasi tentang pemanggilan para murid tidak lepas dari konteks pembaca Yohanes. Sebagaimana diketahui, Yohanes pembaptis sendiri sudah mempunyai murid-murid. Dalam perkembangan, terjadi persaingan antara para pengikut Yesus (orang Kristen) dengan para pengikut Yohanes pembaptis. Malah para murid Yohanes bertikai dengan sidang pembaca yang adalah pengikut Kristus. Hal itu nampak dalam Yohanes 3:22-26; 10:40-42; Kis. 18:25; 19:1-3. Pokok pertikaian mereka adalah apakah Yesus itu Mesias atau tidak (band. Yoh.10:24). Di kalangan Yahudi sendiri Yesus menjadi pokok pertikaian. Orang-orang Yahudi yang bertikai itu terutama dari kalangan para pemimpin, khususnya dari kaum Farisi yang memang sangat ketat dengan ortodoksi (khususnya hukum taurat). Sedangkan ada banyak pula orang Yahudi telah menjadi pengikut Yesus.

Namun akibat dari pertikaian dengan para pemimpin Yahudi, banyak orang Kristen terkucil dan sinagoga dan malah dibunuh. Sidang para pemimpin Yahudi pada tahun 90 memutuskan bahwa mereka yang menerima Yesus sebagai Mesias harus dikucilkan dari ibadat di Sinagoga. Orang-orang Kristen dianggap sebuah “bidah”. Oleh karena mereka tersisihkan dari masyarakat Yahudi, sidang pembaca Yohanes terpaksa membentuk jemaat sendiri. Itu menjelaskan mengapa Yohanes begitu menekankan kasih persaudaraan, kasih timbal balik, dan persatuan.

Secara khusus, terkait pemanggilan para murid, injil ini memberi perhatian khusus kepada Yohanes Pembaptis. Untuk meredahkan ketegangan antara para pengikut Yesus dan para pengikut Yohanes pembaptis, penulis menunjukkan bahwa Yohanes pembaptis hanyalah saksi tentang Yesus. Yohanes bukan nabi Elia atau Mesias. Yohanes sendiri mengakui dirinya malah tak layak membuka tali kasut Yesus, sang Mesias itu (Ps.1:19-28). Oleh karena itu, Yohanes sendiri mengarahkan dua muridnya untuk menjadi pengikut Yesus (ay 35-37). Yohanes sendiri mengakui Yesus sebagai “Anak domba Allah”, yaitu mesias yang dijanjikan.

Pengakuan Yohanes menjadi petunjuk bagi para muridnya juga untuk mengakui kemesiasan Yesus. Terbukti, dalam perjumpaan dengan Yesus, salah satu murid Yohanes, yakni Andreas menyadari bahwa ternyata Yesuslah mesias itu dengan mengatakan: “kami telah menemukan Mesias (ay.41). Andreas yang lebih dulu mengenal Mesias, lalu mengajak saudaranya, Simon Petrus untuk mengikut Yesus. Yesus juga bertemu dengan Filipus dan mengajaknya menjadi seorang murid. Dalam perjumpaan dengan Yesus, Filipus melihat bahwa ternyata Yesus adalah sosok yang dinubuatkan oleh para nabi (ay.45).  Ia lalu berusaha meyakinkan Natatael tentang Mesias yang ditemuinya. Semula Natanael ragu, karena Nazaret sebagai asal usul Yesus, namun akhirnya Natanael sendiri menjadi percaya bahwa Yesus adalah Mesias (ay.49).

Narasi ini memberi kesaksian bahwa pekerjaan pelayanan pun melibatkan banyak pihak. Pertama, terbentuknya kelompok para murid Yesus ini tidak lepas dari kerelaan Yohanes yang menyadari dirinya hanya sebagai pembuka jalan bagi Yesus. Yohanes pun mengakui kemesiasan Yesus dan mengajak murid-muridnya untuk percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Kedua, murid-murid Yohanes yang telah menjadi pengikut Yesus akhirnya ikut mengajak yang lain. Ketiga, Yesus sendiri ikut memanggil orang-orang yang dijumpai-Nya untuk menjadi murid-Nya. Keempat, semua yang telah mengimani Yesus sebagai Mesias ikut terlibat dalam mengajak, mengudang dan memanggil sesamanya untuk menjadi pengikut Yesus. Semuanya rela meninggalkan pekerjaannya untuk melayani bersama Yesus, karena menemukan bahwa Yesuslah mesias yang dinantikan.

Sesungguhnya pekerjaan Tuhan sejak awal sudah selalu melibatkan banyak pihak. Allah sendiri memilih manusia, terutama Maria dan Yusuf untuk menghadirkan sang Mesias. Keduanya dipilih untuk terlibat dalam melahirkan Yesus, sang juruslamat. Yesus lalu memilih para murid, dan bahkan kemudian mengutus mereka untuk menyampaikan kabar baik. Semuanya dipanggil untuk ada dalam kebersamaan demi pekerjaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Dan memang dari tangan yang bekerja sama inilah, berita tentang keselamatan bisa dengan mudah tersebar ke berbagai penjuru dunia hingga saat ini. Semua yang dikerjakan bermuara pada kesaksian tentang Yesus sebagai mesias, juruslamat. Pekerjaan Kristus terlaksana dengan baik juga karena para murid rela berkorban,  mampu menyangkal diri, memikul salib dan menderita. Andaikata mereka bekerja dengan ambisi-ambisi pribadi, motivasi kepentingan diri, maka pekerjaan Tuhan akan terhambat.

Penutup

One man show tidak relevan dalam konteks kehidupan bergereja, bahkan dalam seluruh bidang kehidupan. Kalau setiap orang mau menonjolkan diri dalam pekerjaannya, maka apapun yang dikerjakannya semata-mata hanya kampanye diri. Terutama di bidang politik, dalam dunia virtual saat ini, ada godaan untuk kampanye diri begitu kuat. Akibatnya, hal kecil apapun yang dibuat, selalu diposting di dunia maya, untuk memberi kesan seolah banyak hal telah dikerjakan. Image yang dibangun, punya bermacam-macam tujuan, misalnya untuk mencari dukungan bagi langgengnya jabatan, atau untuk kepentingan kekuasaan atau kekayaan. Ini sering terjadi dalam dunia politik.

Bacaan hari memberi pelajaran, pertama, bahwa kerja sama dalam gereja dapat terjadi apabila semua berfokus pada Kristus dan kemuliaan-Nya, dan semuanya rela menyangkal diri seperti Yohanes pembaptis. Walau pun Yohanes sudah punya banyak murid, namun ia tahu bahwa dirinya bukan mesias sehingga tak mau didewakan. Ia malah mengarahkan murid-muridnya untuk pergi kepada Yesus. Kita diingatkan untuk tidak boleh melayani dengan motivasi kepentingan diri. Semua yang kita kerjakan, hendaklah semata-mata untuk Tuhan. Kedua, penting untuk selalu mau belajar, menempatkan diri sebagai murid, sehingga terus mengembangkan diri agar pekerjaan pelayanan kita bisa maksimal dalam dunia yang semakin maju.

Ketiga, harus rendah hati untuk mau melibatkan orang lain, mengakui kelebihannya, memberdayakan potensinya bagi Tuhan. Harus ditanamkan dalam hati kita, bahwa kelebihan sesama, adalah berkat Tuhan bagi kita. Sebaliknya, kelebihan kita, adalah berkat Tuhan bagi sesama. Keempat, dalam lingkup apapun, termasuk dalam keluarga dan tempat kerja, kita diajak untuk bekerja sama dengan orang lain. Suami bekerja sama dengan isteri, orang tua dan anak-anak, pimpinan dan bawahan. Semuanya harus saling melengkapi. Khususnya dalam gereja, dibutuhkan kerja sama diantara jemaat, diantara sesama majelis, diantara jemaat dan majelis, antara jemaat dan pendeta, antara sesama pendeta, sesama rekan kerja, antara majelis sinode dan majelis klasis dan majelis jemaat, dan seterusnya. Kerja sama itulah yang memungkinkan pekerjaan Tuhan terlaksana dengan baik dan benar sesuai kehendak Allah. Kelima, kita harus saling mengajak melalui pemberitaan firman maupun perilaku hidup yang baik dan benar agar semua orang mau datang kepada Kristus sebagai mesias, juruslamatnya, percaya kepada-Nya dan menjadi murid-Nya. Pertama-tama kita mengajari anak-anak dalam rumah, menunjukan sikap hidup yang benar kepada sesama, dan menjadi teladan yang baik dalam seluruh aspek kehidupan kita sebagai murid-murid Kristus.

Memang tidak mudah untuk bekerja sama. Ada banyak hambatan, mulai dari ego masing-masing individu yang terlalu kuat, iri hati, kecemburuan, tidak mau mengakui kelebihan sesama, atau juga karena masing-masing mau tampil. Maka penting untuk membunuh roh pementingan diri dan mau mengosongkan diri (kenosis). Kita belajar dari pemanggilan para murid hari ini, untuk selalu merendahkan diri dan menyadari bahwa kita hanyalah hamba, yang mesti mengarahkan seluruh pekerjaan dan pelayanan kita untuk kemuliaan Tuhan Yesus. Selamat bekerja sama dalam setiap lingkup kehidupan, keluarga, pekerjaan dan pelayanan dengan semua orang yang Tuhan percayakan bersamamu. Ajaklah mereka untuk menjadi murid Kristus. Amin. (Pdt. Gusti Menoh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *