Pemkot Kupang Siap Dana Covid 80 Milyar, Daniel Chengberlin Sumbang 6 Unit GeNOse

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Perang melawan pandemi Covid-19 membutuh peran dan kerja bersama banyak pihak, bahkan semua orang harus terlibat. Tanpa itu, perang ini akan makan waktu lama dan jatuh korban yang tidak sedikit.

Mengingat kepelbagaian peran dan sumber daya yang tersedia, Majelis Sinode GMIT menginisiasi sebuah webinar zoom melibatkan pimpinan Pemerintah Kota Kupang, Pemerintah Provinsi NTT, LSM, para tokoh agama dan seorang pengusaha atas nama Daniel Chengberlin.

Mereka yang hadir dalam webinar antara lain: Sekda NTT, Ir. Benediktus Polo Maing, Staf khusus Gubernur NTT, Prof. Daniel Kameo, Kadis Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, Ketua Majelis Klasis (KMK) Kota Kupang, Pdt. Jacky Adam, KMK Kota Kupang Timur, Pdt. Samuel Pandie, KMK Kota Kupang Barat, Pdt. Itha Ndun, Pimpinan GBI, Pdt. Kirenius Bolle, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kota Kupang, Silvester Ndaparoka, dan lain-lain.

Melalui webinar ini, kata moderator Pdt. Dr. Mery Kolimon, Majelis Sinode GMIT bermaksud mengajak semua pemangku kepentingan (stakeholder)bergandeng tangan menanggulangi bencana kemanusiaan ini.

Daniel Chengberlin, yang diberi kesempatan pertama untuk berbicara dalam diskusi ini, menyatakan keprihatinannya atas lonjakan pasien Covid di Kota Kupang yang angkanya mencapai 50% dari total pasien di NTT. Hal itu mendorongnya untuk mengajak pihak swasta ikut terlibat membantu pemerintah Kota Kupang dengan menyumbangkan enam unit GeNose (alat deteksi Covid-19). Produk ini sedang dalam proses pengiriman.  

“Kalau kita melihat kondisi sekarang, berharap hanya pada pemerintah tentu pemerintah ada batasnya. Tapi kalau kita sama-sama bahu membahu, kita bisa halau Covid ini dari Kota Kupang. Salah satu persoalan sekarang adalah kekurangan alat untuk mendeteksi pasien Covid. Rapid Antigen cukup mahal, karena itu masyarakat enggan periksa. Jadi saya imbau teman pengusaha dan investor dan kami dapat bantuan enam unit Ge-Nose,” kata Daniel.

Pengadaan GeNose ini diharapkan dapat membantu pemerintah melalukan 3 T (Tracing, Testing dan Treatment) untuk mengurangi angka penularan.

Walikota Kupang, Jefri Riwu Kore menyambut baik sumbangan GeNose tersebut. Pemerintah Kota Kupang menurut Jefri, baru-baru ini telah menganggarkan 80 Milyar Rupiah untuk penanganan Covid. Termasuk upaya pengadaan 10 unit GeNose. Tantangannya adalah pemesanan GeNose butuh waktu oleh sebab produk ini masih terbatas.

“Sesuai arahan Gubernur, Pemerintah Kota Kupang telah siapkan dana 80 Milyar untuk penanganan Covid. Anggaran ini bersumber dari APBD dan baru saja diputuskan minggu ini. Anggaran ini akan kita dialokasikan untuk pengadaan alat pendeteksi Covid-19 GeNose sebanyak 10 unit, 2000 paket obat-obatan, 100 tempat tidur (bed), pengadaan APD, pengadaan 6000-an paket sembako untuk pasien isolasi mandiri, penambahan 10 tenaga dokter spesialis, penambahan ruangan isolasi di Rumah Sakit SK Lerik, fasilitas tempat isolasi terpusat, dan lain-lain, kata Jefri.

Dengan dana sebesar itu lanjutnya warga Kota Kupang yang terpapar baik gejala ringan maupun berat akan dibekali dengan obat-obatan dan sembako selama menjalani isolasi mandiri, terpusat dan di rumah sakit.

“Kami siapkan dua ribu paket obat-obatan lengkap. Begitu yang bersangkutan dinyatakan reaktif atau positif, maka otomatis diberikan obat-obatan secara gratis dan dipantau oleh Dinkes. Dan tidak pake prosedur bertele-tele. … Kami juga siapkan anggaran untuk isolasi mandiri bekerja sama dengan Dinas Sosial untuk bagaimana bantu mereka. Jadi mereka yang sakit butuh bantuan obat tapi juga menyiasati kebutuhan makan dan minum mereka selama isolasi mandiri,” kata Walikota Kupang.

Walikota Kupang juga berjanji akan mendistribusikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pendeta, pastor dan pimpinan umat lainnya, serta meningkatkan edukasi dan memperkuat komunikasi lintas sektor yang selama ini oleh para tokoh agama dirasakan kurang lancar.  

Sementara untuk antisipasi penanganan lonjakan pasien Covid, Kepada Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, menjelaskan Pemkot telah menyiapkan Puskesmas Penkase dan Hotel Yotowawa sebagai tempat isolasi terpusat.

Karena itu, ia mendorong warga yang melakukan tes secara mandiri dan dinyatakan reaktif atau positif agar melapor ke fasilitas kesehatan/Puskesmas terdekat untuk didata dan mendapat penangangan.

“Kalau ada warga yang melakukan tes mandiri lalu positif dan tidak terkonek dengan all record dan takut diketahui orang, silahkan hubungi fasilitas kesehatan atau call center yang sudah kami share di grup-grup sosial media.”

Sementara itu, Sekda NTT pada kesempatan ini menyatakan dukungan kepada Pemerintah Kota Kupang untuk program isolasi terpusat dengan menyediakan 100 tempat tidur pasien. Pihaknya juga telah menyepakati pembentukan tim penangangan isolasi mandiri dan tim penegakan disiplin Covid-19 yang strukturnya sampai di tingkat RT/RW. Tim ini dibawah koordinasi kelurahan dengan melibatkan relawan dan tokoh-tokoh agama setempat.

Prof. Daniel Kameo mengharapkan dengan sinergitas lintas sektor ini upaya memutus rantai penularan Covid-19 lebih maksimal.

“Mari kita tingkatkan komunikasi sosial. Jangan ada lagi kotak-kotak bahwa ini urusan pemerintah saja, atau Satgas, Walikota dan sebagainya. Ini urusan kita bersama. Intinya adalah kalau ada orang yang positif Covid dan isolasi mandiri, kita sama-sama tahu dan selama 14 hari isolasi itu, komunitas di lingkungan itu saling bantu supaya yang bersangkutan jangan keluar rumah.”

Webinar yang berlangsung pada Sabtu (20/2-2021) ini diakhiri beberapa kesimpulan antara lain:

Pertama, pimpinan-pimpinan gereja khususnya GMIT mengapresiasi upaya-upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19 serta mendukung pemerintah untuk melakukan program 3T baik itu melalui rapid antigen, swab PCR, dan GeNose, namun perlu pengawasan dari Dinas Kesehatan sehingga semua warga yang mengikuti test tercover dalam data all record.

Kedua, Gereja mendorong pemerintah meningkatkan koordinasi dan edukasi Covid-19 yang intensif.

Ketiga, Gereja mendukung edukasi dan vaksinasi Covid-19 melalui suara gembala, warta jemaat, dan media-media pemberitaan gereja lainnya. Keempat, selain penguatan spiritual yang dilakukan gereja, gereja mendorong pemerintah untuk tetap memberi perhatian pada upaya-upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *