KUPANG,www.sinodegmit.or.id, Guna mengantisipasi risiko dan menjadi Gereja yang Tangguh bencana, GMIT, YAKKUM Emergensy Unit (YEU) dan Jaringan Komunitas Kristen (Jakomkris) bekerja sama mengadakan pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Pelatihan ini berlangsung secara online, diikuti 80 orang peserta masing-masing 70 orang dari GMIT dan 10 orang dari Gereja Kristen Sumba (GKS).
Peserta dari GMIT terdiri dari para Ketua Majelis Klasis serta Tim/Unit Tanggap Bencana di lingkup jemaat, klasis dan sinode.
Kepala Biro PRB dan Litbang PGI, Pdt. Shuresj Tomaluweng berharap pelatihan ini dapat meningkatkan kapasitas peserta dalam melaksanakan tugas dan panggilan gereja dalam situasi bencana.
Materi pelatihan PRB ini meliputi: Regulasi dan Pemahaman PRB, Manajemen Risiko Bencana, Skill (Manajemen barak, logistik, Dukungan Psikologi Awal-DPA) dan Pengelolaan Data dan Informasi.
Kegiatan ini berlangsung pada 2-3 dan 5-6 Agustus 2021, dengan narasumber antara lain; Arnice Ajawaila, Gidion Supriyanta dan Eli Sunarso (YEU), Rifkianto Ariwibowo (UNOCHA) dan Dear Sinandang (Forum Humanitarian Indonesia/FHI).
Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Mery Kolimon, pada pembukaan kegiatan mengatakan pelatihan ini penting mengingat konteks pelayanan GMIT berada di wilayah bencana alam maupun kemanusiaan.
“GMIT sejak periode 2015-2019 dalam kesadaran bahwa kita berada dalam konteks bencana, perlu menjadi gereja yang siaga. GMIT, karena itu, telah membentuk Unit Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan di lingkup Majelis Sinode, dan dalam persidangan-persidangan, kita mendorong jemaat dan klasis untuk membentuk unit tersebut karena sewaktu-waktu Gereja akan mengadapi risiko bencana,” ujarnya.
Ia menyampaikan kepada PGI, Jakomkris, Yakkum YEU, Tearfund, UNOCHA dan FHI yang telah mendukung GMIT dan GKS dalam pelatihan ini. ***