Sidang ke-50 MS GMIT:  Dukungan Bagi Kesehatan Fisik dan Mental Para Pendeta (sambungan refleksi teologis)  – Pdt. Frans Dillak, M.Th.

Refleksi teologis MSH GMIT untuk tahun pelayanan 2022 dilanjutkan dengan refleksi internal pelayanan para pelayan terkait kondisi fisik dan mentalnya. Hal ini berangkat dari angka dan data meningkatnya jumlah pelayan (pendeta) yang mengalami gangguan kesehatan fisik maupun mental.

“Keseimbangan berbagai aspek hidup penting dijaga dalam pelayanan. Pola hidup sehat secara fisik, pola makan yang baik, keseimbangan antara kerja dan istirahat, kecukupan waktu untuk berdoa dan meditasi, serta waktu belajar dan rekreasi perlu diperhatikan,” harap Pdt. Mery saat menyampaikan refleksi teologis MSH GMIT untuk pelayanan di tahun 2022, Aula GMIT Center, Rabu (1/3).

Situasi terganggunya kondisi fisik maupun mental pendeta GMIT harus ditanggapi secara serius, baik oleh lembaga maupun oleh pelayan yang bersangkutan. Pengakuan atas kondisi fisik maupun psikis dari yang bersangkutan merupakan bagian dari situasi berdamai dengan diri sendiri. Ajaran gereja (termasuk GMIT) yang bersumber dan berdasar dari perintah Kristus yang memberi pengajaran agar setiap manusia mengasihi Tuhan dalam kondisi keutuhan kehidupannya.

“Kata Yesus, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30) menjadi ayat kitab suci di mana secara jelas dan langsung berisikan perintah Tuhan Yesus agar setiap pengikut-Nya (termasuk para pelayan-Nya) memperhatikan keadaan fisik dan psikisnya sebagai cara mengasihi Tuhan Allah sebagai pemilik kehidupan dan pelayanan GMIT.

“Umumnya pengakuan atas gangguan kesehatan fisik lebih mudah, dibandingkan penerimaan diri bahwa seseorang sakit jiwa/mental. Masih ada keenganan untuk perawatan medis di rumah sakit jiwa. Kesehatan mental masih dilihat sebagai aib dan karena itu orang cenderung menyangkal bahwa dirinya sedang mengalami kesehatan mental dan membutuhkan pelayanan medis kejiwaan,” ungkap Pdt. Mery.

Dalam konteks kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikis dari pelayan GMIT perlu juga dilakukan secara holistik karena keberadaan setiap pelayan GMIT terkait erat dan langsung dengan keluarga-keluarga dari pelayan tersebut.

Hal ini memberi perspektif bahwa kondisi pelayan dan keluarga pelayan tersebut (rumah tangganya) harus didampingi secara serius oleh stakeholders pelayanan GMIT, baik personal pelayan tersebut maupun perangkat organisasi GMIT. Seorang pelayan GMIT yang hidup bersama keluarga (rumah tangganya) perlu diberi perhatian serius oleh perangkat organisasi GMIT.

“Perlu upaya pemeliharaan kesehatan emosi dan jiwa/mental perlu dilakukan oleh tiap pribadi pendeta, maupun oleh lembaga di lingkup klasis dan sinode: menjaga kualitas mindfulness, yaitu kesadaran diri dan kesehatan pikiran dan kerohanian kita,” ujar Pdt. Mery. 

Sebagai catatan penutup dari refleksi teologis MSH GMIT untuk pokok ini diperkuat dengan upaya untuk melakukan pola pendampingan yang harus dilakukan srecara berkesinambungan; yakni upaya-upaya, baik pemulihan maupun pencegahan terhadap peningkatan jumlah pendeta GMIT yang mengalami gangguan kesehatan fisik dan psikis tersebut, harus diperhatikan secara serius dalam HKUP GMIT 2024-2027 sebagai HKUP Penguatan II. (bersambung…)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *