Kerk in Actie Apresiasi Pelayanan Holistik GMIT

Foto: Ibu Karin dan Ibu Corrie di Kantor Kasema, Manulai.

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) menerima  kunjungan tamu kehormatan dari  negeri Belanda, Pendeta Karin van den Broeke dan Corrie van der Ven.

Ibu Karin, demikian biasa disapa, adalah mantan Ketua Sinode Gereja Protestan Belanda atau Protestantse Kerk in Nederland (PKN). PKN merupakan gereja Protestan terbesar di negeri Kincir Angin itu. Sedangkan Ibu Corrie, sebelumnya pernah menjadi dosen di STT Intim, Makasar.

Kini keduanya, masing-masing adalah Chief program officer dan Program Officer pada Kerk in Actie. Ini adalah badan misi PKN. Dalam program Diakonia Internasional, Kerk in Actie bekerja sama dengan mitra-mitra lokal di 35 negara dalam proyek-proyek yang berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan. Kemitraan GMIT dengan Kerk in Actie, sudah cukup lama. Dalam kemitraan tersebut, lembaga ini mendukung pelayanan Rumah Harapan GMIT, unit yang melayani isu kekerasan berbasis gender dan perdagangan orang. Juga Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) yang concern  pada isu Perempuan dan HAM.

Keduanya tiba di Kupang pada, Selasa, (11/4), pukul 14.00 wita dan langsung bertemu Majelis Sinode (MS) GMIT bersama Tim MS GMIT Tanggap Siklon Seroja. (tonton wawancara Berita GMIT dengan Ibu Karin dan Ibu Corrie di link:https://youtu.be/BNxU_EKEL3Y

Dalam pertemuan yang berlangsung di Dapur Nekamese, Penfui, Pdt. Karin menyampaikan apresiasi pada apa yang ia sebut “pendekatan holistik” yang dikerjakan GMIT dalam penanganggulangan bencana siklon Seroja dua tahun lalu.

Foto bersama dengan Tim MS GMIT Tanggap Siklon Seroja.

Pendekatan holistik dimaksud adalah bagaimana GMIT melakukan penanganggulangan bencana secara komprehensif dan simultan meliputi bantuan darurat, psikososial/trauma healing, pelatihan mitigasi, pemberdayaan ekonomi, pelatihan tukang bangunan, pembangunan rumah pastori dan gedung gereja contoh tahan bencana, penelitian dan penulisan buku teologi bencana, dll,.   

“GMIT sebagai gereja bergerak dengan sangat cepat, ada banyak relawan yang membantu, ada banyak data yang dikumpulkan, dan kami di sini juga untuk berbicara dengan Tim Seroja untuk belajar mengenai bagaimana GMIT menanggulangi bencana setelah Seroja,” ujar Ibu Corrie.

April 2021, ketika terjadi bencana Siklon Seroja, Kerk in Actie mendukung GMIT melalui bantuan tanggap darurat dan rekonstruksi pasca bencana senilai lebih dari dua milyar rupiah. Bantuan tersebut digunakan untuk pembangunan satu rumah pastori di Klasis Rote Timur dan satu gedung gereja contoh tahan bencana di Klasis Amarasi Timur serta sejumlah program pemberdayaan ekonomi jemaat, pelatihan, dan penelitian terkait mitigasi bencana.

“Terima kasih banyak, [atas nama] Gereja Protestan di Belanda, bahwa kami diundang dan disambut dengan baik, belajar dan kami sungguh-sungguh juga akan berbagi pengalaman ini di Belanda dan semoga banyak gereja lain juga terinspirasi,” kata Ibu Corrie.

Panen sorgum di TanalokoOenesu.

Selama empat hari di Kupang, Ibu Karin dan Ibu Corrie, juga berkesempatan melihat secara langsung pelayanan di Rumah Harapan GMIT, Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT), dan Koperasi Sejahtera Utama (Kasema) yang digagas Komunitas Pendeta Suka Tani (Kompastani) GMIT di Manulai. Selain itu mereka juga mengunjungi kebun hortikultura kelompok tani dampingan Kompastani di Tanaloko, desa Oenesu, Kupang Barat.

Usai kunjungan selama empat hari di GMIT, pada Jumat kemarin, (14/4), keduanya melanjutkan perjalanan ke Brastagi, Sumatera Utara, untuk memimpin konferensi mitra Kerk in Actie yang diikuti oleh 33 gereja mitra termasuk GMIT. Ketua MS GMIT, Pdt. Mery Kolimon dan Sekretaris MS GMIT, Pdt. Yususf Nakmofa menghadiri konferensi tersebut. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *