Roh Kudus Menguatkan Persekutuan dan Memimpin Gereja Menjadi Berkat Bagi Semesta (Efesus 4: 14-21) – Pdt. Leo Takubessi

Pdt. Leo Takubessi,S.Th., Sekretaris PTTG Sinode GMIT

Mungkin kita ingat iklan sebuah produk rokok, iklan yang bercerita tetnag jin yang keluar dari kendi dan memberi kesempatan kepada orang yang ada di sekitarnya untuk mengajukan permintaan. Kadang-kadang ada permintaan konyol, permintaan sepele, permintaan yang tidak masuk akal, permintaan yang malah menjerumuskan orang tersebut dalam masalah baru.

Nah, mari kita berandai-andai, jika kita sudah sampai pada batas akhir hidup, lalu kita diberikan kesempatan meminta 3 hal dari Tuhan, apakah yang akan saudara minta?

Rasul Paulus sedang berada di penjara ketika ia menulis surat Efesus. Di dalam penjara itu ia menaikkan beberapa doa yang dituliskannya kepada jemaat Efesus. Ada harapan yang sangat besar bagi mereka, sebab Rasul Paulus tahu bahwa ajalnya untuk dieksekusi mati di tangan Kaisar Nero sudah ada di depan matanya. Dalam doa itu Rasul Paulus ingat akan perjuangan orang Efesus menjadi pusat pekabaran injil di Asia dan Eropa Barat. Akwila dan Priskila sudah melanjutkan tugas di Efesus, lalu Timotius dan Apolos juga melayani di Efesus supaya Efesus menjadi jemaat penopang dan bersubsidi bagi jemaat-jemaat lain di sekitarnya. Karena itu bacaan hari ini adalah ungkapan doa tulus dari Paulus bagi gereja Tuhan sepanjang masa.

Dalam doa Rasul Paulus ini, ada beberapa hal penting yang disampaikan oleh Rasul Paulus:

Pertama: ia berdoa supaya Tuhan menguatkan batin orang-orang percaya oleh Roh Kudus

Kekuatan batin dari Roh Kudus adalah pemberian Terbaik Allah bagi gereja. Gereja membutuhkan Roh Kudus untuk melanjutkan karya ‘kelahiran kembali’ yang telah dimulainya bagi gereja. Setelah orang menjadi percaya kepada Kristus, perjuangan hidup orang percaya sudah dimulai. Pertobatan, ‘kelahiran kembali’, awal mengenal Kristus adalah sebuah garis awal perjalanan beriman. Perjalanan itu membutuhkan kekuatan. Namun syukur kepada Allah bahwa Tuhan yang memulai keselamatan itu tidak meninggalkan manusia. Setelah dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah, orang Kristen harus didewasakan. Kita tidak bisa terus menerus menjadi bayi rohani. Harus ada pertumbuhan rohani. Sebagaimana ucapan Johanes Calvin yang terkenal dalam buku institutio “Kelahiran Kembali/pertobatan adalah Anugerah Roh Kudus dan Karya Allah semata-mata, namun pertumbuhan rohani merupakan keputusan dan tanggung jawab manusia”.  Dalam hal ini kita didewasakan oleh Roh Kudus untuk mengerti dan memahami akan kebenaran dan setelah itu diajar untuk melakukan kebenaran itu setiap hari.

Jadilah orang kristen yang bertumbuh dan semakin dewasa, jangan jadi bayi rohani yang hanya merengek-rengek dan tidak berbuat apa-apa. Kita yang telah diselamatkan oleh anugerah Allah, wajib membuat keputusan dan pilihan yang sesuai dengan keselamatan itu sebagai tanggungjawab dan ungkapan syukur atas anugerah Allah. Gereja Protestan harus jadi gereja yang dewasa. Perubahan-perubahan sedang menuntut kita untuk menanggapi dan beradaptasi secara tepat dan dewasa. Momentum HUT ke-76 GMIT dan HUT ke-506 Reformasi Gereja adalah sebuah momentum untuk mengingat perjalanan rohani gereja. Apakah kita semakin dewasa menanggapi isu-isu global di sekitar kita? Semoga para klerus, anggota gereja, orang-orang tua, anak-anak dan orang muda tetap mau menghidupi semangat Ecclesia Reformata semper Reformanda Estitu dengan cara bertumbuh secara rohani dalam segala  aktivitas, baik di dalam maupun di luar gereja.

Kedua: Supaya Kristus selalu berdiam dalam kehidupan orang percaya

Kristus adalah pusat, dasar dan pokok iman gereja. Tanpa Kristus gereja ini bukan siapa-siapa. Itu berarti kehadiran Kristus itu mutlak dalam kehidupan beriman. Sepanjang bulan Oktober kita sudah membuka rumah-rumah tangga menerima pelayanan dalam nama Tuhan. Kidung Jemaat 318 berkata “Berbahagia tiap rumah tangga, di mana Kristuslah Tamu Yang tetap” apa artinya? Artinya kehadiran Kristus bukanlah karena karena kita membutuhkan Dia saat sakit, saat tidak ada uang, saat duka, namun dalam keadaan apapun kristus tetap diterima, diberikan kesempatan dan ruang untuk hadir senantiasa. Gereja tanpa Kristus bukanlah Gereja sejati. Itu artinya, kita patut selalu mengandalkan Kristus dalam segala keadaan. Apakah Kristus selalu hadir dalam hidup kita? Apakah Dia menjadi pusat dari kehidupan keluarga dan pribadi kita? Apakah Kristus sudah menjadi satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita? Jika ya, maka mari kita terus mengasihi Kristus dan merenungkan kasih Kristus yang luar biasa itu.

Rasul Paulus berkata kasih Kristus itu begitu besar, begitu tinggi, begitu dalam, lebar dan luas. Tidak dapat diukur dan melingkupi segala sesuatu. Karena itu kita perlu selalu ingat bahwa gereja ada karena Kristus mengasihi siapapun yang percaya kepadaNya. Kadang-kadang kita ragu, bimbang dan sukar menemukan kasih Kristus. Namun sebenarnya itu karena kita mengukur kasih Allah dengan cara yang salah. Allah tetap mengasihi kita. Kasih-Nya yang besar itu telah ditunjukkan dengan mengaruniakan Anak-Nya ketika kita masih berdosa. Kasih Allah itu diberikan kepada orang berdosa, orang hina, orang terbuang, orang terpinggirkan, orang lemah, orang berpenyakit, orang yang terusir, orang yang dianggap sepele, orang-orang yang tidak dihiraukan dunia. Seperti saya dan saudara. Karena itu kita tidak sendiri menjalani hidup. Kita tidak pernah dibuang oleh Kristus.

Momentum ini menjadi momentum mengingat semboyan Reformasi yang didengungkan Luther ketika ia diadili di Worms di hadapan para petinggi katolik yang memaksa dia mengakui Paus sebagai kepala gereja. Luther berteriak dengan lantang “Hanya Kristus, hanya Kristus”, teriakan yang membuat genteng-genteng gereja itu bergerak-gerak karena disambut oleh riuhnya sambutan jemaat Worms yang mengakui bahwa hanya kristus satu-satunya Kepala Gereja. Momentum ini adalah saat yang sangat tepat untuk bersaksi kepada dunia yang masih menolak, meragukan, melecehkan bahkan kepada para pengkhianat gereja yang mengusir Kristus dari rumah dan persekutuan, bahwa jika tanpa Kristus, kita bukan siapa-siapa.  

Ketiga: Doa supaya orang Kristen selalu hidup dalam kasih Kristus dan kesalehan yang benar-benar berakar dalam sanubari

Mengasihi itu tidak seperti cahaya kilat di langit. Kasih itu harus benar-benar berakar dalam sanubari kita. Kristus telah mengasihi kita, kita juga harus belajar mengasihi sesama dan musuh-musuh yang menjadi batu sandungan bagi perjalanan kita. Mereka yang membenci kita mungkin akan mengganggu dan merusak rencana dan harapan-harapan kita. Namun sikap kita kepada perbuatan jahat tetaplah mengasihi, tanpa batas dan tak bersyarat. Sebagaimana Kristus melakukannya, demikian juga gereja melakukannya sampai hari ini. Protestantisme selalu dibenci karena ketegasannya yang tidak berkompromi dengan hal-hal di luar Alkitab.

Kita patut mengingat bersama-sama dengan orang-orang kudus, bagaimana gereja dihambat namun merambat, dihadang namun tetap menerjang. Meskipun para martir gereja telah mati karena imannya, kita harus terus bangkit dan menyebarkan kebenaran. Bapa Gereja Policarpus, Uskup Smirna yang dibakar hidup-hidup itu berkata, “darah kaum martir itu akan menjadi benih gereja”. Benih gereja itu disebarkan dengan cinta kasih, dengan pengampunan, dengan sikap rendah hati, sabar dan setia. Banyak orang yang sedang membutuhkan kasih, banyak manusia kehilangan kasih, bahkan banyak pemimpin agama kehilangan kasih karena mereka tidak memiliki sumber Kasih yaitu Yesus Kristus.

Itulah sebabnya orang-orang Kristen yang memilki Kristus harus berlimpah-limpah dengan kasih. Kasih tidak akan habis ketika dibagi, kasih tidak habis ketika diberikan, kasih tidak hilang ketika dibenci, kasih tidak akan musnah meskipun pengetahuan akan lenyap dan karunia semakin pudar. Kita dikasihi dan belajar mengasihi. Roh Kudus memampukan kita mengasihi seperti Kristus mengasihi dunia dan gereja-Nya. Karena itu mari kita tumbuhkan semangat saling mengasihi dengan tulus dan ikhlas. Kasih yang tidak pura-pura dibalik senyum manis (senyum manis tapi hati pahit itulah kasih pura-pura). Kasihi dengan tulus. Jadi jika ada yang salah dan menyimpang di antara kita, tegurlah dengan lemah lembut berdasarkan kasih. Jika ada yang membalas kasih dengan ‘pinjam 100 dulu”, kita tetap tidak kasih pinjam namun tetap mengasihi dan mendoakannya. Demikian juga kesalehan kita yaitu kasih kepada Allah. Kesalehan itu adalah kasih kepada Allah secara tersembunyi, begitu privat atau hanya diketahui dalam hubungan yang bersifat pribadi (privacy).

Orang kristen haruslah hidup dalam kesalehan selama ada di dunia. Meskipun kita berasal dari dunia namun kita benar-benar harus berbeda dengan dunia dan kebiasaannya. Jika dalam dunia hal-hal jahat dan tidak benar dianggap wajar dan biasa-biasa saja, tidak demikian dengan orang Kristen dalam kesehariannya. Kita tidak boleh mempraktekkan cara-cara dunia yang jahat dan salah sebagai bagian kehidupan setiap hari. Jika bagi dunia ini berbohong, selingkuh, perzinahan, kemabukan, korupsi, kemalasan dan ketidakpedulian adalah wajar, namun bagi kita tidaklah demikian. Jika bagi orang lain menyelesaikan masalah rumah tangga dengan kekerasan adalah wajar, namun bagi orang Kristen tidak bisa dilakukan. Orang-orang dunia dapat menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan, kita harus berbeda. Kekristenan punya motivasi, cara dan tujuan hidup yang berbeda dengan dunia.

Orang-orang dunia menjalankan ajaran agama karena mereka berpikir dapat menyogok Tuhan, kita memiliki alasan yang berbeda yaitu kesalehan kita berdasarkan anugerah Allah. Inilah garis batas yang jelas antara kekristenan dengan perilaku dunia ini. Kesalehan itu harus dipupuk dalam kehidupan bergereja. Karena itu kegiatan-kegiatan gereja jangan berfokus pada hal-hal seremonial belaka. Kesalehan itu bukan pada jenis upacara, makan-minum, dekorasi dll, melainkan pada pengenalan yang benar akan Allah. Apa gunanya makan minum dan dekorasi mewah padahal kita sama sekali tidak tau untuk apa kita berdoa di padang hari ini? Untuk apa kita menyiapkan semua acara yang wah padahal kita sama sekali tidak mengenal siapa itu Kristus secara benar dan membangun relasi yang kuat dengan Dia setiap hari. Sekali lagi kita diingatkan, kesalehan dan kasih itu jangan seperti nyala kilat di saat hujan atau kembang api di malam perayaan; sekali meletup, lalu hilang tidak berbekas.

Kita diingatkan oleh Doa Paulus ini, bahwa fokus kesalehan kita adalah mengenal Allah dan membangun kesalehan hidup yang tulus di hadapan Allah dimanapun kita berada. Hiduplah saleh di tempat kerja, di dalam dunia usaha, di sekolah, di dalam pergaulan, bukan saja di gereja atau saat ibadah. Apalagi kalau ibadahnya pakai acara makan-makan. Hiduplah saleh kapanpun dan dimanapun. Inilah ajaran Reformasi gereja. Kita tidak mempraktekkan kesalehan seperti biarawan-biarawati yang tinggal di gunung yang sepi, berdoa, berpuasa, dan menyanyi. Protestantisme mengajarkan kita hidup saleh DI TENGAH-TENGAH DUNIA. Artinya, apapun pekerjaan kita, kapanpun, dimanapun, bersama siapapun, kesalehanmu itu harus benar-benar dipraktikkan. Inilah tantangan gereja Efesus yang hidup di antara bangsa Yunani yang menyembah dewi Artemis. Demikian juga kita di tengah -tengah dunia yang menolak Kekristenan. Sepanjang bulan Oktober kita diajak berdoa, belajar dari Firman Tuhan, membangun persekutuan dan merekatkan kembali persaudaraan dan hubungan kekeluargaan. Semoga semangat itu tidak pudar setelah kita masuk bulan November dan Desember.

Surat Efesus ini ditulis Rasul Paulus karena eksekusi mati sedang menantinya di Roma. Hari-hari terakhir pelayanannya diisi dengan doa bagi gereja yang dirintis oleh Roh Kudus di Efesus. Pada masa-masa seperti itu Rasul Paulus menyiapkan para pemimpin di Efesus supaya melanjutkan pelayanan di sana dengan tekun. Kita bersyukur gereja kita GMIT, merayakan 76 tahun Hari Ulang Tahunnya. Majelis Sinode baru periode 2024-2027 sudah terpilih, demikian juga Majelis Klasis dan Majelis Jemaat. Mari kita mendoakan orang-orang kudus ini supaya mereka juga tekun bersaksi, memimpin, dan menatalayani Rumah Allah itu dengan cakap dan rajin. Kita dukung orang-orang yang baru saja terpilih itu dengan doa, supaya Allah Roh Kudus secara khusus mengurapi mereka bersama keluarga mereka untuk mulai bertugas pada tahun depan.

Kita juga mensyukuri kemajelisan di periode 2020-2023 yang akan segera mengakhiri pelayanannya. Ada sukacita, ada kesaksian dan ada syukur bersama mereka yang akan berhenti dalam pelayanan. Tuhan sungguh baik. menjaga para pelayan kita sehingga mereka dapat mengakhiri periodesasi pelayanan ini dengan setia. Kita hargai pelayanan orang-orang seperti mereka. Kita doakan supaya meskipun mereka berhenti dalam pelayanan, namun hidup mereka selalu jadi berkat. Meskipun tidak lagi berjabatan prebsiter, namun tanggung jawab sebagai Imamat Am Orang percaya masih melekat di bahu mereka. Tetaplah setia dalam pelayanan, tetap jadi berkat di manapun kita berada.

Tuhan memberkati kita dengan Firman-Nya. Soli Deo Gloria, Ad Mayorem Gloriam Dei. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *