KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Pdt. Samuel Pandie, S.Th, menerima tugas memimpin GMIT periode 2024-2027, pasca berakhirnya masa jabatan MS GMIT 2020-2023 yang diketuai Pdt. Dr. Mery Kolimon. Kebaktian dan acara serah terima telah dilaksanakan pada Rabu, (10/1), di Jemaat Getsemani Babau, Klasis Kupang Timur.
Sebelumnya Pdt. Samuel dan delapan orang pimpinan lainnya, terpilih pada Persidangan Sinode ke-35 yang berlangsung di Sabu Raijua, 11-20 Oktober 2023.
“Estafet kepemimpinan ini adalah bagian dari sejarah pekabaran Injil kerajaan Allah. Bukan sekedar rutinitas kelembagaan. Tetapi merupakan sejarah Allah menuntun umatNya melalui para hambaNya,” ujar Pdt. Emr. Mesakh Beeh dalam khotbah pada kebaktian serah terima dimaksud.
Menurut Pdt. Beeh, Tuhan memilih seseorang menjadi pemimpin dengan sebuah kontrak kerja yang berisi empat hal penting yang tidak boleh diabaikan, sebagaimana yang disyaratkan oleh Tuhan kepada Yosua, yakni: hati yang teguh, taat pada firman Tuhan, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, dan membawa umat menuju tujuan yang Tuhan kehendaki (Yosua 1).
Ia mengapresiasi pelayanan MS GMIT periode 2020-2023 yang telah berakhir, akan tetapi menurutnya, karya pelayanan Pdt. Mery akan terus dikenang.
Sementara itu, kepada MS GMIT yang baru, diingatkan agar sungguh-sungguh memberi perhatian pada visi dan misi GMIT termasuk berpijak pada apa yang telah dicapai oleh kepemimpinan sebelumnya.
“Kepemiminan baru merupakan lembaran baru, tetapi bukan tanpa lembaran lama. Karena itu lembaran lama harus menjadi acuan,” ujar Pdt. Beeh.
Sejak berdiri pada 31 Oktober 1947, GMIT telah melakukan pergantian MS GMIT sebanyak 20 kali. Dalam rentang usia 76 tahun tersebut GMIT telah dipimpin oleh 13 orang Ketua Sinode beserta anggota-anggotanya. Pdt. Mery Kolimon adalah adalah Ketua MS GMIT ke-12, sekaligus perempuan pertama yang memimpin GMIT.
Pimpinan MS GMIT Periode 2024-2027 terdiri dari: Pdt. Samuel Benyamin Pandie, S.Th (ketua), Pdt. Saneb Yohanis Ena Blegur, S.Th (wakil ketua), Pdt. Lay Abdi Karya Wenyi, M.Si (sekretaris), Pdt. Zimrat Karmany, M.Th (wakil sekretaris), dan Pnt. Yefta Sanam, SE, MM (bendahara), serta anggota-anggota: Pnt. Ir. Emelia Julia Nomleni (politik), Pnt. Dr. Fredrik Abia Kande, S.Pd., M.Pd (pendidikan), Pnt. Dorce Welhelmina Puling-Bolla, SH (hukum), Dr. Rolland Fanggidae, S.Si-Teol.,MM (ekonomi).
Pdt. Mery Kolimon dalam suara gembala menyatakan syukur kepada Tuhan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota GMIT, Badan-badan dan Unit-unit Pembantu Pelayanan/karyawan kantor sinode, para Ketua Majelis Klasis, Pemerintah Daerah NTT dan NTB, Panitia Persidangan Sinode ke-35, para mitra di dalam dan luar negeri, universitas, media, dan pimpinan lintas agama atas kebaikan hati dan dukungan di masa kepemimpinannya.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak atas segala kekurangan dalam kepemimpinan yang menimbulkan rasa kecewa.
“Kiranya Roh Kudus memberi kita kemampuan melepas semua kemarahan dan kebencian, dendam dan kecurigaan, akar pahit yang membuat kita sulit untuk menari bersama dengan sukacita,” ucap Pdt. Mery.
Ia juga meminta seluruh anggota GMIT agar mendukung MS GMIT periode 2024-2027 dengan segala hormat, kritis dan konstruktif.
“Entah saudara-saudara suka atau tidak suka, entah klasis anda pilih mereka atau tidak pilih mereka di sidang Sabu, hari ini mereka pemimpin kita. Kita hormati. Kita taat secara kritis dan konstruktif. Jika ada yang tidak setuju dengan kebijakan mereka, bicaralah dengan mereka, dan jangan bicara tentang mereka. Jangan duduk di kumpulan pencemooh entah di sudut-sudut ruangan atau bersahut-sahutan di media sosial. Mari bangun dan jaga koinonia dan marturia yang berintegritas.
Jangan sedikit-sedikit status di media sosial, sindiran di medsos tidak masuk dalam mekanisme tata gereja untuk pengambilan keputusan dan pelayanan gereja. Maksimalkan mekanisme-mekanisme gerejawi untuk menguji bersama pilihan-pilihan sikap dan memutuskan yang terbaik,” pesan Pdt. Mery.
Di tengah tantangan teknologi digital, ia juga mengingatkan agar anggota gereja belajar membedakan realitas fisik dan realitas digital. Tidak mudah termakan berita bohong dan meneruskannya sebagai kebenaran.
Pada kesempatan yang sama, Ketua MS GMIT periode 2024-2027, Pdt. Samuel Pandie, menyatakan komitmen untuk berlaku adil, setia, dan rendah hati sebagaimana diamanatkan dalam tema periodik GMIT.
“Isu-isu promordial dalam berbagai kompetisi menempatkan kita dalam kotak-kotak relasi, mesti kita hentikan. Saatnya layar perahu GMIT terus dibentangkan menuju tujuan yang kita harapkan,” ungkap Pdt. Samuel.
Sejumlah isu ia kemukakan dalam suara gembala sebagai agenda GMIT yang akan menjadi perhatian dalam masa kepemimpinannya seperti; kemiskinan, perbaikan mutu sekolah-sekolah GMIT, pemberdaayaan asset gereja, keberpihakan pada kaum rentan, pekerja migran, dan tantangan era digital.
“Kita tidak akan menyerah, kita akan terus berlayar, karena kita bercermin pada Kristus,” kata Pdt. Samuel.
Dalam kebaktian serah terima itu juga diperhadapan 53 dari 57 orang MS Ex-Offisio (Ketua Majelis Klasis), serta peluncuran buku “Bertemu Tuhan Dalam Badai”. Buku yang diterbitkan oleh penerbit BPK Gunung Mulia ini berisi refleksi teologis pengalaman bencana akibat Siklon Tropis Seroja yang melanda NTT pada 2021.
Berikut adalah nama-nama Ketua Sinode GMIT sejak GMIT berdiri 1947-2014:
- Ds. E. Durkstra (1947-1951) (Ds. dari kata Latin dominus atau domine.Sebutan untuk pendeta pada jaman Belanda)
- Pdt. Dr. J.L. Ch. Abineno (1951-1953 dan 1956-1960)
- Pdt. M. Bolla (1954-1956)
- Pdt. Leonidas Radja Haba (1960-1970)
- Pdt. J.A. Adang, S.Th., (1970-1973)
- Pdt. Drs. Max Yacob (1973-1979)
- Pdt. Th. A. Messakh (1979-1983; 1983-1987; 1987-1991; dan 1999-2003)
- Pdt. Dr. Benyamin Fobia (1991-1995; 1995-1999)
- Pdt. Dr. Ayub Ranoh (2003-2007)
- Pdt. Dr. E. I. Nuban Timo (2007-2011)
- Pdt. Robert Litelnoni, S.Th., (2011-2015)
- Pdt. Dr. Mery L.Y. Kolimon (2015-2019; 2020-2023)
- Pdt. Samuel Pandie, S.Th., (2024-2027) ***