Malaysia, www.sinodegmit.or.id, Senin, 15 Januari 2024, saya dan Pdt. Lay Abdi Wenyi berangkat dari Kupang menuju Selangor Malaysia untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Mission 21 (M-21). M-21 adalah lembaga misi Gereja Protestan Swiss yang berpusat di Basel.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas mitra/partner Mission 21 di Asia dengan topik: Workshop Good Governance. Tahun ini membahas strategi project kerja sama Mission 21 fase tahun 2025-2028 yang perlu dilakukan addendum bersama lembaga-lembaga mitra termasuk GMIT. Kemitraan GMIT dengan M-21 telah berlangsung sebelumnya melalui Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Lembaga ini mendukung GMIT untuk isu pemberdayaan ekonomi dan perdagangan orang/pekerja migran.
Beberapa topik yang turut dibahas dalam pertemuan ini di antaranya: Pengelolaan keuangan, Green Corruption dan Decolonizing, dan topik-topik lain terkait kehadiran gereja dalam berbagai persoalan perlindungan perempuan dan anak, pengembangan kapasitas, pengembangan ekonomi serta pemanasan global. Kegiatan ini juga dilakukan dalam bentuk studi exposure ke sejumlah lembaga seperti kedutaan besar RI di Malaysia serta dua LSM yang concern pada perlindungan perempuan dan buruh mingran.
Kegiatan berlangsung di Ecumenical Center of Council of Church of Malaysia (CCM) di Petaling Jaya, Selangor Malaysia dari tanggal 15-20 Januari 2024 yang dihadiri pimpinan PGI, para pimpinan dari sembilan sinode anggota Mission 21 dari Indonesia maupun Malaysia serta 26 mitra lainnya.
Hadir pula pimpinan Mission 21 dari Basel Swiss, Mathias Waldmayer dan Lucy Saudale Theur serta Acting Regional Coordinator Asia, Karmila Jusuf, dan Sectoral Coordinator Capacity Building For Good Governance Asia, Elizabeth Mesdila.    Â
Beberapa materi akan dilanjutkan sampai hari Jumat seperti: Disaster Risk Reduction, Decolonial, Culture and Theology from Indonesia Context, Theological Foundation of Anti Corruption from Christian & Muslim Perspective , Corruption and Fraud oleh Yulison Marpaung, Management Audit dan Planning, Implementing, Monitoring, Evaluation & Reporting (PIMER).Â
Di akhir kegiatan, saya dan Pdt. Lay Abdi akan membahas dan menandatangani addendum MOU untuk kelanjutan kerja sama dengan M-21 serta membangun model evaluasi bersama Rumah Harapan GMIT.
Kami mendapat banyak pengalaman berharga, salah satunya adalah desain devosi atau ibadah pagi yang dikemas secara kreatif melalui media digital. Ibadah dilakukan secara lintas iman dan perspektif. Refleksi dalam devosi sebagian diinspirasi oleh apa yang dilakukan para penginjil, tokoh-tokoh kemanusiaan baik Kristen maupun Muslim yang hidupnya sederhana namun berdampak. Saya kagum atas penyebutan beberapa nama orang yang agaknya bukan tokoh populer di lingkup global. Ini menjadi refleksi bagi gereja kita mengingat terdapat sejumlah pendeta, penatua, diaken, dan pengajar di berbagai pelosok GMIT yang melakukan banyak perubahan namun kurang mendapat perhatian gereja.
Ruang Workhsop adalah ruang saling mendengar, saya dan Pdt. Lay Abdi terlibat aktif dalam berbagai sharing yang berangkat dari konteks GMIT terutama yang berkaitan dengan upaya pendampingan pekerja migran, kelompok rentan, program pengembangan ekonomi, ketahanan pangan serta kebijakan perlindungan sesama (safeguarding policy)yang dilakukan agar mendapatkan supporting dari Mission 21. Kami juga mencoba menjajaki kerjasama dengan beberapa mitra strategis lainnya yang hadir.
Kami juga belajar banyak dari CCM terkait kehadiran gereja dalam persoalan-persoalan masyarakat, komitmen dan spiritual pelayanan serta bagaimana menciptakan budaya keramahtamahan. CCM memiliki kantor dan penginapan yang tidak mewah tapi sangat reperesentatif dan saling terhubung.
Salam hangat buat semua teman-teman di seluruh wilayah pelayanan GMIT. Doakan kami untuk rencana kepulangan tanggal 20 Januari, semoga damai sejahtera Kristus memperkaya iman kita. ***