Ilustrasi foto: KominfoGMIT
TTS, www.sinodegmit.or.id, Kondisi bocah laki-laki berusia 3 tahun berinisial ML, korban gigitan anjing rabies di Oenali, kabupaten TTS, pada pekan lalu Kamis, (18/4), berangsur pulih setelah mendapat perawatan medis.
“Puji Tuhan sekarang sudah membaik,” kata ibu korban, Rabu, (24/4).
Ibu korban, yang merupakan anggota Jemaat GMIT Imanuel Oenali mengisahkan, peristiwa terjadi pada Kamis pagi. Saat itu korban bermain di halaman rumah seperti biasanya. Tiba-tiba korban menangis histeris.
“Tidak ada yang lihat langsung [kejadiannya]. Nanti dia menangis, baru dia pung kakak dong datang, ternyata anjing sugigit.”
Abibat serangan anjing tersebut, korban mengalami beberapa luka robek di bibir dan kelopak mata.
Usai kejadian, korban dilarikan ke puskesmas untuk mendapat pertolongan pertama dan selanjutnya dirujuk ke salah satu Rumah Sakit di Kupang.
Menurut pengakuan ibu korban, anjing yang menggigit korban adalah anjing milik mereka sendiri. Sehari dua sebelumnya mereka lihat perilakunya berbeda namun tidak disangka anjing tersebut sudah terjangkit virus rabies.
“Satu dua hari sebelumnya kotong liat ini anjing su gigit-gigit sembarangan. Tapi kotong pikir anjing laki [jantan] jadi dia mau kawin.”
Pasca melukai korban, anjing tersebut dibunuh. Hasil pemeriksaan sampel oleh pihak terkait menunjukan positif rabies.
Sejak rabies menyebar di kabupaten TTS, ibu korban mengaku telah mendapat himbauan dan edukasi berulang kali baik dari pemerintah maupun gereja. Bahkan pemerintah sudah melaksanakan vaksinasi di lokasi kejadian. Namun pada waktu pelaksanaan vaksin, anjing ini tidak disertakan.
“Dengan ini kejadian kotong berharap jadi pelajaran untuk yang piara anjing maupun tidak, agar lebih hati-hati. Karena kotongtidak taukapan virus masuk ke anjing dan kapan anjing serang manusia,” tutur ibu korban.
Sebagai bentuk keterlibatan GMIT dalam upaya pencegahan, baru-baru ini Majelis Sinode GMIT dalam kerja sama dengan Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP), telah menerbitkan buku Gerak Iman Atasi Rabies. Buku ini memberi pemahaman bahwa masalah yang dialami oleh masyarakat NTT saat ini merupakan persoalan iman yang perlu mendapat perhatian bersama. Buku dalam bentuk cetak akan dibagikan secara gratis kepada para prebiter sebagai bahan renungan maupun diskusi dalam ibadah-ibadah rumah tangga. (Versi PDF dapat diunduh pada link ini: https://sinodegmit.or.id/2024/04/18/buku-renungan-gerak-iman-atasi-rabies/)
“Diharapkan buku versi cetak diberikan kepada Penatua, Diaken dan Pengajar. Selain itu juga ada e-book yang bisa dibagikan secara meluas kepada pendeta dan seluruh jemaat GMIT. Kami juga berharap agar Kejadian Luar Biasa ini menjadi perhatian seluruh jemaat di wilayah terdampak agar bisa melakukan tindakan-tindakan penanggulangan lain, seperti memfasilitasi vaksinasi anjing di gedung-gedung gereja atau di rayon-rayon,” demikian kutipan surat MSH GMIT tertanggal 17 April 2024.
Sementara terkait data perkembangan rabies di NTT, seperti dilansir RRI, pada 17 April 2024 menyebutkan bahwa, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT kasus gigitan anjing rabies sejak Januari hingga April tahun ini tercatat delapan kasus. Sedangkan tahun 2023 mencapai 36 kasus. ***(wm)