Peran GMIT dan Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) atasi Rabies

SOE, www.sinodegmit.or.id, GMIT dan Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (Autralia Indonesia Health Security Patnership/AIHSP) memberikan edukasi tentang rabies dan penanganannya, dalam Rapat Berkala Klasis Teritori Timor Tengah Selatan (TTS) dan visitasi Majelis Sinode Harian (MSH) GMIT,  di Jemaat Imanuel Oenali, Klasis So’e Timur, pada Selasa (14/5).

Hadir dalam kegiatan tersebut AIHSP-Rabies Response Coordinator NTT, Rihsan Albahri, Bendahara Majelis Sinode, Pnt. Yefta Sanam, Ketua Badan Pengurangan Resiko Bencana Sinode (BPRBS) GMIT, Pdt. Agustina Amtaran, 13 orang Ketua Majelis Klasis (KMK) se-teritori TTS, penatua, diaken, dan pengajar.

Selain memberikan edukasi, GMIT dan AIHSP juga membagikan 607 buku renungan ‘Gerak Iman Atasi Rabies’ secara gratis kepada para KMK, yang nantinya akan diteruskan kepada penatua, diaken, pengajar di wilayah Klasis masing-masing.

Buku ini memberi pemahaman bahwa masalah yang dialami oleh masyarakat NTT hari ini merupakan persoalan iman yang perlu mendapat perhatian bersama, baik itu pemerintah, gereja, dan masyarakat. Dalam iman kepada Tuhan Yesus, sang Tabib Agung, kita diajak untuk bergerak bersama, baik melalui tindakan pribadi maupun berkelompok untuk keluar dari Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies ini. Karena itu, buku ini dapat dimanfaatkan dalam ibadah-ibadah rumah tangga yang berlangsung di jemaat masing-masing.

Tantangan kita ialah “adanya informasi negatif yang beredar di masyarakat, misalnya ‘jangan vaksin anjing, nanti mati.’ Atau, ‘jika seseorang digigit anjing rabies, ia jangan dibawa ke puskesmas untuk divaksin karena bisa menyebabkan kematian.’ Tantangan berupa pola pikir seperti itu seringkali membuat kita tidak peduli dan berkontribusi bagi penyembuhan. Akibatnya, baik gigitan anjing, kasus positif rabies, maupun kematian sangat tinggi” (Buku Renungan Gerak Iman Atasi Rabies, hal. 4). Oleh karena itu, komunikasi, informasi, dan edukasi merupakan hal penting dalam penanganan KLB tersebut, termasuk melalui ibadah-ibadah.

Pnt. Yefta Sanam menghimbau agar “para Pendeta memberikan informasi dan edukasi yang baik, menorong jemaat membawa anjing untuk divaksin secara gratis oleh pemerintah; melaporkan ke petugas kesehatan apabila menemui seseorang atau hewan yang menunjukkan gejala rabies; dan mencegah agar hewan yang terkena rabies jangan masuk ke lingkungan masyarakat,” kata Pnt. Yefta.

GMIT, AIHSP, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT akan terus berupaya mencegah dan menangani KLB rabies di NTT. *** (Pdt. Agustina Amtaran )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *