SULAMU-KUPANG,www.sinodegmit.or.id, Majelis Klasis Sulamu mengadakan kegiatan Camp Pemuda Klasis di Jemaat GMIT Yermia Kampung Sabu, Pariti, Kecamatan Sulamu, Kupang, pada Selasa s/d Kamis (2-4/7).
Panitia Pelaksana camp memberi tema ‘Be on fire for Christ’ (berkobar bagi Kristus). Tema ini dipilih sebab peserta camp tengah diramaikan dengan jargon yang lagi heboh di media sosial yakni “menyala abangku”. Sebuah ungkapan kekaguman atau pujian terhadap seseorang yang dianggap berprestasi, keren, atau menonjol dalam suatu hal. Dari jargon “menyala abangku”, menjadi “menyala/berkorbar bagi Kristus (be on fire for Christ)”, untuk menciptakan pemuda gereja yang ‘fire’, yakniberiman (Faith), berinovasi (Innovation), bersahabat (Relationship), dan peduli terhadap lingkungan (Environmental).
Tema tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan, diantaranya: Diskusi tentang petani milenial dan pengembangan pertanian dan ekonomi jemaat, pentas seni, hias tenda, fashion show, api unggun, Kebaktian Penyegaran Iman, games dan olah raga.
Kegiatan camp diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Lukman S. Bahan, kemudian dilanjutkan dengan parade pembukaan. Para peserta menggunakan pakaian adat, berjalan ke panggung sambil memegang papan nama jemaat, serta membawa persembahan natura yang merupakan potensi utama jemaat-jemaat dalam Klasis, seperti beras, jagung, ubi, pisang, buah-buahan, kacang tanah, garam, ikan, udang, kepiting, dll. Natura tersebut dilelang dan hasilnya akan diserahkan ke panitia pembangunan Jemaat Yeremia Kampung Sabu.
Sementara itu tenda peserta camp dihiasi dengan bahan daur ulang, ramah lingkungan, dan menonjolkan potensi-potensi jemaat. Setiap peserta menjelaskan konsep dekorasi saat penilaian oleh dewan juri. Misalnya jemaat Yermia Kampung Sabu menggunakan konsep pertanian dan kelautan dalam membangun tenda mereka. Ada sampan dan pukat di depan tenda. Di dalamnya, dipajang hasil pertanian dan beberapa produk pengembangan ekonomi jemaat. Sedangkan Jemaat Ebenhaezer Taupkole membanggun tendanya dengan bahan sisa potongan kayu, daun kelapa, anyaman bambu dan daun pisang kering, sambil mengkampanyekan nilai kebaikan bagi alam, sesama dan Tuhan. Demikian juga peserta yang lain.
Tenda Pemuda Jemaat Ebenhaezer Taupkole
Pada malam pentas seni, para peserta menampilkan tari-tarian, nyanyian Vocal Grup dan Paduan Suara, serta drama. Sementara untuk fashion show,para peserta menampilkan pakaian adat yang dirancang sendiri sambil mengkampanyekan tema seperti masa depan pemuda yang cemerlang, pemuda no free sex,pemuda sebagai agen perubahan lingkungan, pemuda dan spiritualitas, dll.
Ketua Sinode GMIT, Pdt. Semuel B. Pandie dalam suara gembalanya mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan.
“Kegiatan ini sangat membanggakan, sebab tidak hanya sekedar kumpul, mendengarkan materi, basa-basi dengan perkenalan dan games, kemudian pulang. Ada nilai spiritualitas dan kreatifitas yang tinggi dalam kegiatan ini,” kata Pdt. Semuel.
Ia memberi pesan agar pemuda terlibat aktif dalam upaya mengatasi persoalan masa kini.
“Saya berharap pemuda terlibat aktif untuk mengatasi isu perubahan iklim, kemiskinan ekstrim, dan stunting. Para pemuda dapat meningkatkan kapasitas sebagai petani milenial, untuk membangun ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi, sesuai dengan potensi masing-masing jemaat,” lanjut Pdt. Semuel.
Ariel Geraldo Tanao (21) mengemukakan kesannya mengikuti kegiatan camp.
“Ada semangat, dedikasi, dan komitmen dalam menjalani kehidupan iman, memberikan teladan kepada orang lain, dan mengabdikan hidup untuk melayani Tuhan dengan penuh sukacita dan keberanian,” ungkap pemuda asal Jemaat Zaitun Pitay, sekaligus Ketua Badan Pengurus Pemuda Klasis Sulamu.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 22 jemaat dari Klasis Sulamu, dengan peserta 40 orang per jemaat.
Tenda Pemuda Jemaat Yermia Kampung Sabu
Hadir juga dalam acara pembukaan Irjen. Pol. (Purn.) Drs. Johanis Asadoma, S.I.K, M.Hum, Staf Ahli Bupati Kupang, Robert Alen Johanes Amaheka, Jerry Manafe, SH, M.Th, Johanes Masse, Camat Sulamu, Markus Fanggidae, SH, Kapolsek Sulamu, Ipda Berthoanus Lera Apelaby, para Kepala Desa se Kecamatan Sulamu, Sekbid Pelayanan Pemuda, Kaum Bapak dan Insan dengan Disabilitas Majelis Sinode, Pdt. Ferderik H. Herewila, Majelis Klasis Sulamu, para Pendeta Klasis Sulamu dan jemaat terdekat.***