KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Dua lembaga sosial yang memberi perhatian pada isu anak dan remaja yakni Cahaya Bagi Negeri (CBN ) dan Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB), Kamis, 2/11-2017, menandatangi MoU (nota kesepahaman) dengan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).
Dari pihak CBN, penandatanganan dilakukan oleh Mr. Mark McClendon, selaku direktur regional CBN Asia Tenggara dan Korea Selatan sementara dari JPAB ditandatangi oleh Haryati, selaku Ketua Umum. Penandatanganan MoU berlangsung di ruang kerja Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon disaksikan Ketua UPP Kemitraan Pdt. Emile Hauteas dan Ketua UPP PAR MS GMIT, Pdt. Bobbie Mengi .
“Bagi saya moment ini sangat menggugah karena sudah lama sekali Tuhan taruh NTT di hati saya. Walaupun kerja sama ini kita mulai dengan sekolah minggu, tapi Ini hanya starting point, sebenarnya banyak yang bisa dilakukan ke depan khususnya di bidang anak dan remaja. Jadi, saya sangat mensyukuri moment ini. Ke depan kita coba pikirkan serius dan temukan sejumlah solusi yang bisa kami bantu untuk GMIT. CBN punya misi untuk menguatkan gereja lokal supaya menjadi garam dan terang dalam komunitas,” ujar Mark McClendon.
McClendon bahkan mengaku mengikuti perkembangan pemberitaan media tentang isu sekolah-sekolah GMIT yang gencar diperjuangkan GMIT. Terkait hal ini, ia mengatakan, seringkali lembaga-lembaga sosial keagamaan terjebak untuk membangun gereja baru atau sekolah baru padahal banyak sekolah di kantong-kantong Kristen menderita.
“Saya baca pernyataan ibu ketua sinode di media. Saya lihat, banyak yang punya hati untuk pendidikan tapi mereka tidak tahu melalui cara apa? Lalu mereka bikin sekolah baru, padahal sekolah-sekolah di kantong-kantong Kristen menderita. Untuk apa kita bikin sekolah baru di Bantar Gebang atau di mana, di entah berantah, sementara sekolah-sekolah di kantong Kristen really suffering and need to help. Di CBN, Tuhan taruh di hati kami untuk melayani gereja lokal. Kami menjadi solusi dan bala bantuan yang menguatkan gereja lokal, menjadi garam dan terang dalam komunitas. Karena gereja yang ada di Kefamnanu misalnya, ya gereja kami juga to? Yang ada di dalam komunitas 24 jam sehari, 365 hari setahun yang terus ada di situ untuk menjadi garam dan terang adalah gereja lokal. Jadi kami merasa tugas kami adalah supaya bagaimana memperlengkapi dan menolong gereja lokal untuk secara maksimal melayani masyarakat,” ujar McClendon serius.
Sementara itu kerja sama GMIT dengan JPAB meliputi: penyelenggaraan program seminar, simposium, diskusi dan pelatihan bagi para presbiter dan warga GMIT agar melaksanakan pelayanan yang ramah anak.
Menurut Ketua Umum JPAB, saat ini salah satu persoalan yang serius mendera anak-anak Indonesia adalah gempuran konten pornografi melalui internet/media sosial disamping persoalan lain seperti kekerasan dan kejahatan anak lainnya.
JPAB saat ini berpusat di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sedangkan CBN untuk wilayah Indonesia berpusat di Jawa Barat.
Ketua MS GMIT pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih atas komitmen dua lembaga ini yang bersedia bekerja sama untuk mengembangkan pelayanan anak di GMIT. ***