GMIT Menghadapi Covid-19, Memperkuat Solidaritas Lintas Jemaat Desa dan Kota – Pnt. Fary Francis

Pnt. Fary Francis, Anggota Majelis Sinode GMIT

KUPANG, www.sinodegmit.or.id Mengemban misi Ada tiga fokus yang telah, sedang dan akan dilakukan GMIT dalam menyikapi pandemi covid 19 ini:

  1. Menyesuaikan tata ibadah bergereja dalam tuntutan social/physical distancing.
  2. Fokus pada pelayanan medis (diakonia kesehatan)
  3. Membantu jemaat melalui diakonia dukungan sembako/pangan.

Berdasarkan pemetaan demografi jemaat GMIT, sekitar 80 persen jemaat tinggal di desa dan 20 persen lainnya berada di kota. Dalam konteks geografis dan demografis yang berbeda ini, GMIT mesti memiliki pendekatan dalam konteks 3 fokus di atas secara berbeda pula. Untuk jemaat yang berada di desa, bagaimana penyesuaian soal tata ibadah? Apa bentuk pelayanan kesehatan dan dukungan sembako/pangan? Demikian halnya juga bagi jemaat yang berdomisili di daerah perkotaan.

Konteks 80 persen jemaat GMIT yang berada di desa memang membutuhkan pendekatan-pendekatan khusus mengingat berbagai keterbatasan fasilitas kesehatan, sarana-prasarana dan sumber-sumber ekonomi dan jangkauan teknologi.

Pelayanan ibadah: untuk desa-desa yang masih bisa mendapatkan jaringan sinyal, maka pendekatan pelayanan ibadah melalui android masih bisa dilakukan. Tetapi untuk desa-desa yang tidak punya jaringan, media liturgi memang mesti dipikirkan. Bisa memanfaatkan radio (siaran khusus ibadah). Bisa juga dengan alternatif lain seperti memasang toa (speaker) di gereja dan jemaat mengikuti ibadah dari rumah masing-masing.

Tetapi ini jangkauannya terbatas, sedangkan jemaat kita tinggalnya berjarak, tidak fokus dalam satu wilayah yang sama. Yang mungkin bisa dilakukan adalah tetap menggelar ibadah di rayon-rayon dengan menggunakan speaker/toa atau dengan (memperbanyak ibadah supaya potensi perkumpulan jemaat dikurangi di satu titik) tetapi diatur jarak tempat duduknya dan protokol penggunaan masker bisa diikuti.

Yang lebih penting adalah membangkitkan citarasa iman jemaat bahwa pandemi corona tidak mengalahkan iman Kristiani, tetapi situasi-situasi sulit ini mesti memperkuat iman, menumbuhkan harapan dan melahirkan kasih bahwa Tuhan hadir dalam setiap peristiwa manusia, pun dalam situasi wabah semacam ini.

Pelayanan diakonia kesehatan: jemaat-jemaat di desa memang kesulitan mengakses fasilitas-fasilitas kesehatan yang baik. Karena itu, dalam situasi semacam sekarang ini harus dibuat terobosan-terobosan yang bisa menjawab kebutuhan jemaat dan mengurai tantangan serta keterbatasan yang mereka alami. Kebutuhan masker misalnya tidak bisa dipasok terus dari luar. Bisa diberdayakan jemaat yang punya mesin jahit untuk menjahit masker kain yang bisa dicuci. GMIT bisa memfasilitasi ini.

Demikian pun kebutuhan hand sanitizer. Di desa pasti kesulitan mendapatkannya. Karena itu, sosialisasi cuci tangan pakai sabun cocok dalam konteks seperti ini. Bisa juga dikembangkan mengelola sopi atau bahan dasar yang ada di desa menjadi pengganti alkohol yang dapat dicampur dengan jenis tanaman lain untuk dipakai sebagai hand sanitizer.

Yang tak kalah pentingnya adalah pendataan jemaat yang datang dari luar daerah. Mereka harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa dan ada kewajiban jemaat untuk mengawasi dan membantu jemaat-jemaat yang melakukan karantina mandiri.

Pelayanan ekonomi: pandemic covid-19 tidak boleh menghentikan asap dapur. Bekerja seperti biasa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Penting juga dalam situasi semacam ini untuk membangun solidaritas di antara jemaat dengan mengembangkan LUMBUNG PANGAN yang sudah dihimbau oleh Sinode kepada jemaat-jemaat di desa agar saatnya bisa berbagi dengan yang berkekurangan termasuk bila Jemaat kota membutuhkan.

Akhir dari pandemi ini belum bisa diprediksi. Tetapi bagaimana menyikapinya dalam kacamata GMIT, bisa diprediksi, direncanakan dan dilakukan. Karena itu, pandemi ini mesti dikelola untuk meningkatkan pendalaman iman jemaat, memperkuat solidaritas lintas desa dan kota, membangun kemandirian ekonomi jemaat dan advokasi kesehatan berbasis jemaat. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *