KEMULIAAN TUHAN DALAM CIPTAAN-NYA

KEMULIAAN TUHAN DALAM CIPTAAN-NYA

(Mazmur 19:1-15)

Pdt. Elisa Maplani, M.Si

“Brief Answers to the Big Questions” adalah salah satu judul buku yang ditulis oleh Stephen Hawking, seorang Profesor Matematika, fisikawan serta kosmolog. Ia menderita penyakit motor Neurone yakni ganguan saraf motorik yang melumpuhkan tubuhnya secara perlahan-lahan. Hawking terkenal dengan teori-teori tentang kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, radiasi, bom, Alien, tekhnologi dan lainnya.

Hawking menyelesaikan tulisan ini sesaat sebelum ia meninggal tanggal 14 Maret 2018 dalam usia 74 tahun. Pikiran Hawking kemudian dibukukan oleh putrinya Lucy Hawking, dan baru saja diterbitkan tanggal 16 Oktober 2018. Dalam buku ini Hawking dengan gambalang mengatakan bahwa: “Tidak ada Tuhan dan tidak ada yang mengarahkan alam semesta”. Bahkan dalam bukunya terdahulu “The Grand Design (2010), Hawking mengibaratkan otak manusia itu seperti komputer yang akan berhenti setelah komponennya rusak. Ia lalu dengan enteng berkata: Tidak ada sorga atau kehidupan setelah mati, bagaikan komputer-komputer yang rusak. Sorga dan neraka itu tidak ada. Kepercayaan tentang sorga atau kehidupan setelah mati adalah cerita bohong bagi orang-orang yang takut mati.

Pikiran-pikiran Hawking ini sangat bertentangan dengan pemikiran Albert Einstein dan Imanuel Kant. Albert Einstein, Salah satu Fisikawan terkemuka, saat ditanya apakah Tuhan itu ada dan apakah dunia ini diciptakan oleh Tuhan? Dengan santai Einstein menjawab bahwa: “Bicara tentang keberadaan Tuhan, manusia bagaikan seorang anak kecil yang memasuki perpustakaan yang amat besar dan penuh beragam buku. Anak itu tahu bahwa seseorang pasti telah menulis buku-buku itu. Tapi dia tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Menurut saya, sama seperti anak kecil ini, demikian juga sikap manusia terpandai sekalipun terhadap Tuhan. Kita dapat melihat seluruh alam semesta diatur sedemikian hebatnya dan berjalan sesuai hukum alam, tapi kita hanya memahami sebagian kecilnya saja. Einstein sangat kagum melihat keindahan alam semesta dan percaya kepada Tuhan sebagai pencipta tanpa menafikan kajian-kajian ilmiah.

Imanuel Kant seorang Filsuf terkenal dan guru besar logika dan metafisika, percaya bahwa Tuhan itu ada dan eksistensi Tuhan adalah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Kant menyebutnya dengan istilah postulat atau aksioma yakni suatu keberadaan yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya tapi dapat dibuktikan bila memerlukan pembuktian dari orang-orang yang membutuhkan pembuktian. Kant, kemudian mewanti-wanti orang-orang yang meragukan eksistensi Tuhan dan berupaya menyelidiki eksistensi Tuhan sebagai nasib buruk bagi akal dan malapetaka bagi hidup.

Bagi Kant: Manusia dengan akal budi yang terbatas tidak mungkin menyelidiki hikmat Tuhan yang tidak terbatas. Bila manusia dengan hikmat yang terbatas berusaha menyelidiki hikmat Tuhan yang tidak terbatas maka nasib buruk bagi akal manusia. Eksistensi Tuhan hanya dapat didekati melalui Iman yang dilandasi oleh hukum moral. Semboyan Kant yang terkenal adalah: Finity non capax infinity (yang terbatas tidak mungkin menyelidiki yang tidak terbatas).

Pertanyaan dan diskusi disekitar apakah Tuhan itu ada dan bagaimana membuktikan keberadaan Tuhan dapat dijawab manakala kita menyimak kesaksian Alkitab. Banyak sekali teks Alkitab memberi jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Salah satu teks adalah kesaksian Daut dalam Mazmur 19. Daut melalui Mazmur 19 memberi jawaban yang pasti tentang keberadaan Tuhan yang menyatakan diri-Nya melalui dua (2) cara :

Pertama, Penyataan Allah melalui alam semesta (1-7)

Ini adalah penyataan Allah yang bersifat umum. Daut ungkapkan pengakuan Iman bahwa Allah menciptakan dan mengatur seluruh alam raya ini. Dunia ciptaan Allah mempertontonkan dunia yang indah, tertip dan penuh harmoni. Daut bahkan terpesona karena semua karya ciptaan Allah  ternyata menceritakan kemuliaan dan kebesaran Allah dengan cara masing-masing : Langit bercerita, cakrawala memberitakan, hari meneruskan berita, malam menyampaikan pengetahuan tentang kebesaran, kemaha-kuasaan dan kemuliaan Allah sang Khalik dari ujung bumi yang satu sampai ke ujung bumi yang lain. Segala yang diciptakan Allah dijadikan sarana untuk menyatakan kemahakuasaan, kebesaran dan kemuliaan pencipta (Allah) lewat keberadaannya masing-masing.

Gambaran Daut tentang Allah sebagai mencipta dan pemelihara alam semesta ini adalah penegasan tentang kisah penciptaan dunia dengan segala isinya secara teratur oleh Allah seperti yang disasksikan Kitab Kejadian (Band. Kej 1 dan 2).  Allah adalah Sang Khalik yang hebat. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah selalu jadi berdasarkan kehendak Allah. Jadi kalau Stephen Hawking berpendapat  “Tidak ada Tuhan. Tidak ada yang mengarahkan alam semesta”, Alkitab memberi kesaksian yang meneguhkan Iman orang-orang percaya tentang karya Tuhan yang ajaib dalam menciptakan, mengatur dan memelihara alam semesta. Bahkan segala karya ciptaan Allah itu meresponi penciptanya dengan cara  memuliakan Tuhan.

Kedua, Penyataan Allah secara Khusus yakni melalui Taurat atau Firman-Nya (8-13).

Daud menggambarkan Allah sebagai Allah yang hidup, aktif, selalu berbicara dengan manusia dan memberikan segala aturan untuk manusia. Itulah Allah yang memberikan Taurat atau Firman-Nya. Dalam perspektif Perjanjian Baru, Firman Allah itu adalah Allah sendiri yang telah menjadi manusia (Yesus Kristus) yang sejak semula bersama-sama dengan Allah dan segala sesuatu dijadikan oleh Allah ( Yoh 1:1-18); Di dalam Firman Allah, Allah menyatakan diri dengan jelas sebagai Allah  yang sempurna, tak berubah, tepat, murni, suci. Taurat atau Firman Allah yang diberikan pada manusia itu bersifat:  menyegarkan jiwa, memberi hikmat, menyukakan hati, membuat manusia hidup takut akan Tuhan, membuat manusia bebas dari tindakan-tindakan yang tak disadari (8-11).

Tujuan utama Allah memberikan Taurat/ Firman-Nya bagi Daud selain memampukan manusia untuk memahami karya ciptaan dan menyembah-Nya, untuk memperingatkan orang percaya, menuntun orang percaya dan sebagai aturan yang teguh dalam menjalani hidup agar tidak tersesat. Taurat Tuhan diberikan pada umat-Nya melalui Musa sebagai petunjuk dan penuntun hidup umat agar menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan.  Buat hidup manusia makin dekat, takut dan menyembah Tuhan dalam hidup. Itu berarti setiap orang percaya harus beri diri dan hati dikuasai Firman dan aturan Tuhan agar jalani hidup secara baik dan benar sesuai kehendak Tuhan..

Percaya bahwa Tuhan ada, menyatakan diri melalui alam semesta dan Firman-Nya, buat  Daud ambil sikap yang tepat yakni tunduk dan merendahkan diri dihadapan Tuhan serta menyembah Tuhan dalam hidup (Ay13-15). Ia malah memohon dalam doa pada Tuhan supaya dihindarkan dari segala perilaku hidup jahat, bercela dan pelanggaran yang besar karena sikap hidup yang demikian mempermalukan Tuhan. Daut merasa tidak pantas bila memegahkan diri dihadapan Tuhan selain memuliakan Tuhan. Dasar utama dari sikap hidup tunduk dan menyembah Tuhan karena Tuhan itu selain sebagai Pencipta Yang Maha Besar, Agung dan Mulia, Tuhan juga adalah  sumber perlindungan dan penebus hidup (ay 15).

Daud melalui Mazmur ini hendak beri  pesan penting bagi orang percaya  masa kini:

  1. Berpegang teguh pada pengakuan Iman akan Allah di dalam Yesus Kristus sebagai pencipta pengatur dan pemelihara segala sesuatu. Dia menciptakan alam yang indah dan memelihara ciptaan-Nya begitu indah dengan maksut mulia dimana manusia dengan segala makhluk boleh hidup dalam keberlangsungan pemeliharaan-Nya dan memulikan nama-Nya.
  2. Sejalan dengan pengakuan akan Allah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala yang ada orang percaya dipanggil Allah untuk melestarikan, memelihara, merawat dan memanfaatkan kehidupan dan keindahan segala karya ciptaan Allah secara bertanggungjawab. Keberlanjutan keutuhan, keindahan, keteraturan, ketertiban segala karya ciptaan Allah itu adalah tugas orang percaya masa kini. Allah berkehendak segala karya ciptaan-Nya memuliakan Dia karena itu harus bebas dari kehancuran dan kekacauan. Jemaat GMIT dapat melakukan tindakan nyata yang sederhana sebagai wujud pemeliharaan akan karya cipta Allah terhadap alam semesta dengan cara tidak menebang pohon tapi memelihara bahkan menanam pohon, tidak mengotori lingkungan sungai, pesisir dan laut dengan sampah, memanfaatkan air secara hemat, tidak membiarkan curah hujan mengalir percuma ke laut tapi menggali lubang resapan atau tanam air dan tindakan lainnya.
  3. Berdoa minta Tuhan hindarkan diri kita dari segala tindakan yang jahat yang berpotensi merusak hubungan dengan sesama dan alam. Merusak alam adalah bentuk pemberontakan pada Allah Sang pencipta, pengatur dan pemelihara hidup. Menjaga dan melestarikan alam adalah bentuk ketaatan pada Firman Allah dan bentuk memuliakan Tuhan Sang Khalik serta penebus hidup.

Soli Deo Gloria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *