Pascasarjana UKAW Luncurkan Buku Penghormatan 70 Tahun Pdt. Emr. Dr. J. E. E. Inabuy

KUPANG, www.sinodegmit.or.id, Merayakan usia ke-70 Pdt. Emr. Dr. Junus Eliud Eduard Inabuy, M.Th.,STM, Pascasarjana UKAW-Kupang meluncurkan buku “Spiritualis Ekoteologi Kristen Kontekstual”, sebagai penghormatan atas dedikasinya selama 30 tahun melayani sebagai dosen di Fakultas Teologi dan Pascasarjana UKAW.

Buku ini merupakan bunga rampai yang ditulis oleh 15 penulis yang kebanyakan adalah kawan sekerja beliau, di antaranya: Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Pdt. Dr. John Campbell-Nelson, Dr. Karen Campbell-Nelson, Pdt. Dr. Mery Kolimon, Pdt. Dr. Ishak Hendrik, Pdt. Dr. Ira Mangililo, Pdt. Dr. Fredrik Y.A. Doeka, Elia Maggang, M.Th, Pdt. Dr. Mesakh Dethan, Pdt. Dr. Welfrid Ruku, Pdt. Dr. Hendriette Hutabarat-Lebang, Pdt. Dr. Hobert Talaway, Pdt. Dr. Robert Borrong dan Pdt. Maria Monalisa Dethan, M.Th.

Buku berisi 337 halaman ini telah diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia dan diluncurkan di Kupang pada Sabtu, (6/3-2021).

Menandai peluncuran ini, panitia mengadakan kegiatan bedah buku dengan pembicara Pdt. Prof. Dr. Samuel Hakh dan Dr. Arianti Ina Hungu melalui zoom.

Terkait krisis ekologis global beberapa abad ini, termasuk di NTT, kedua pembedah mengemukakan bahwa kekristenan turut memikul kesalahan akibat tafsiran yang bersifat antroposentrik terhadap Kejadian 1:26-28. Tafsiran ini mengakibatkan terjadinya desakralisasi atau demistifikasi alam. Oleh sebab itu tafsiran ini harus ditinggalkan atau direinterpretasi.

Sebagai perbandingan Prof. Hakh menunjuk pada Mazmur 104 di mana teks ini menempatkan semua ciptaan pada posisi yang sederajat di hadapan Tuhan. Kendati, benar bahwa manusia diberi mandat untuk mengelola alam semesta dalam tanggungjawab kepada Allah akan tetapi manusia menyalahgunakan tugasnya sebagai penatalayan.

Memberi tanggapan atas peluncuran buku ini, Pdt. Inabuy menyebut, keserakahan manusia yang berakibat pada kerusakan alam itu berakar pada spiritualitas manusia itu sendiri. Oleh karena itu ia setuju dengan pendapat Matthew Fox bahwa pemulihan alam mesti dimulai dengan pertobatan orang kristen. Dan, dalam hubungan dengan pertobatan yang demikian, orang bisa menimba spiritualitas dari budaya di setiap komunitas etnis lokal.

Terkait spiritualitas ekoteologi tersebut, Pdt. Inabuy dalam artikelnya di buku ini, mengajukan konsep panenteisme sebagai salah satu kerangka berpikir dalam memberi penghargaan terhadap alam. Pandangan panenteisme ini mengatakan bahwa Allah ada dalam segala sesuatu – (kebalikan dari panteisme yang memandang segala sesuatu adalah Allah).

Karena Allah ada dalam segala sesuatu maka adalah tanggungjawab manusia untuk menghormati alam ciptaan Tuhan demi keberlanjutan kehidupan di dunia. Dan, panggilan itu harus dijadikan sebagai gerakan bersama Gereja dengan semua pihak.

Rektor UKAW, Dr. Ayub Meko saat memberi sambutan pada acara peluncuran tersebut menyampaikan terima kasih atas peluncuran buku yang ragam perspektif ini. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *