Pendeta Mery Kolimon Dapat Penghargaan Dari Global Ministries

Des Moines, Iowa-USA, www.sinodegmit.or.id, “Jika pada masa lampau, misi selalu dipahami sebagai gerakan satu arah yaitu misi dari gereja-gereja yang lebih kuat kepada gereja atau komunitas yang lebih lemah, maka Inisiatif Asia Selatan yang telah diluncurkan bersama harus menjadi komitmen untuk mendukung misi multi arah, sesuatu yang memampukan kita untuk belajar satu dengan yang lain dalam spirit kejujuran dan kerendahan hati.”

Hal tersebut disampaikan Pdt. Dr. Mery Kolimon, seorang teolog terkenal, aktivis, dan ketua sinode dari Indonesia, pada International Dinner sekaligus ditandai dengan diluncurkannya Global Ministries Inisiatif Asia Selatan 2019-2020 dalam Sidang Raya Christian Church (Disciples of Christ) di Des Moines, Iowa 22 Juli 2019. Ia berharap Inisiatif ini menjadi waktu dan tempat untuk mengerjakan advokasi bersama terhadap isu-isu publik seperti ketidakadilan, konflik, pelanggaran HAM, kerusakan alam, diskriminasi dan kekerasan.

Pdt. Dr. Mery Kolimon bersama Pdt. Deenabanhdu Manchala dan Pdt. Dr. Jim Moos co-executive, Global Ministries.

Berefleksi dari Roma 1:12, Kolimon menyampaikan panggilan untuk mengenali pentingnya spirit mutualitas untuk bertumbuh dan bekerja sama dalam iman dan pengharapan. Merujuk pada praktik komunitas di Indonesia, ia katakan, “di Timor, kami punya tradisi ketika bertemu seseorang khususnya sahabat atau keluarga, masing-masing kami akan mengeluarkan tempat sirih pinang dan menawarkan sirih pinang satu kepada yang lain lalu duduk dan menikmati bersama. Inisiatif ini adalah pertemuan di mana kita dipanggil untuk menimba pengalaman yang sangat kaya dan iman yang masing-masing kita miliki, lalu membagikannya, menikmatinya bersama juga memperkuat pekerjaan pelayanan satu dengan yang lain. Pada saat yang sama, kita mesti terbuka untuk diberdayakan oleh Roh Kudus yang telah memanggil dan mengutus kita dalam pelayanan di tempat kita masing-masing.

Pada workshop Inisiatif Asia Selatan sebelumnya, Dr. Mery Kolimon dan Annie Namala, direktur dari Center for Social Equity and Inclusion, New Delhi-India menyampaikan presentasi yang sangat powerful mengangkat tantangan moral dan spiritual yang muncul berkaitan dengan tingginya kasus human trafficking, praktik diskriminasi secara terang-terangan, pengabaian di Asia dan dibanyak tempat lain di dunia.

Dalam event yang lebih besar, Dr. Mery Kolimon diberikan penghargaan oleh Global Ministries. Dalam kutipannya, Pdt. Dr. Jim Moos co-executive, Global Ministries katakan “memegang misi sebagai panggilan utama gereja, Mery Kolimon mendorong Gereja Masehi Injili di Timor dan Universitas Kristen Artha Wacana untuk mengadvokasi dan menjadi tempat perlindungan bagi para korban ketidakadilan di Indonesia”.

Pdt. Dr. Mery Kolimon dan Annie Namala, direktur dari Center for Social Equity and Inclusion, New Delhi-India

“Penghargaan ini diberikan kepada pribadi, gereja, dan organisasi yang membawa misi mengerjakan perdamaian dan keadilan bagi ciptaan Allah sekalipun harus menghadapi tantangan yang berat, bahkan dalam situasi di mana mereka harus mempertaruhkan hidup dalam bahaya”. Demikian dikatakan Pdt. Julia Brown Karimu, co-executive, Global Ministries, ketika menyebut para penerima penghargaan.

Penghargaan yang sama juga diberikan kepada:

  1. Pdt. Daniel F. Romero, Sekertaris United Church Board untuk aksinya membela hak-hak dan harkat martabat para migran dan pencari suaka di perbatasan US dan Mexico;
  2. Rumah sakit Al-Ahli Arab yang dijalankan oleh Episcopal Diocese of Jerusalem di Gaza-Palestina untuk pelayanan yang sangat berani di salah satu wilayah padat penduduk di dunia;
  3. Perichoresis, badan pelayanan dari Evangelical Church of Greece untuk komitmen terhadap kemanusiaan dalam merespon masuknya pengungsi ke Yunani;
  4. Pdt. Dr. Francois-David Ekofuy Bonyeku dari DR Congo untuk pekerjaan teologis dalam solidaritas bersama kelompok marjinal;
  5. Dansalan College dari UCCP di  Marawi, Mindanao-Filipina, untuk ketahanan dan dedikasi dalam misi mengajar semua anak-anak Allah sekalipun menderita kebakaran, penghancuran dan penyanderaan seperti halnya para penerima penghargaan lainnya. ***
    (Sumber: Global Ministries, penerjemah: Lucy Herlina Pulamau)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *