Rumah Harapan GMIT Adakan Lokalatih Cegah Perdagangan Orang

Foto peserta dan fasilitator lokalatih bersama Ketua MS GMIT, Pdt. Mery Kolimon, Rabu, (26/9) So’e-TTS.

KUPANG, www.sinodegmit.or.id,  Guna menekan angka perdagangan orang di NTT, Rumah Harapan GMIT menggelar seminar dan lokalatih pencegahan dan penanganan perdagangan orang. Kegiatan bertempat di Yayasan Sanggar Suara Perempuan, Soe-TTS, 25-28 September.

Untuk sesi seminar melibatkan 35 peserta terdiri dari para kepala desa dan kepala dusun atau RT/RW, sedangkan peserta lokalatih sebanyak 25 orang presbiter dari 7 klasis yang merupakan wilayah rawan perdagangan orang antara lain: Klasis Soe, Amanatun Utara, Amanatun Selatan, Mollo Barat, Kuanfatu, Amanuban Selatan dan Belu.

“Selama ini sebagai pendeta, saya juga belum cukup paham apa itu Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Saya baru mengerti saat mengikuti kegiatan lokalatih ini. Padahal, di jemaat kami sekitar 200 warga kami keluar dari kampung menjadi buruh migran di dalam maupun luar negeri,” tutur Pdt. Popy Laka, Ketua Majelis Jemaat Oemathonis Tepas, klasis Amanatun Selatan.

Meski sejauh ini belum ada korban meninggal dipulangkan namun menurutnya beberapa anggota jemaatnya yang sudah pulang beberapa bulan di kampung kemudian diketahui mengidap HIV/AIDS dan meninggal dunia.

Yuliana Ndolu M.Hum, sekretaris Rumah Harapan yang juga menjadi salah satu fasilitator dalam kegiatan ini mengatakan kegiatan ini bertujuan meningkatkan keterlibatan pemimpin jemaat dalam upaya mencegah dan menangani tindakan perdagangan orang serta mendampingi para korban.

Fasilitator, Yuliana Ndolu saat menyampaikan materi kepada para peserta Lokalatih.

Guna memudahkan peserta dalam melakukan sosialisasi di jemaat, lanjut Yuliana, pihaknya akan memperlengkapi mereka dengan alat peraga.

“Kami berharap ketika peserta pulang dengan dibekali alat peraga sosialisasi, mereka membantu memperluas informasi tentang tindakan perdagangan orang kepada warga di desa-desa,” ujarnya.

Hofni Lassi (36) peserta dari Klasis Amanatun Utara mengaku senang dan siap menjadi pelatih di jemaatnya yang juga terbanyak buruh migran.

“Di kami punya desa sekitar lima ratusan orang keluar dari kampung dengan alasan cari hidup. Memang kelihatan mereka yang kerja di luar hidupnya lebih baik tapi ada juga yang pulang sudah meninggal jadi melalui kegiatan ini kami bisa belajar untuk waspada bukan hanya untuk diri kami sendiri tetapi juga waspada terhadap petugas yang datang bujuk warga untuk kerja di luar. Hari Minggu nanti saya akan teruskan materi yang kami pelajari dalam kegiatan ini,” ungkap penatua yang juga menjabat ketua BP3J di Jemaat Ebenhaezer Bokong-Toianas.

Usai kegiatan ini, kata Pdt. Paoina Bara Pa, Ketua UPP Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan Majelis Sinode GMIT, seminar dan lokalatih yang sama akan dilaksanakan di Kabupaten Kupang. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *