Tanam Melon di Lahan Sawah GMIT, Zakarias Raup 12 Juta Dalam Waktu 2,5 Bulan

KUPANG, www. sinodegmit.or.id, Di atas lahan sawah milik GMIT berukuran 5 X 60 meter, Zakarias Banu (46) warga desa Mata Air-Tarus, meraup untung 12 Juta Rupiah hanya dalam waktu 2,5 bulan melalui budidaya tanaman melon.

Selasa, (15/5), di hadapan Ketua MS GMIT, Camat Kupang Tengah, Kepala Desa Mata Air, Danramil, UPP Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Aset GMIT, koordinator PT Panah Merah serta sejumlah petani, Zakarias menyampaikan testimony terkait proses dan hasil yang diperolehnya.

“Saya dipercayakan kelola tanah sawah GMIT seluas 13 are. Selama ini saya hanya tanam padi. Tapi tahun lalu Pak Ali dari Panah Merah ajak saya untuk tanam melon seluas. Awalnya saya tidak tahu melon itu apa. Saya ragu. Petani-petani di sini juga ejek saya bilang, lu gila? Istri saya juga tidak dukung. Tapi saya coba tanam 3 are. Ternyata setelah panen hasilnya 10 kali lipat lebih untung dari tanam padi,” ujarnya.

Dari pengalaman tanam padi kata Om Zaka, sapaannya, 13 are hanya menghasilkan 35 blek, yang bila dikonversi hanya kurang lebih Satu Juta Rupiah dalam waktu 3 bulan. Sedangkan menanam melon pada lahan 3 are bisa ditanami 300 pohon. Bila 1 pohon menghasilkan 2 buah dengan berat rata-rata 2 kilogram dengan harga 10 ribu rupiah per kilogram maka hasil yang diperoleh 12 juta rupiah.

Lantas bagaimana pemasarannya? Om Zaka mengaku pertanyaan ini menyebabkan banyak tetangganya sesama petani tidak mau mengikuti jejaknya. Padahal, peluang pasar buah di Kupang masih sangat menjanjikan.

Ali, staf dari PT. Panah Merah yang juga menjadi pendamping petani untuk tanaman hortikultura mengatakan rata-rata seminggu, sebanyak 4-5 ton buah melon asal Surabaya dan Makasar masuk ke Kupang. Dengan kata lain dalam seminggu sekitar 40-50 Juta Rupiah uang keluar dari Kupang untuk konsumsi melon. Karena itu ia berharap para petani mulai melirik budidaya melon sebagai peluang untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Ketua MS GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon pada kesempatan ini mengapresiasi kebun buah melon yang dikelola Zakarias dan berharap semakin banyak petani yang tertarik untuk mengolah lahan-lahan yang tersedia termasuk melakukan diversifikasi pertanian. Melalui Kompastani (Komunitas Pendeta Suka Tani) GMIT, ia juga mendorong pendeta-pendeta agar menjadi motivator dalam mengembangkan ekonomi jemaat di bidang pertanian guna mencegah arus migrasi warga desa ke kota atau menjadi tenaga kerja di luar negeri. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *