Salah Jawab – Matius 22:15-21

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. (Amsal  16:24)

Bill, ponakan saya yang baru berusia 3 tahun, suatu kali memanggil bapaknya dengan menyebutkan nama saja, Moris. Mendengar itu papanya berkata, “Kamu anak kecil tidak boleh panggil bapak punya nama saja.” Bill menjawab, “Jadi kalau Bill su jadi anak besar boleh panggil Moris?” Bapaknya membalas, “Kamu mau besar, mau tua, mofak juga harus panggil bapak.”

Percakapan tidak berhenti di situ. Bill kembali bertanya, “Ko kenapa Bill harus panggil bapak terus?” Bapaknya menjawab, “Karena kamu anak, dan saya bapakmu.” Mendengar itu Bill berkata, “Kalau begitu Bill berenti jadi anak sa.”

Saudara…. menjawab dengan tepat dapat menghentikan pertanyaan. Menjawab dengan tidak tepat dapat menimbulkan pertanyaan baru yang bisa jadi menjebak. Apalagi berhadapan dengan orang yang bertanya dengan maksud yang tidak tulus dan sekedar menjebak atau memaksa saudara menuruti apa yang diinginkannya.

Tuhan Yesus juga mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak. Kesannya pertanyaan itu tulus dan si penanya sangat ingin tahu. Menghadapi jebakan pertanyaan, Yesus harus berhati-hati dalam memberi jawab supaya tidak menjebak dan dijadikan alasan untuk mempersalahkan Yesus. Mereka bertanya bukan untuk tahu kebenaran melainkan untuk mencari salah. Menghadapi penanya seperti ini, Yesus terkadang menjawab tapi terkadang Ia diam.

Pada saat ditanyai tentang apakah boleh membayar pajak kepada kaisar atau tidak, Yesus memberi jawaban yang tepat sehingga para penanya kehilangan kata-kata. Artinya jawaban yang tepat dapat menghentikan pertanyaan. Akan tetapi jawaban yang diberikan belum tentu menghentikan niat. Buktinya saat Yesus dihakimi di pengadilan agama, tuduhan yang diberikan kepadanya adalah, Yesus melarang untuk membayar pajak kepada kaisar (Lukas 23:2). Tuduhan yang diberikan dengan memutarbalikkan jawaban yang pernah Yesus berikan. Sikap itu adalah sikap memberontak kepada kaisar dan hukumannya adalah disalibkan.

Kita dapat menemui tipe orang seperti ini di sekitar kita. Mereka sudah memiliki konsep di kepala tentang bagaimana menghancurkan kebaikan dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak. Menghadapi orang seperti ini, yang harus dilakukan adalah menjawab dari kebenaran dan tulus. Bagaimanapun saudara tidak bisa memuaskan mereka dan mengubah niat hati orang lain dengan jawaban sebaik apapun itu sebab mereka sudah punya agenda tersembunyi untuk diloloskan. Bagi orang-orang Farisi, Yesus harus dihukum mati maka mereka melakukan apapun untuk itu.

Yesus sudah menjawab dengan tulus, bijak, tepat, dan benar sekalipun tidak merubah niat jahat para penanya namun jawaban Yesus mengubahkan para pengikutNya dan semua orang percaya sepanjang masa. Sampai saat ini gereja yakni kita dapat belajar untuk menjawab dengan tulus, bijak dan benar. Itu adalah pilihan yang harus diambil sekalipun tetap mengandung resiko. Lagi pula jawaban tidak pernah tanpa resiko tapi mereka yang menjawab dengan benar adalah mereka yang punya kebaikan hati untuk menolong mengubahkan orang lain. Berilah jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan dan lakukanlah dengan tulus dan berhikmat. (LM)

Wise Words : Kebaikan mesti berjalan bersama hikmat. Dengan begitu kedamaian menjadi buah manis untuk dinikmati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *