
Foto: Janty Bako (FB)
Soe,www.sinodegmit.or.id,– Suasana duka menyelimuti keluarga besar Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ketika kabar berpulangnyaPdt. Emeritus Maria Benu tiba di Minggu pagi, 20 Juli 2025. Beliau menghembuskan napas terakhir di RSUD SoE, setelah berjuang melawan sakit lambung. Ia meninggal dalam usia 66 tahun 9 bulan. Jenazahnya dikuburkan dengan penuh penghormatan pada Selasa, 22 Juli 2025, di Oenasi–Soe.
Perjalanan hidup Pdt. Maria dimulai di Putain, Timor Tengah Selatan, tempat ia dilahirkan pada 12 Oktober 1958. Lulus dari Sekolah Tinggi Teologi Kupang tahun 1982, ia memulai pengabdiannya sebagai Pelayan GMIT sejak 18 September 1983. Langkah awalnya dalam pelayanan dijalani di Jemaat Wilayah Kependetaan Boti, Klasis Amanuban Timur Selatan.
Pelayanan Pdt. Maria terus meluas, menyentuh hati umat di berbagai tempat mulai dari Jemaat Wilayah Kependetaan Teas – Klasis Amanuban Selatan (1986), Jemaat Wilayah Kependetaan Boking – Klasis Amanatun Timur (1991–1996), Jemaat Wilayah Nenotes – Klasis Amanatun Timur (1997–2002), hingga kembali mengakar kuat di Jemaat Lewi Oenasi (2005-2010, 2011-2016) dan Jemaat Buat – Klasis SoE (2015-2019), hingga masa purna tugasnya.
Pada 12 Oktober 2018, Majelis Sinode GMIT secara resmi memberhentikan beliau dengan hormat sebagai karyawan GMIT penuh waktu karena telah memasuki masa pensiun. Selama 32 tahun 2 bualn, Pdt. Maria mengabdikan diri dengan kesetiaan dan kasih yang tak terhitung, menjadi terang bagi umat di tempat ia diutus.
Di balik peran kependetaannya, Pdt. Maria juga adalah istri dari Obednego Ebenhaizer Haekase, Sm.Th. Bersama, mereka membangun keluarga yang diberkati dengan tiga anak: Eldad Fe Halin Haekase, Melda Fe Halan Haekase dan Yedija Haekase.
Pada hari penguburan, dalam suara gembalanya, Wakil Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Saneb Y. Ena Blegurmenyampaikan bahwa Pdt. Mery bukan hanya seorang pendeta. Ia adalah cinta yang hidup di tengah keluarganya—sebagai seorang istri, seorang ibu,seorang kaka, adik bahkan keluarga yang selalu hadir dengan kelembutan, doa, dan perhatian.
Pdt. Saneb memujinya sebagai seorang pendeta perempuan GMIT yang setia mengabdi. Ia telah menorehkan jejak pelayanan yang dalam, penuh kasih, dan memberi pengaruh baik bagi banyak orang.
“Atas nama GMIT, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas pelayanan panjang dan penuh kasih dari mendiang. Terima kasih kepada keluarga yang telah mendampingi beliau dengan cinta dan kesabaran hingga akhir hayat,” tutup Pdt. Saneb.
Prosesi penguburan diawali dengan Ibadah Pelepasan di rumah duka yang dipimpin oleh Pdt. Yandres Sarkim, S.Th, dan dilanjutkan dengan Ibadah Penguburan di Jemaat GMIT Lewi Oenasi – Klasis SoE, yang dipimpin oleh Pdt. Esma Nappoe, S.Th sebagai pengkhotbah, dan Pdt. Nety A. Neonufa, S.Th sebagai liturgos.
Hadir dalam acara penguburan Ketua Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode GMIT Pdt. Tonias Nalle, Ketua Majelis Klasis Soe, para Pendeta GMIT, jemaat Lewi Oenasi dan hadirin lainnya. ***











