
Apa itu mazmur? Kata “mazmur” dipinjam dari bahasa Arab mazmur,yang juga diserap dari bahasa Ibrani mizmor. Mizmor berarti suara petikan alat musik dawai. Mizmorjuga bisa berarti lagu yang diiringi oleh alat musik dawai.
Dalam bahasa Yunani (bahasa PB), mizmorditerjemahkan dengan kata psalloyang artinya menyentak atau memetik. Kata ini pun diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan kata psalmus,lalu ke dalam bahasa Inggris dengan kata psalms. Maknanya pun berkembang menjadi kidung, madah, puji-pujian atau himne yang ditujukan kepada Tuhan.
Mazmur adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama. Mazmur juga adalah kitab terpanjang dalam Alkitab. Isinya terdiri dari 150 pasal yang terbagi ke dalam lima jilid. Jilid I dari Pasal 1:1-41:13. Jilid II dari Pasal 42:1-72:20. Jilid III dari Pasal 73:1-89:53. Jilid IV dari Pasal 90:1-106:48. Jilid V dari Pasal 107:1-150:6. Kecuali Jilid V yang diakhiri dengan kata “haleluya”, akhir Jilid I sampai dengan Jilid IV ditandai dengan kata “amin” (Maz. 41:13; 72:19; 89:53; 106:48). Pembagian ke dalam lima jilid ini dimaksudkan untuk menyejajarkan kitab Mazmur dengan lima kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan).
Kitab Mazmur merupakan kumpulan nyanyian doa dan syair yang berbeda-beda. Isinya pun beraneka ragam. Ada nyanyian pujian tetapi juga ada nyanyian permohonan. Ada sukacita tetapi ada pula dukacita. Ada kepercayaan tetapi ada pula keraguan. Ada ungkapan hati yang terhibur tetapi ada pula ungkapan hati yang terluka. Ada pengharapan tetapi ada pula keputusasaan. Ada ketenangan tetapi ada pula kemarahan. Ada keinginan untuk mengampuni tetapi ada pula keinginan untuk balas dendam. Semua perasaan manusia yang tertuang dalam kitab Mazmur digunakan dalam ibadah-ibadah umat. Maksudnya agar ketika manusia menghadap Tuhan dalam ibadah, mereka tidak munafik. Manusia datang dengan seluruh diri pribadi apa adanya. Tidak ada yang disembunyikan.
Kitab mazmur sendiri terbentuk selama ratusan tahun. Ada Mazmur yang ditulis oleh Musa. Misalnya, Mazmur 90 yang adalah mazmur tertua dalam kitab Mazmur. Tetapi ada pula mazmur yang ditulis setelah masa pembuangan ke Babel.
Dalam kitab Mazmur ada tujuh puluh tiga mazmur yang menyebutkan Daud sebagai penulisnya. Sebenarnya dari tujuh pula tiga mazmur itu, yang benar-benar ditulis oleh Daud hanya setengahnya saja. Sisanya berasal dari masa setelah Daud mati. Orang-orang yang mengumpulkan mazmur-mazmur tersebut menggunakan nama Daud untuk menghormati Daud.
Salah satu mazmur yang menggunakan nama Daud namun bukan ditulis oleh Daud adalah Mazmur 145. Mazmur ini ditulis oleh penulis tak dikenal di Babel pada masa pembuangan, sekitar lima ratus tahun setelah zaman Daud. Alasan penulis Mazmur 145 menggunakan nama Daud adalah karena Daud merupakan contoh orang yang betul-betul bergantung kepada Allah ketika berada dalam berbagai kesulitan. Karena itu diharapkan ketika umat Israel berada dalam situasi yang sulit, mereka tetap bergantung kepada Allah.
Pdt. Daibel Tlonaen, ketika memberikan pengantar untuk Pendalaman Alkitab karyawan kantor Majelis Sinode GMIT di Kupang pada 7 Juni 2024, mengangkat tiga pokok pikiran dalam Mazmur 145.
Pertama,Allah diimani sebagai Yang Benar dan Agung. Keberadaan Allah tidak dapat diselami oleh akal manusia yang terbatas. Karena Allah adalah Yang Benar maka tidak mungkin Dia melakukan kesalahan. Itu berarti Allah tidak melakukan kesalahan ketika membuang Israel ke Babel. Justru Israellah yang berdosa secara berulang-ulang kepada Allah. Dengan demikian, Allah membuang Israel ke Babel dengan maksud mendidik mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Kedua,Allah yang membuang Israel ke Babel adalah Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Kasih setianya pun bukan hanya untuk umat Israel saja. Kasih setianya ditujukan kepada semua bangsa, termasuk bangsa Babel yang menjajah Israel. Jadi umat Israel dibuang ke Babel tidak hanya agar umat Israel menyadari dosa-dosanya dan kemudian bertobat. Allah juga membuang umat Israel ke Babel dengan tujuan mendidik Israel untuk memahami bahwa Dia tidak membeda-bedakan orang. Bangsa Israel, bangsa Babel dan bangsa mana pun juga, dikasihi Allah dengan kasih yang sama. Itu sebabnya dalam Yeremia 29:7 Allah meminta umat Israel untuk mengusahakan dan mendoakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang.
Ketiga,Allah itu adil dan perkasa. Dia dekat dan menolong orang-orang yang berseru kepada-Nya. Itulah bukti kasih-Nya. Pada saat yang sama, Dia juga menghukum orang-orang jahat dan berdosa. Itulah bukti keadilan-Nya. Kasih dan keadilan Allah inilah yang kemudian disempurnakan dalam diri Yesus Kristus melalui penderitaan-Nya di atas kayu salib.
Dengan pemahaman ini, apa yang menjadi pedoman bagi orang Kristen masa kini? Pertama,ungkapan syukur, puji-pujian dan pengakuan akan kemurahan Allah tidak boleh dinaikkan hanya ketika merasakan berkat-berkat-Nya saja. Ketika berada dalam situasi sulit pun orang Kristen mesti bersyukur dan memuji kemurahan Tuhan.
Inilah yang ditunjukkan oleh penulis Mazmur 145. Sekalipun terbuang jauh dari tanah perjanjian, dia bersama umat Israel tetap memuji kemurahan Tuhan. Contoh yang lain yaitu nabi Yunus. Yunus bersyukur kepada Tuhan bukan ketika dia sudah ada di daratan. Yunus bersyukur kepada Tuhan ketika dia masih berada dalam perut ikan besar yang menelannya. Justru setelah dia mengucapkan doa ucapan syukurnya barulah atas perintah Tuhan, ikan memuntahkan Yunus ke darat (Yun. 2:1-10).
Contoh-contoh ini menjadi teladan iman bagi semua orang Kristen agar dapat bersyukur dalam berbagai situasi. Kita tidak hanya bersyukur dan memuji Tuhan ketika memperoleh hasil panen yang berlimpah dari sawah, kebun dan ladang saja. Kita juga mesti bersyukur dan memuji Tuhan ketika hasil panennya sedikit, bahkan ketika gagal panen sekali pun. Kita tidak hanya bersyukur ketika dagangan kita laris terjual saja. Kita juga mesti bersyukur ketika dagangan tidak laku, bahkan ketika modal tidak kembali sekali pun. Kita tidak hanya bersyukur ketika meraih keberhasilan dalam pekerjaan, pendidikan atau kehidupan rumah tangga saja. Kita juga mesti bersyukur ketika Tuhan mengijinkan kita merasakan kegagalan. Jadi dalam semua situasi hidup, kita mesti mesyukuri dan memuji kemurahan Tuhan.
Lalu apa yang mesti disyukuri dari situasi sulit? Bukan kesulitannya yang disyukuri melainkan penyertaan Tuhan dan berkat tersembunyi yang Dia sediakan. Sebab di balik setiap kesulitan, pergumulan dan penderitaan, Tuhan menyediakan berkat-berkat tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apa pun.
Misalnya, uang yang banyak bisa dipakai untuk membeli makanan yang paling lezat. Tetapi uang itu tidak bisa dipakai untuk membeli selera makan. Karena itu banyak pejabat dan orang kaya yang ketika di tempat pesta dengan makanan lezat yang berlimpah hanya makan sedikit saja. Sedangkan apabila kita yang hanya rakyat biasa yang mendapat kesempatan untuk makan, sudah ambil nasi setinggi gunung Fatuleu yang pindah ke piring pun, masih tambah juga. Karena itu kalau sampai saat ini kita masih dikaruniai selera makan yang baik, syukuri itu.
Contoh yang lain. Uang yang banyak bisa dipakai untuk membayar dokter spesialis, obat-obatan dan fasilitas medis yang mahal. Bisa juga dipakai untuk berobat ke Singapura, Eropa atau Amerika. Tetapi uang yang banyak tidak bisa dipakai untuk membeli kesehatan. Karena itu kalau sampai saat ini kita masih dikaruniai kesehatan, syukuri itu.
Contoh yang lain lagi. Uang yang banyak bisa dipakai untuk membuat kamar tidur yang mewah dengan springbedyang paling empuk dan AC yang sejuk. Uang yang banyak juga bisa dipakai untuk membeli obat tidur. Tetapi uang sebanyak apa pun tidak dapat dipakai untuk membeli rasa mengantuk. Itu sebabnya banyak orang penting yang hanya bisa bolak-balik di springbedempuk sampai pagi akibat insomnia. Karena itu kalau kita pulang kerja dari sawah, kebun, pasar dan tidur di dipan kayu atau balai-balai bambu tetap bisa nyenyak sampai pagi, maka syukuri itu. Sebab itu berarti kita sudah dikaruniai rasa kantuk. Bahkan ada yang karena berlimpah rasa kantuknya, di dalam gereja pun masih tetap mengantuk.
Ini hanya tiga contoh saja. Masih ada banyak contoh lain yang bisa ditambahkan. Tetapi yang mesti diingat adalah bahwa kemurahan Tuhan itu nyata kepada semua orang dalam setiap situasi hidupnya.
Kedua,Tuhan memang menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan. Secara etnis ada orang Amarasi, Amfoang, Rote, Sabu, Sumba, Alor dan sebagainya. Secara tingkat pendidikan ada yang hanya tamat SD, SMP, SMA, tetapi ada juga yang sarjana, bahkan pasca sarjana. Secara profesi ada yang bekerja sebagai petani, pedagang, pengusaha, anggota ASN/TNI/Polri, sopir, tukang ojek, buruh bangunan, montir, ibu rumah tangga dan lain-lain. Begitu juga dengan kelas sosial, afiliasi politik dan sebagainya. Semua orang saling berbeda satu terhadap yang lain.
Sekali pun demikian kita tidak boleh memperlakukan orang lain secara diskriminatif. Semua orang punya martabat sebagai manusia. Semua orang punya pikiran dan perasaan. Semua orang punya harga diri. Semua orang ingin diperlakukan dengan baik. Karena itu agar relasi satu sama lain tidak terganggu, perlakukanlah orang lain seperti kita ingin diperlakukan.
Tuhan Yesus berkata dalam Matius 7:12, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.Jadi kalau tidak ingin dimaki maka jangan memaki. Kalau tidak ingin direndahkan maka jangan merendahkan. Jika tidak ingin dibohongi maka jangan membohongi. Prinsip ini pun berlaku dalam hal-hal positif. Jika ingin dikasihi maka mesti mengasihi. Jika ingin dihormati maka berilah hormat. Jika ingin didengar maka bersedialah juga untuk mendengar. Hal-hal lain dapat ditambahkan sendiri.
Pada intinya, semua manusia dikasihi oleh Tuhan dengan kasih yang sama. Dia tidak membeda-bedakan dalam membagi kasih-Nya. Karena itu perlakukanlah orang lain dengan kasih yang tidak diskriminatif.
Ketiga,karena Allah berlaku adil dengan penuh kasih maka orang Kristen pun mesti berlaku adil dengan kasih terhadap sesamanya. Sikap adil tidak selalu berarti sama banyak atau sama rata. Sebab keadilan Allah itu proporsional. Setiap orang memperoleh sesuai kebutuhannya.
Contoh. Seorang ibu yang membeli baju untuk dua orang anaknya yang berusia 15 tahun dan 5 tahun, tidak bisa dengan alasan supaya adil lalu membeli baju dengan ukuran yang sama. Sebab kalau demikian maka anak yang usianya 5 tahun bajunya kedodoran. Sedangkan anak yang berusia 15 justru sesak ketika menggunakan baju itu. Adil yang benar adalah setiap anak dibelikan baju dengan ukuran yang sesuai dengan tubuhnya.
Keadilan seperti inilah yang mesti diwujudkan dalam konteks keluarga, jemaat, masyarakat bangsa dan negara. Sebab dengan demikian maka kebutuhan setiap orang akan terpenuhi tanpa ada yang berkelebihan atau berkekurangan. Tidak membeda-bedakan orang bukan berarti menjadikan semua orang seragam. Sebaliknya, tidak membeda-bedakan berarti mewujudkan keadilan dan kasih yang membuat martabat semua manusia sebagai imago Dei(gambar Allah) tetap terjaga. Maukah kita mewujudkannya? Amin.