MOLLO-TTS, www.sinodegmit.or.id, Tanah Loli, salah satu aset milik Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di Desa Loli, Kecamatan Polen, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mulai diolah untuk lahan pertanian terintegrasi, pada Jumat (14/6).
“Luas tanah tersebut 12 hektar. Kita hanya menggunakan 2 hektar untuk lahan pertanian terintegrasi, sedangkan sisanya tetap menjadi kawasan hutan yang harus dijaga ekosistemnya,” kata Ketua Badan Pengelolaan Aset dan Pengembangan Ekonomi (BPA-PE) Sinode GMIT, Pdt. Yunus Kay Tulang.
Lahan tersebut akan diisi dengan tanaman holtikultura, kolam ikan air tawar, sawah dan peternakan. Khususnya holtikultura lebih difokuskan pada tanaman cabai.
“Pada bulan Juli akan disemaikan 20.000 anakan cabai, dan pada bulan Agustus kita akan mulai tanam,” lanjut Pdt. Yunus.
Dalam audiens bersama Bank NTT dan Pemerintah Kabupaten (Pemda) TTS pada 4 Juni 2024 di Aula Kantor Bupati TTS, Majelis Sinode GMIT membangun kolaborasi untuk mengatasi isu kemiskinan ekstrim, rawan pangan, stunting, manajemen sekolah GMIT dan pengelolaan aset-aset GMIT yang belum dimanfaatkan. Pemda TTS siap bekerja sama untuk mengatasi isu-isu tersebut.
“Salah satu isu yang menjadi prioritas Majelis Sinode di Periode 2024-2027 ialah pemanfaatan aset tanah GMIT menjadi lahan yang produktif, dan tahun ini dimulai dengan mengolah lahan Loli. Pemda TTS melalui Dinas Pertanian dan Peternakan akan membantu kita untuk mengolah tanah itu menjadi lahan pertanian terintegrasi.” Demikian disampaikan Ketua Sinode GMIT, Pdt. Semuel. B. Pandie.
Ketua Majelis Klasis Mollo Timur, Pdt. Zadrak Malailak, para Pendeta dan Jemaat GMIT Ekklesia Loli terlibat dalam pekerjaan tersebut, sambil belajar tentang pertanian terintegrasi. Dulu kawasan tersebut dikenal dengan nama Kampus Desa Loli. 1994 merupakan tahun terakhir para mahasiswa Fakultas Teologi UKAW melakukan Orientasi Pedesaan di Kampus tersebut. Sekarang tinggal beberapa bangunan tua yang sudah rusak.
Dengan diolahnya lahan tersebut, Ketua Majelis Sinode berharap para Pendeta dan jemaat tekun bekerja untuk membangun kembali kawasan tersebut menjadi lahan produktif di bidang pertanian, peternakan dan pengembangan ekonomi jemaat, serta menjadi ruang belajar bersama. ***