
Jemaat Tuhan sekalian yang saya kasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus,
Suatu ketika saya diundang untuk rapat RT. Katanya itu rapat yang bersifat penting karena ada beberapa keputusan yang akan diambil. Jam 19.00 saya sampai di rumah RT. Agendanya ada dua. Pertama,demi kebaikan bersama, maka kami mendapat pembagian untuk pagar kompleks. Masing-masing orang mendapat bagian 100 m. Bisa kerja sendiri, bisa juga meminta bantuan orang lain yang penting memahami saja. Saya setuju dengan hal ini. Biar tanaman di kompleks kami jadi aman dari ternak. Kedua,salah satu dari anggota di RT kami sangat tidak kooperatif. Ia tidak mau terlibat dalam kegiatan apa pun. Tidak suka hadir di acara suka mau pun duka. Tidak beri sumbangan untuk kedukaan atau apa pun. Berdebat soal besaran pajak. Tetapi selalu menuntut mendapat bantuan. Bapak RT sudah melakukan segala macam pendekatan tetapi tidak berubah. Malam itu, hampir semua bersepakat mengeluarkannya dari lingkungan kami. Biar ia pindah ke RT lain saja. Saya tanya apa RT lai mau terima dia? Lalu usul memberinya kesempatan untuk berubah. Setidaknya ada dua faktor yang menentukan keharmonisan sebuah komunitas. Pertama,relasi orang-orang dalam komunitas tersebut. Relasi menentukan suasananya. Jika baik, maka komunitas itu akan baik. Tetapi jika buruk, keadaan itu bukan tempat yang aman untuk tinggal di dalamnya. Kedua,komunitas itu mampu menyaring dengan baik hal-hal dari luar. Jika hal yang baik mereka terima dan pakai, akan baik pula keadaan mereka. Tetapi akan menjadi buruk bahwa pecah, jika menerima hal buruk dan meninggalkan nilai-nilai positif yang mereka miliki. Tetapi dari kedua hal ini, faktor terkuat adalah tentang siapa yang memimpin dan sikap dari anggota-anggotanya. Di beberapa jemaat, mereka sangat berkembang dan menjadi barometer di dalam klasis dalam periode-periode tertentu. Patuh dan jujur penyetoran SGP, 10%, 2%, dana kebersamaan serta tanggung jawab lainnya. Selain karena faktor pemimpin tetapi juga karena jemaat juga mau mendengarkan sehingga rencana-rencana pembaruan dan perubahan dapat terjadi. Tetapi bila tidak saling mendengarkan, sulit untuk terciptanya hal-hal baik dalam persekutuan orang percaya di tempat itu.
Dalam bacaan hari ini secara khusus, Jemaat Tuhan sekalian,
Bicara tentang kepatuhan kepada pemerintah dan tanggungjawab orang percaya sebagai masyarakat dalam sebuah negara atau pemerintah. Ada tiga alasan. Pertama, orang percaya tunduk atau takluk kepada pemerintah karena setiap pemerintah berasal dan Allah yang menetapkan. Baik buruknya pemerintah, semua terjadi dalam kehendak Allah. Ada maksud yang hendak Allah perbuat dengan kepemimpinan tersebut untuk pemimpin itu sendiri dan masyarakatnya. Bertentangan dengan pemerintah berarti melawan ketetapan Allah. Selalu ada konsekuensi untuk setiap orang yang berlawanan dengan ketetapan Allah. Sebagai pemerintah, para penguasa selalu berpikir yang terbaik bagi bangsanya. Menetapkan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam menjalankan pemerintahan dan untuk mengatur kehidupan bersama, menjaga ketertiban, melindungi hak dan kewajiban tiap warga negara untuk mencapai tujuan negara. Setiap perbuatan yang melanggar peraturan itu, maka pasti mendapat hukuman. Kedua, karena selalu ada hukuman untuk setiap pelanggaran, maka orang mesti merasa takut ketika melakukan pelanggaran. Masyakarat tidak menginginkan kehadirannya, aparatur negara akan mencarinya supaya ia mendapat hukuman dan mendapat murka dari Allah. Hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan hati gelisah dan takut tertangkap. Supaya kita tidak memiliki rasa takut terhadap pemerintah, maka hanya ada satu cara saja. Jadilah warga negara yang selalu berbuat baik dan taat pada semua peraturan yang pemerintah tetapkan. Apa yang menjadi kewajiban, lakukanlah. Jadilah pribadi yang dapat menyelesaikan setiap persoalan yang komunitas. Orang mengenal kita sebagai sosok yang taat dan hidup rukun dengan semua orang. Mereka menghormati dan mendengarkan setiap perkataan serta mendukung setiap pendapat yang kita sampaikan. Pujian dan pengakuan itu akan datang dengan sendirinya karena kualitas diri dalam cara hidup yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Sikap itu membuat diri dapat dipercayakan sebagai pemimpin mulai dari lingkup yang kecil sampai yang lebih luas. Hal ketiga,kita tunduk dan berlaku baik itu bukan karena terpaksa, tetapi memang berangkat dari hati nurani. Ketaatan tanpa hati nurani, akan mencari peluang membenarkan diri saat melakukan kesalahan. Seseorang yang sebenarnya melakukan kejahatan, tetapi karena tidak cukup bukti, ia akan membenarkan dirinya.
Tetapi sepanjang hidupnya, jemaat Tuhan sekalian,
Akan terus hidup dalam rasa bersalah. Tetapi bagi setiap orang percaya, sekali pun ada celah untuk melanggar atau membenarkan diri, tetapi karena hati nuraninya, ia tetap hidup dengan cara yang benar di hadapan Allah dan manusia atau pemerintah. Keempat, salah satu bukti tunduk kepada pemerintah adalah dengan membayar pajak. Apa tujuan dari membayar pajak? Untuk membiaya semua kepentingan umum termasuk program-program pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat. Pembangunan infrastruktur (pembuatan jalan), pendidikan yang menjadi lebih berkualitas, meningkatkan mutu layanan kesehatan, kesejahteraan sosial (peningkatan ekonomi masyakarat) dan membiayai ketertiban dan keamanan. Apakah pajak itu hanya sebuah sebuah kewajiban? Sebenarnya itu juga menjadi hak kita. Bila melihatnya hanya dalam satu sisi, akan menimbulkan pertanyaan bahwa kita sudah memberi untuk negara, apa yang negara beri untuk kita? Tetapi karena membayar pajar itu hak dan kewajiban, maka kita menjadi sadar bahwa semua kebaikan dan pembangunan, itu tidak hanya menjadi tanggungjawab para pemimpin, namun menjadi tanggungjawab bersama. Negara sudah memberi perlindungan, Pendidikan yang layak, mengurus kesehatan dan lainnya, maka sudah menjadi tugas kita memberi kontribusi bagi negara. Negara membutuhkan bantuan kita untuk semua usaha yang pemerintah lakukan bagi kebaikan bersama. Dalam membayar pajak, bayarlah dengan jujur sesuai dengan apa seharusnya kita berikan. Pajak itu juga negara pakai menolong sesama yang membutuhkan pertolongan atau untuk pemerataan pembangunan. Terhadap usaha untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama itu, maka mereka yang bekerja untuk pemerintah perlu dibiayai. Negara membiaya mereka dari pajak itu. Pekerja dan para pemimpin yakni mereka yang mengurus pemerintahan adalah pelayan Allah. Itu berarti pelayan Allah bukan hanya pemberita firman. Semua orang yang bekerja sebagai pemerintah, juga termasuk pelayan Allah. Kita sering berdebat tentang kualitas pelayan Allah. Pada bagian ini, kita bertanya apakah mereka layak menjadi pemimpin dan menerima manfaat dari pajak yang kita bayarkan dan sikap tunduk kita pada aturan yang berlaku. Pikiran ini akan mempengaruhi untuk tidak jujur membayar pajak. Pengaturan pemanfaatan pajak, pelayan-pelayan Allah yang bertanggungjawab secara iman kepada Allah yang tetapkan sebagai penguasa.
Sepanjang sejarah bangsa kita, jemaat Tuhan sekalian,
Setiap pelayan Allah yang mengurus di bidang pemerintahan, selama mereka bekerja dengan baik, menghasilkan peraturan dan kebijakan yang mendatangkan kesejahteraan bagi semua orang, menciptakan keadilan sosial, memperhatikan mereka yang terlantar, meningkatkan kehidupan ekonomi, rasa aman untuk tinggal, dapat menjalankan usahanya, beribadah tanpa rasa takut, memutuskan perkara dengan adil, sistem kerja yang jujur dan transparan dan memberikan disiplin atau hukuman bagi mereka yang melanggar tanpa pandang bulu, serta menghilangkan rantai yang menyusahakan, maka mereka berhak menerima pujian, rasa takut dan hormat dari semua orang. Sebagai gereja dan orang percaya, menjadi panggilan iman kita juga untuk hidup dalam ketaatan dan kepatuhan. Memberi apa yang menjadi kewajiban supaya seimbang dengan hak-hak yang telah kita nikmati. Menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab serta mendukung pemerintah dalam melayani masyarakat. Mendoakan mereka untuk memiliki iman yang takut akan Tuhan dan sadar bahwa karena Tuhanlah maka mereka ada dalam posisi tersebut. Di antara kita, juga dipercayakan sebagai pemimpin dan penguasa. Bekerjalah sebagai pelayan Allah untuk kebaikan bersama. Dalam hidup dan kerja yang memiliki rasa takut akan Tuhan entah sebagai pemimpin dan warga negara, maka saling memuji, rasa hormat dan rasa takut akan muncul bukan karena keterpaksaan tetapi karena timbul dari hati nurani. Bagaimana dengan kehidupan kita dalam gereja? Selain sebagai persekutuan kita dengan Allah dan sesama, gereja juga adalah bentuk dari pemerintahan Allah. Allah telah memberikan segala sesuatu bagi kita untuk memerdekakan kita dari kuasa dosa dengan nyawa Anak-Nya Yesus Kristus. Maka sebagai wujud syukur kita adalah dengan setia dan patuh melakukan firman Tuhan. Bukan karena takut akan hukuman Allah tetapi berangkat dari hati nurani dan kesungguhan iman. Semua yang diputuskan dalam sidang di lingkup sinode, klasis dan jemaat, kita laksanakan dengan sepenuh hati. Termasuk di dalamnya dengan penuh iman dan keyakinan bahwa segala berkat adalah berasal dari Tuhan, maka setiap tanggungan bagi pelaksanaan panca pelayanan, kita berikan dengan sukacita. Dengan cara itu, entah sebagai pemimpin atau anggota tubuh Kristus, kita dapat saling menghormati dan saling memuji karena ketaatan kita akan Firman Tuhan, amin.











