//Berjuang untuk Merdeka, Mengisi Kemerdekaan dengan Tindakan Nyata (Bilangan 33:50-56) – Pdt. Yulius Mau Wadu

Berjuang untuk Merdeka, Mengisi Kemerdekaan dengan Tindakan Nyata (Bilangan 33:50-56) – Pdt. Yulius Mau Wadu

Di tahun 2025 ini, negeri kita yang tercinta -Republik Indonesia- merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-80. Kemerdekaan ini didapatkan bukan dengan cara yang mudah dan bukan pula hal yang murah. Kemerdekaan ini diraih dengan perjuangan tanpa mengenal lelah dan pengorbanan nyawa, tubuh, jiwa, waktu, pikiran harta benda dan berbagai hal lainnya dari semua anak bangsa. Kemerdekaan itu yang kita nikmati dan syukuri di hari ini. Syukur ini kita lakukan dalam perenungan firman Tuhan dari Kitab Bilangan 33:50-56.

Kitab Bilangan memberikan gambaran tentang perjalanan umat Israel di padang gurun. Dalam perjalanan itu Umat Israel mengalami banyak hal yang menunjukkan pola kepribadian Persekutuan mereka. Pengalaman di padang gurun menunjukkan bahwa Umat Israel merupakan bangsa yang tegar tengkuk. Mereka juga mudah berubah setia ketika menghadapi tantangan.

Tuhan mengenal kebiasaan umat Israel ini dengan baik. Oleh karena itu, Tuhan berfirman kepada Musa agar mengingatkan mereka tentang apa yang harus mereka lakukan setelah memasuki tanah Kanaan (ay. 50-51). Firman ini disampaikan ketika mereka berada di dataran Moab, di tepi Sungai Yordan dekat Yerikho. Artinya mereka sudah sangat dekat dengan tanah perjanjian yakni Tanah Kanaan.

Firman Tuhan ini memberikan kita beberapa hal: pertama,Firman ini memberi keyakinan bahwa Israel akan menyeberangi Sungai Yordan dan menguasai tanah Kanaan. Ini meneguhkan janji Tuhan dan sekaligus mematahkan keraguan umat akibat berita yang pernah dibawa para pengintai dalam pasal 13 dan 14. Dari Gambaran para pengintai, tanah Kanaan memang berlimpah susu dan madu; negeri yang sangat kaya. Tetapi bagi sebagian besar pengintai, mereka tidak mungkin dapat merebut Kanaan karena di sana ada orang-orang hebat dan para raksasa. Berita ini bukan hanya menebar ketakutan tetapi juga melahirkan pemberontakan umat. Firman Tuhan yang disampaikan Musa dalam bacaan ini mau menegaskan bahwa janji Tuhan tentang tanah perjanjian itu pasti! Umat Israel pasti akan merebut Kanaan dan hidup sebagai bangsa merdeka di tanah perjianjian itu. Mereka merebutnya dengan pertolongan Tuhan melalui perjuangan dan pengorbanan yang hebat.

Kemerdekaan yang datang karena anugerah Tuhan melalui perjuangan dan pengorbanan yang hebat ini juga ada dalam pengakuan Bangsa Indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945, Bangsa Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan itu datang atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa yang didorong oleh keinginan luhur melalui perjuangan dan pengorbanan. Anugerah itu yang terus diberikan kepada Bangsa kita sehingga bisa merayakan HUT Kemerdekaan yang ke-80. Ini juga berarti perjuangan dan pengorbanan untuk merawat kemerdekaan harus terus dilakukan dengan bentuk yang berbeda. Bukan lagi dengan peperangan melainkan dengan karya nyata untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi Indonesia.

Kedua, umat diwajibkan untuk menjaga kehidupan sebagai umat Tuhan. Hal itu dilakukan dengan menghalau hal-hal yang ada di negeri Kanaan yang dapat mengancam kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa. Pada masa itu, budaya, berhala dan sistim agama Kanaan dianggap sebagai ancaman karena itu harus dihancurkan (ay. 52;55-56). Untuk memahami ini, kita perlu memahami konteks dan pola budaya dan pandangan pada masa tersebut sehingga tidak jatuh pada ekslusivisme yang keliru yang intoleran. Pada masa itu, dalam sistim sosial kemasyarakatan yang homogen, agama merupakan identitas kebangsaan. Umat Israel juga merupakan masyarakat homogen yang menempatkan agama dan keyakinan terhadap YAHWE sebagai identitas yang melekat pada prinsip kebangsaan mereka. Oleh karena itu menyembah Allah yang lain itu sama dengan mengkhianati bangsa. Itu merupakan pengingkaran terhadap status sebagai umat Israel. Pengkhianatan dan pengingkaran ini dapat menghancurkan kehidupan sebagai bangsa. Oleh karena itu berhala bangsa Kanaan harus dihapuskan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya yang ditekankan untuk dihalau adalah segala sesuatu yang mengancam kehidupan berbangsa.

Dalam hal ini kita perlu memahami bahwa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen. Ada banyak perbedaan yang hidup sebagai identitas. Perbedaan itu seperti suku, bahasa, agama, pandangan politik dan berbagai perbedaan lainnya. Tetapi perbedaan itu diikat dalam persatuan dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Dalam Masyarakat heterogen, tantangan yang mengancam kebangsaan tentu saja berbeda; tantangan itu yang harus dihalau bersama-sama. Tantangan itu dapat berupa korupsi, kolusi, nepotisme, ketidakadilan, kepentingan kelompok, intoleran dan berbagai hal lainnya.

Ketiga,mereka harus menduduki dan membagi tanah Kanaan dengan adil (ay 53-54). Perintah menduduki dan membagikan tentu hanya bisa datang dari pemilik tanah yakni YAHWE. Sebagai pemilik tanah maka YAHWE menginginkan agar tanah harus menjadi tempat kekudusan-Nya dinyatakan. Budaya dan agama Kanaan harus dihalaukan karena merusak kekudusan tanah. Untuk mendapatkan kesuburan maka agama Kanaan mempraktekan kejahatan atas nama agama yakni pelacuran bakti dan pengorbanan anak laki-laki. Pelacuran bakti dilakukan dengan menggelar seks bebas atas nama agama; anak-anak laki-laki dibunuh dan darahnya dicurahkan ke tanah demi kesuburan tanah. Ini adalah praktek keji atas nama agama dan kemakmuran yang harus dibersihkan dan dibaharui dengan praktek baik sehingga kekudusan Tuhan nyata di tanah di mana umat Israel tinggal. Jika praktek kejahatan tetap dilakukan Israel walaupun dengan model yang berbeda tetap hidup di tanah milik Tuhan maka merekapun akan dihalau oleh Tuhan sang pemilik tanah yang menghendaki kekudusan (ayat 56)

Pembagian ini menjadi pengakuan atas peran dan jasa mereka beserta para leluhur mereka. Itu menjadi pengakuan bahwa semua orang punya andil dalam merebut tanah Kanaan. Oleh karena itu semua harus dihargai serta tidak ada yang merasa paling berjasa sehingga dapat menguasai atau menindas yang lain. Tidak ada dominasi mayoritas atas minoritas, yang ada adalah Bangsa Israel. Pembagian itu harus dilakukan dengan adil sehingga tidak ada yg merasa dicurangi. Suku yang besar mendapat bagian besar dan kecil mendapat bagian kecil bukan dalam arti kuasa atau dominasi mayoritas melainkan jumlah anggota suku. Tuhan mengingatkan agar di negeri yang baru, sistim kehidupan mereka haruslah dibangun di atas keadilan. Keadilan itu terus menyatukan mereka dan akan merawat persekutuan suku-suku Israel. Tanpa keadilan maka Israel akan mengalami kehancuran.

Dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ini kita merenungkan juga tentang keadilan dan kesejahteraan bagi negeri. Kesejahteraan negeri tidak dapat diraih dengan mengorbankan orang lain. Segala praktek yang mengingkari kemanusiaan, mengingkari kebenaran dan penindasan harus dihentikan.  Kesejahteraan umat juga tidak akan terwujud tanpa keadilan. Keadilan yang didasarkan pada nilai keadilan sejati dan bukan pada kepentingan. Keadilan yang berpihak pada semua masyarakat; tidak ada dominasi mayoritas atau penindasan di antara anak negeri. Tidak ada yang merasa paling berjasa atau berkuasa dalam kehidupan bersama dan merasa berhak menindas atau mengorbankan yang lain.

Keempat, Pembagian ini dilakukan dan menjadikan tanah yang dibagi itu seabgai milik pusaka mereka. Ini mengikat mereka kepada masa lalu dan juga masa depan. Mengikat mereka dengan masa lalu yakni mereka terikat pada sejarah panjang perjuangan para leluhur yang harus mereka hargai; mereka harus menjaga tanah itu dengan segenap hati dan kekuatan. Mengikat mereka ke masa depan dalam arti bahwa tanah harus dijaga, dirawat dan dikelola untuk masa depan yang lebih baik dan cerah. Bukan hanya menjadi harta milik tetapi jadi modal pengembangan bagi kehidupan yang bermutu.  Pembagian ini juga mengandung makna penghargaan terhadap milik kita dan milik orang lain. Upaya pencaplokan tanah atau perampasan serta sengketa tanpa dasar merupakan pengkhianatan atau pengingkaran atas pembagian yang dilakukan.

Kehidupan di masa kemerdekaan mengikat kita juga ke masa lalu dan masa depan. Mengelola dan menjalani kehidupan dengan penghargaan penuh akan pengorbanan para pahlawan sambil terus mengupayakan kehidupan yang lebih baik demi kemajuan bangsa. Kehidupan yang lebih baik itu diupayakan dalam berbagai bentuk pengembangan kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, Pendidikan dan berbagai aspek kehidupan lainnya, amin. ***