//Seminar Penguatan Kapasitas UMKM: Kegiatan Pendukung Sidang Sinode Istimewa III GMIT

Seminar Penguatan Kapasitas UMKM: Kegiatan Pendukung Sidang Sinode Istimewa III GMIT

Kupang, www.sinodegmit.or.id, – Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) menyelenggarakan Seminar tentang Penguatan Kapasitas Ekonomi Kreatif dan Gig Workers di Era Digital bertempat di Gedung GMIT Center Kupang pada hari Rabu, 1 Oktober 2025.

Kegiatan ini merupakan acara pendukung (side event) dari Sidang Sinode Istimewa III GMIT Tahun 2025.

Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Lay Abdi K. Wenyi, dalam suaranya sebagai gembala menyampaikan bahwa Gereja tidak hanya mengurus persoalan surgawi, tetapi juga terlibat dalam urusan ketahanan ekonomi, urusan sosial, dan keterampilan. Hal-hal tersebut merupakan tanggung jawab gereja.

“Gereja bukan hanya menara gading atau menara Babel, tetapi menjadi menara air yang mengalirkan kehidupan bagi semua komunitas, termasuk komunitas di luar gereja,” tegas Pdt. Lay.

Ia berharap kolaborasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Gereja terus terjalin guna mengatasi fenomena-fenomena sosial yang terjadi saat ini demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik.

Sementara itu Wakil Wali Kota Kupang, Serena Cosgrova Franscies menyatakan bahwa kehadiran ekonomi kreatif telah terbukti menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, perlu diperhatikan tantangan yang menyertai, seperti akses pasar, kualitas pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Beliau juga meminta dukungan masyarakat terhadap program pemerintah guna memajukan ekonomi melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Kami bangga dengan peran Sinode GMIT yang secara konsisten menggerakkan ekonomi, baik di lingkup Jemaat maupun Klasis, melalui berbagai upaya, salah satunya ialah GG Mart. Ini menjadi simbol kemandirian ekonomi Jemaat dan wadah pemasaran produk lokal,” ujar Serena.

Ia berharap peserta memperoleh wawasan melalui seminar tersebut, mampu mengembangkan usaha freelance (pekerja lepas), menemukan solusi atas tantangan yang dihadapi, serta berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

“Kiranya kolaborasi antara pemerintah, lembaga agama, dan pihak swasta dapat menjadi mitra strategis untuk peningkatan ekonomi kreatif,” tutup Serena.

Dalam kegiatan ini, Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko PM, Leotinus Alpha Edison, dalam sambutannya berbicara tentang ‘Dasar dalam Standarisasi Pemberdayaan Ekonomi melalui Rekomendasi Kebijakan yang Komprehensif dan Adaptif, Khususnya bagi UMKM, Koperasi, Ekonomi Kreatif, serta Pekerja Migran Indonesia (PMI)’.

Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi ruang kolaborasi untuk memberdayakan bersama, mulai dari UMKM hingga pengusaha ekonomi kreatif, meliputi pendampingan, akses produksi dan teknologi, akses finansial hingga pemasaran, serta tata niaga global.

Materi yang disampaikan dalam seminar ini mencakup: “Community Development dan Industri Kreatif – Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif Berkelanjutan” (Dr. Mohammad Amin); “Padu Padan Tenun: Perjalanan Menjelajahi Keindahan dan Inovasi Tenun NTT” (Erwin Yuan); “Penguatan Kapasitas Ekonomi Kreatif dan Pekerja Lepas di Era Digital” (Rudi M. Safrudin); “Jadi Pengusaha dan Afiliator di Era Digital: SEMUA BISA” (David Nugroho).

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 200 pelaku UMKM yang berasal dari Kota Kupang dan wilayah sekitarnya. ***